Tepat pukul 06:00 alarm di kamarku berbunyi,memaksa sepasang mata untuk terbuka,seperti biasa aku bangun lalu berdiam diri sejenak untuk mengingat mimpi apa yang baru saja mampir dalam tidur ku.setalah beberapa saat aku mulai bersiap siap untuk mandi dan berangkat kuliah.namaku anditto prastya,sapaan akrabku biasa di panggil dito.aku adalah salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi suasta di kota bandung.oh iya aku adalah seorang perantauan dari sebrang,ya aku adlah orang Sumatra yang menumpang menimba ilmu di kota kembang.Aktivitasku setiap harinya hanyalah menjalanka tugasku sebagai mahasiswa,kuliah dan mengobrol hehe,wajar saja anak lelaki memang sedikit membelot dari jalur.aku adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara dan juga anak laki-laki satu satunya dari orang tuaku,jadi bisa di katakana aku ini nakal,namun itu dulu semuanya berubah ketika aku mulai masuk dunia perkuliahan,dan karna seseorang wanita yang merubahku tanpa pernah aku kenali siapa dia.
2 tahun yang lalu ketidak sengajaan membawa ku pada pertemuan dengan seorang,Namanya Nadya dia seumuran denganku,dia kuliah di salah atu universitas di Sumatra.ketidak sengajaan itu adalah dimana aku di tempatkan satu kelas denganya saat masih duduk di bangku SMA kelas 2,wajar saja aku adalah anak pindahan dari MAN subang,jawa barat.sebelumnya aku juga sudah pernah bertemu denganya yaitu di bangku SMP,hehe aku besar di daerah lampung setelah lulus SMP aku memutuskan pindah sekolah ke luar pulau,setelah mengikuti ujian masuk MAN di subang akhirnya aku di terima di salah satu kelas di sana,semuanya berjalan lancar satu tahun kebelakang,menginjak kels 2 aku sudah mulai malas-malasan sekolah dan malah membolos bersama kawan-kawan,wajar saja hasrat anak muda hehe.setelah habis semester 1 aku di keluarkan dari sekolah karna banyaknya kasus yang mengikatku,akhirnya orang tuaku memutuskan memasukanku ke SMA yang ada di tempat ku.sebelumnya aku memang sudah mengenal Nadya sejak kami masih di bangku SMP namun takdir membawa aku pada hal yang tidak terduga,dimana ketika aku merasa bosan aku iseng ngajak Nadya jadian kalau tidak salah itu terjadi setelah ujian nasional berlangsung,"nad jadian yo jalanin aja dulu" ujarku pada Nadya
"gila apa lo ini" dia menjawab dengan nada kaget dan heran "gua serius nad,kita jalanin aja dulu siapa tau kan" tanpa berfikir Panjang aku melontarka kata-kata itu,lalu tidak lama setelahnya Nadya pun menjawab "ayo,siapa takut".sejak saat itu kami resmi menyandang setatus berpacaran,namun anehnya lagi aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun kepada Nadya,dan mungkin juga sebaliknya.
Setelah berjalan hampir 6 bulan,semuanya mulai terbentuk pelan-pelan,rasa ke khawatiran ku pun semakin lama-semakin tumbuh kepada Nadya,aku sering menanyakan keberadaanya,dan keadaanya begitu pula sebaliknya.sampai akhirnya waktu masuk perkuliahan pun di mulai,aku dan Nadya harus sama-sama menahan rindu yang dibatasi oleh jarak,"jaga diri baik-baik,jangan centil,jangan cengeng oke"ucap ku sebelum aku berangkat,"ia siap,lo juga jaga diri,jangan nakal,kurangin ngeroko nya,berenti mabuk-mabukanya" dengan nada sedikit ngegas dia menasehatiku,"ia siap,gua berangkat ya"
Jujur hal yang paling sulit bagiku bukanlah berpisah dengan Nadya namun bagaimana caraku memulai beradaptasi di tempat yang baru dan bahkan belum pernah aku singgahi sebelumnya.tidak terasa 20 menit berlalu dan pesawat yang aku tumpangi sudah siap mendarat di bandara husen sastra negara kota bandung,aku merasa seperti mimpi karna beberapa menit yang lalu aku masih di kota asal ku dan sekarang aku sudah harus memulai awal yang baru.
