Plak
Audy hanya terdiam saat tangan besar milik sang ayah, Adam Bramantio menampar dengan kuat ke arah pipi-nya. "Dasar anak pembawa sial!" suara berat nya memenuhi ruangan bernuansa toska itu disambung dengan suara tamparan dan pukulan yang menghantam tubuh gadis enam belas tahun itu.
Tidak sampai disitu, Adam pun menarik kuat rambut Audy membuat gadis itu mendongkak ke arah wajahnya yang sudah penuh dengan amarah. "Harusnya dulu yang mati itu kamu! Bukan istri saya! Kamu itu hanya anak pembawa sial!" isak tangisnya ia tahan sekuat mungkin agar tak terdengar.
Masih dengan tangan yang menggenggam kuat rambut putrinya, diseretnya gadis remaja tersebut. Kali ini Audy meringis pelan, sangat pelan. "Sakit, Yah." Audy mengikuti dengan terseok. Gadis itu sudah tau kemana ia akan dibawa.
Kamar mandi.
"Ayah jangan, Yah." mohon Audy yang sudah terduduk lemah di ubin yang dingin.
"DIAM!" Bentak Adam dengan mata yang melotot marah.
Dinyalakan air dingin dari Shower, untuk kemudian ia gunakan untuk mengguyur tubuh Audy. Audy hanya diam, membiarkan air matanya jatuh mewakilkan segala perasaannya saat ini. Sakit. Bukan hanya sakit fisik saja, mentalnya pun sakit karena ucapan-ucapan menusuk dari sang Ayah.
Plak
Satu tamparan lagi, membuat kepala Audy menghantam lantai kamar mandi. Meninggalkan lebam merah kebiruan. Tak bisa melakukan apa apa, Audy hanya diam sambil terus terisak dengan bibir yang bergetar karena kedinginan.
Adegan seperti ini sudah biasa bagi Audy Zevanca Bramantio. Perempuan itu selalu saja menjadi korban amarah sang ayah. Jika ini membuat ayahnya senang, Audy akan senantiasa ikhlas untuk disiksa.
Setelah puas, laki laki berperawakan tinggi dan gagah itu pergi. Meninggalkan Audy yang wajahnya sudah pucat dengan tubuh bergetar kedinginan.
Alergi dingin, membuat gadis itu cepat-cepat menghangatkan tubuhnya. Mengganti pakaian, mengoles seluruh telapak kaki dan tangannya dengan minyak kayu putih, dan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.
Belum selesai dengan sesi kedinginannya, darah segar mengalir tanpa permisi dari hidungnya. Diusapnya darah itu menggunakan tisu, dan kemudian dipencet pelan hidungnya dengan jari. Berharap darah itu segera berhenti agar ia dapat melanjutkan tidurnya yang sempat terhenti tadi.
✨
Pukul satu malam. Kenzo baru saja sampai di kamarnya. Usahanya mengendap-endap untuk masuk rumah berhasil sesuai rencana. Laki laki itu masuk menyusuri ruangan yang masih gelap itu. Hingga akhirnya ia menyalakan lampu yang kini membuat ruangan bercat hitam putih itu lebih terang.
Kenzo membuka bajunya yang sudah cukup basah karena hujan yang mengguyur saat di perjalanan tadi, kemudian melemparkannya ke dalam keranjang cucian kotor. Membuka celana jeans dengan model sobek-sobek di bagian lutut itu dan berakhir di tempat yang sama seperti bajunya. Dengan langkah gontai Kenzo berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket.
"Zo! Kenzo..!" teriak Kevin, kakak Kenzo setengah berbisik karena takut orang tua mereka terbangun.
Kenzo berdecak kesal. Lagi lagi ia lupa mengunci pintu kamar yang sudah pasti saudara satu satunya itu akan memasuki kamarnya hanya untuk mengganggunya.
"Ken-! Wow! You look so hot!" Kevin nyelonong masuk ke kamar mandi, menyaksikan Kenzo yang tengah berendam di bathup dan kakaknya itu pun memasang wajah kaget yang dibuat buat. Boleh Kenzo muntah sekarang?
"Ngapain sih!" bentak Kenzo kesal.
Kevin kembali menormalkan ekspresinya. "Menang ya lo?"
"Hem." Kenzo khusuk dengan sesi berendamnya.
Kevin mendekat dan mendudukan dirinya di pinggir bathup, "Berapa?"
"Lima." Kenzo masih asyik dengan kegiatannya.
Lima itu lima jt ya guys.
"Bagi satu dong! Si Tasya rewel minta beliin tas," ucapnya sambil menaik turunkan alis tebalnya. Info dikit.. Tasya : pacar Kevin.
Kenzo memutar bola matanya malas,"Hem! Udah sana lo! Ganggu aja!"
Senyum langsung terbit di wajah Kevin, "beneran ya! Thanks my hot brother," Kevin langsung berlari sambil cengengesan sebelum tubuhnya basah disiram oleh sang adik yang saat ini mendelik tajam.
Selesai dengan ritual malamnya, bukannya tidur Kenzo malah membuka ponselnya yang sedari tadi ramai dihujani notifikasi dari grup kelasnya. Ternyata mereka heboh dengan beredarnya video berdurasi 43 detik yang menampilkan dua orang gadis yang terlibat perkelahian di sekolahnya siang tadi.
Smirk menghias bibir laki-laki berambut pirang itu, "Audy. Cantik sih, tapi gak ada kalem-kalemnya,"
"Cewek bar-bar"
• • •
Huft... Mau nangis liat Audy :(
Jangan pelit jempol!⤵10.04.20
![](https://img.wattpad.com/cover/183239960-288-k312452.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brittleness
Teen FictionTakdir seorang Audy Zevanca Bramantio. Gadis remaja yang hidup dengan sejuta luka dan derita. Dirawat dan dibesarkan dengan penuh kebencian oleh sang ayah. Merasa dialah penyebabnya. Penyebab dari semua masalah yang terjadi, termasuk kematian istrin...