"Ini tak ada hubungannya dengan kalian. Ini hanyalah tentang perasaanku kepada seseorang.."
Dia mungkin mengira aku adalah boneka yang tidak memiliki perasaan dan tidak dapat merasakan sakit, sehingga dia bisa mengabaikanku sesering yang dia lakukan. Aku yang selalu berusaha memberi perhatian terbaik yang bisa ku berikan. Sayangnya, perhatianku lebih sering mendapat pengabaian, kadang dia merespon tapi respon itu tidak dia berikan dengan sungguh-sungguh. Respon itu malah terlihat seperti penghiburan untuk seorang boneka yang telah kelelahan dan kebingungan..Beberapa bulan terakhir ini, aku tidak mengerti. Apakah semua yang ku lakukan untuk dia adalah hal yang sia-sia selama ini? Aku tidak mengerti. Apakah benih baik yang ku tabur telah siap menuai kebaikan yang aku harapkan atau tidak menghasilkan sama sekali? Harus kuakui, ini sungguh menyesakan. Terlebih aku berada dalam posisi yang lebih sering diabaikan. Dia memanggilku dengan sebutan "Kakak", panggilan itu semakin membuatku sesak dan lelah untuk berharap. Apakah yang kulakukan selama ini adalah rencana pembahagiaan atau sesuatu yang berpeluang membuat kesakitan? Entahlah..
Dia berkata agar aku tak pernah lelah menemaninya, tapi kenyataannya dia selalu menggantungkan perasaan hingga aku merasa ada sesuatu yang sudah mulai lelah disini. Dia berkata jangan pernah meninggalkannya, tapi kenyataannya dia selalu pergi dan menghilang sesuka hati hingga aku merasa ada sesuatu yang salah disini. Dia berkata maaf, tapi kenyataannya dia mengulang kesalahan yang sama, lagi dan lagi. Bahkan, saat aku menunjukan sikap lelah untuk berharap, dia belum tentu peduli dan memikirkan perasaanku. Komunikasi yang tercipta selalu satu arah, selalu inisiatifku yang memulai dulu. Dia yang tak kunjung memberi kejelasan. Padaku, seseorang yang benci diabaikan..
Kalau benci diabaikan, lalu kenapa aku tetap bertahan saat aku perhatian tapi dia tidak? Kenapa aku bertahan saat aku merasa rindu tapi dia tidak? Kenapa aku bertahan dianggap boneka? Kenapa aku bertahan diabaikan? Bahkan semua lelaki normal pun tidak ingin mengalami hal seperti ini, tapi kenapa saya bertahan..?
Aku memang tidak menuntut status, karena menurutku perasaan yang kuat tidak dilambangkan dari status. Aku memang tidak pernah menuntut perhatian lebih, karena menurutku, dia adalah orang yang memiliki segudang kesibukan yang mungkin tidak punya waktu untuk memikirkan orang lain. Aku tidak pernah menuntut dia untuk memanggilku dengan sebutan lain yang lebih akrab dan tidak menyesakkan, karena menurutku panggilan belum tentu melambangkan perasaan seseorang..
Tapi bukankah dulu ia pernah membajak isi otakku. Disetiap selnya berisi nama dia yang aku cinta. Aku sering menulis tentang dia, memikirkan dia dan merindukan dia. Tapi dia pun juga harus berpikir, apakah kita akan merasa bahagia saat menyayangi dan memberi perhatian kepada orang yang telah mengabaikan kita? Memang tak baik untuk mengungkit-ungkit sesuatu yang kita beri, seharusnya kita tulus, ikhlas, tak mengharap balas. Tapi aku tak mau menjadi lelaki yang munafik disini. Bukankah cinta itu harusnya mengobati bukan melukai diri sendiri. Lalu disaat aku mulai merasakan lelah dan sakit itu, apakah aku salah? Aku bukan boneka, aku tahu rasa sakit itu seperti apa, dia pun juga harusnya tahu rasanya diabaikan itu seperti apa. Dan aku, seseorang yang sangat benci diabaikan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tertinggal
Teen FictionAku lelaki. Suatu saat kaki kuatku pasti tak mampu berdiri lagi, suatu ketika harga diriku tak akan utuh lagi, suatu hari aku ingin menangis dan berteriak kepada dunia juga. Oleh sebab itu aku menulis. Menulis adalah caraku menangis. Jariku adalah d...