"Bukan pada jarak alasan ku untuk mengeluh,namun pada rindu yang menggerogoti setiap detik yang melaju"
Tidak terasa sudah hampir 3 bulan aku berada di kota yang berbeda dengan Nadya,aku mengenal kawan baru,pemikiran baru,sifat-sifat baru yang mau tidak mau harus aku terima.kevin adalah salah satu sahabat baru yang satu jalan denganku,ia berambut gondorong,berbadan kurus hampir sama denganku,dia adalah orang pribumi yang artinya dia tinggal di kota bandung dan kevin pula lah yang mengajakuke berbagai tempat keren di kota bandung.sejak masa SMA aku memiliki hobi yang berbeda dengan kawan-kawan se usiaku,ketika kebanyakan anak laki-laki senang bermain bola dan berolah raga aku lebih suka menulis dan bermusik tentu hal ini terlihat aneh.namun ternyata di sini aku menemukan kawan yang memiliki hobi yang hampir sama dengan ku yaitu membaca dan menulis,ternyata kevin juga memiliki hobi yang sama dengan ku,untuk itulah percakapan kita sedikit nyambung.sudah hampir 3 bulan aku dan Nadya saling berkabar hanya melalu telfon dan chating,namun bagiku itu tidak masalah karna aku dan dia sedang sama-sama menimbun rindu untuk di diskusika di pertemuan berikutnya.
Nadya adalah wanita yang sederhana,tidak neko-neko dan penuh dengan tawa,yang membuatku bingung adalah ternyata aku mampu sejauh ini dengan Nadya,saling menumbuhkan apa yang tidak pernah sama-sama kita pikirkan.hanya satu hal yang aku takutkan,apakah Nadya mau mengakuiku dengan segala kekuranganku?,hemm pertanyaan itu terus menjajah pikiranku seiring berjalanya waktu.pukul 19:00 WIB dering telfon berbunyi,setelah ku lihat ternyata dari Nadya...."hallo" kataku ,"lagi di mana lo?" ucapnya "lagi di kosan,lo lagi di mana?" hanya pertanyaan yang sederhana untuk mendengar suara yang memberi makan rindu,"lagi di kosan,oh iya gua mau cerita boleh?",begitulah Nadya ia selalu memiliki cerita yang menarik untuk di ceritakan kepadaku hampir di setiap harinya.
"Kepada suara yang tidak beraga kita saling bercengkrama dalam guratan jarak dan waktu"
Jujur,aku adalah orang yang tidak begitu suka bermain hanphone,jadi aku menggunakanya seperlunya saja,selebihnya ya cuma di pake buat musikan,semakin lama aku malah merasa takut ketika kita harus berhubungan setiap harinya ,menyakan hal yang sama berulang kali,aku takut salah satu dari kita menemukan titik jenuh pada percakapan itu,bukankah lebih baik kita simpan semua cerita dan semua yang akan kita tanyakan untuk di bicarakan paa satu waktu saja,aku yakin itu malah akan lebih memiliki kesan,untuk itu aku memberi pemahaman kepada Nadya tentang ini dan anehnya lagi yang ku kira dia akan marah malah sebaliknya dia menyetujuinya,sejak saat itu aku dan Nadya hanya ngobrol di waktu-waktu tertentu saja.
