I Won't Lose You, Right?

2.1K 280 45
                                    

"Jeno-ya..."

Tak menjawab panggilan dari Jaemin, Jeno justru mengambil ponselnya di dalam tas. Ekspresinya tidak berubah, tapi Jaemin bisa tahu bahwasanya ia baru saja mendapatkan pesan yang sama dengan apa yang ia dapatkan. Ia tidak tahu bahwa ini adalah rencana para member atau hanya 2 hyung itu saja. Yang pasti kemungkinan besar ia dan Jeno akan terjebak di sini semalaman.

"Kau mendapat pesan itu juga?"

Selayaknya tadi, Jeno yang mendengar perkataan Jaemin ini justru malah berjalan menuju sofa. Jaemin diabaikan. Si pria itu hanya duduk, menatap ponselnya entah melakukan apa. Jaemin yang kesal pun beralan menuju Jeno lalu duduk di sebelahnya.

"Huh..."

Jeno bergeming di tempatnya. Jaemin tahu bahwa ia salah, tapi ia pun ingin memperbaiki kesalahannya. Bukan hanya diam seperti ini menghindari semua yang sudah terjadi. Ia harus bicara pada Jeno dan Jaemin harus memastikan bahwa ia mendengarkan dirinya.

"Jeno." Dengan lembut Jaemin tangkup kedua pipi Jeno. Di hadapkan wajahnya tepat ke arahnya. Matanya menatap kedua manik pria itu dengan teduh. Jaemin tersenyum. Manis sekali senyumannya. Si manis itu ingin Jeno tahu bahwa ia sungguh-sungguh dengan perkataannya.

"Maafkan aku. Maaf karena sudah mengingkari janjiku, maaf juga karena sudah kehilangan keyakinanku padamu saat itu."

Meski hanya diam, Jaemin tahu Jeno mendengarkan setiap perkataannya. Jaemin mulai tahu apa yang Ten tadi katakan. Meski Jeno sekarang berusaha untuk tidak menampilkan ekspresi, Jaemin tetap bisa melihatnya.

Tatapan itu. Tatapan yang tertuju dari pria itu padanya begitu penuh kekaguman. Ia tak bisa membayangkan seberapa kuat cinta Jeno pada dirinya. Jaemin mulai menyadari betapa bodohnya ia. Seharusnya ia sudah bahagia sejak dulu. Karena kebodohannya mengharapkan pria yang sia-sia, ia harus sempat kehilangan Jeno lagi.

Jeno menghela nafasnya lalu menurunkan tangan Jaemin yang menangkup pipinya. Pria itu menatap lurus pada Jaemin.

"Aku tidak tahu mengapa kau mengatakan ini semua tapi yang jelas yang aku butuhkan bukanlah permintaan maaf." Jeno memutar kakinya, menghadapkan tubuhnya ke depan. Jawaban ini jelas bukan jawaban yang Jaemin harapkan. Pria manis itu terkejut tentu saja. " Aku sudah menyerah pada dirimu. Terserah apapun yang kau ingin lakukan."

Namun, Jaemin tak mau menyerah. Ia ambil kedua tangan Jeno. Pria manis itu menggenggamnya erat, seperti saat mereka berkencan bersama. Tangan Jeno masih hangat bertolak belakang dengan ekspresinya yang dingin. Jaemin ingin terus memegangnya.

"Tidakkah kau mencintaiku?" ucap Jaemin dengan sendu.

Jeno membuang mukanya ke samping. Jelas kalau ia tak ingin melihat ekspresi Jaemin ataupun tak ingin terlihat ekspresinya saat ini.

"Kau mencintainya."

Jaemin membawa tangan Jeno yang digenggamnya ke dada. Diusapnya lembut permukaan kulit pria itu. "Ya, aku memang mencintainya. Tapi bukan berarti aku ingin. Yang aku inginkan adalah kebahagiaan bersamamu."

Jeno mendecih, "kau hanya memanfaatkan cintaku."

"Tidak, Jeno-ya. Tidak sama sekali. Maaf tapi kalau kau merasa seperti itu. Tapi aku sungguh tak bermaksud begitu. Aku tersiksa tanpamu. Kau yang selalu aku pikirkan."

"Lalu kenapa kau memilihnya?" Jeno melepaskan tangan Jaemin yang menggenggamnya.

"Begitu takut saat kau tahu aku mengetahui seluruh hubungan kalian? Jaemin-ah, aku tidak mau tertipu lagi olehmu. Aku memang mencintaimu, tapi aku tak sebodoh itu untuk kau manfaatkan," lanjutnya.

DISSIPATE [NOMIN]Where stories live. Discover now