Sungguh menjaga hati bukanlah perkara mudah ketika kita di hadapkan pada jarak dan aku yakin Nadya juga mengalami hal yang sama,namun aku tidak pernah membatasi Nadya untuk pergi dengan siapa saja karna aku menyadari bahwa dia pasti akan melakukan hal yang sama.bandung kota yang terkenal dengan gadis-gadisnya dan fasion nya tentu saja hal ini membuat aku sedikit nakal,namun aku selalu membatasi hal itu.aku pernah mengalami hal yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya,aku memiliki band di tempat asalku dan aku sering di ajak manggung untuk mengisi acara roko waktu itu,tanpa sengaja kawan ku membawa minuman keras yang akhirnya kami minum Bersama,ketika hari sudah hampir sore aku masih belum sadar,setelah langit sudah hampir gelap aku mulai tersadar dan alangkah kagetnya aku saat aku menyadari bahwa yang di sampingku adalah Nadya,dengan muka sedikit masam dan sambal menangis dia memarahiku di depan teman-temanku,aku hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apa-apa.pada akhirnya aku pulang di antar Nadya dan dia yang memboncengku menggunakan sepedah motornya,tentu itu adalah kejadian paling memalukan yang pernah aku lakukan di depan Nadya.dari situlah aku berjanji pada Nadya untuk selalu membatasi segala bentuk kenakalan yang aku lakukan.hal-hal kecil itulah yang menumbuhkan dan menciptakan perasaan ini kepada Nadya.
"jatuh cinta tidak pernah melihat hal terburuk suatu mahluk ,melainkan selalu memafkan dan mau membenarkan keburukan itu"
Tidak terasa sudah satu semester aku di kota bandung,lebih banyak orang yang ku kenal dan aku mulai menemukan titik nyamanku di sini.aku juga sudah mulai menyukai hal-hal baru,salah satunya adalah kopi terlalu sering di ajak nongkrong di tempat kopi membuatku tertarik untuk mendalami kopi,karna aku menyadari nilai jualnya sangatlah tinggi di bandingkan dengan di tempatku yang mayoritas masyarakatnya adalah petani kopi.dari situ aku muali mencoba peruntungan menjual biji kopi ke kedai-kedai dan kepada kawan-kawan satu kampusku.jujur aku bukanlah anak dari keluarga kaya raya layaknya teman-temanku jadi aku mencoba menekuni usaha untuk mencari uang tambahan.banyak yang bertanya tentang latar belakangku namun hanya sedikit dari teman-temanku yang tahu tentang aku,latar belakangku dan Nadya.libur semester tiba,teman-teman satu kampusku pun mulai sibuk berkemas dan merencanakan agenda liburan mereka,namun hal itu tidak berlaku buat ku,karna untuk meminimalisir baget aku memutuskan untuk pulang ke kampung satu tahun sekali,jika di tanya apakah aku rindu tentang rumah,jawabanya jelas iya,aku rindu rumah,teman,Nadya dan suasana yang hening di kampung ku,namun apa daya ridu itu harus aku tabung hingga 6 bulan kedepan.begitu pula dengan Nadya yang sering menanyakan kapan aku akan pulang harus rela menabung rindunya hingga 6 bulan kedepan.
Untuk mengisi waktu kosong,aku yang memiliki keterbatasan skil ini memutuskan untuk ngamen di sekitaran kota bandung demi memenuhi kebutuhanku.jalur yangsering aku lewati adalah sekitar dago dan monument perjuangan rakyat,biasanya aku mulai keluar sejak pukul 4 sore hingga 12 malam,aku hanya ingin merasakan bagai mana sulitnya menimba pundi-pundi rupiah seperti yang sudah di lakukan orang tuaku kurang lebih 20 tahun terakhir demi membuat ku tetap hidup.
"rasa letih kita hari ini adalah bekal kita untuk nanti"
YOU ARE READING
petrichor
Romansateruntuk kata yang tidak tersampaikan lewat bicara,yang terdengar senyap dalam ibadah,menjelema hadir dalam bentuk yang lain,merupa aroma wangi yang terbentuk atas jatuhnya rintik yang di peluk gersang,selalu ku rindukan setiap hadirnya atau selepas...