"Hidup itu ibarat lembaran cerita yang telah dituliskan. Akan ada banyak drama, konflik, dan misteri yang menghiasi setiap paragrafnya. Bedanya hanyalah kita tak bisa langsung meloncat ke halaman selanjutnya atau memutuskan untuk kembali ke halaman sebelumnya. Jadi nikmati saja setiap cerita yang disuguhkan oleh penulisnya, jangan pernah menyesal dan melewatkannya begitu saja. Karena jika kita peka, jawaban yang sedang kita cari telah tertulis di dalamnya.."
Selayaknya sebuah cerita, maka akan ada banyak tokoh yang sedang bermain peran dalam cerita kita. Jika kita ibaratkan kita adalah tokoh utamanya, maka mereka adalah peran pendukung dalam cerita kita. Entah itu protagonis, antagonis, atau figuran yang hanya sekedar lewat sepintas. Setiap peran punya porsinya sendiri, tapi percayalah mereka ada bukan karena kebetulan. Semesta takkan mempertemukan jika tanpa alasan. Yakini saja hal itu..
Dan bicara tentang figuran. Pernahkah kalian berpikir untuk apa mereka hadir dalam cerita kita? Untuk apa ada jika akhirnya menjadi tiada? Untuk apa datang jika akhirnya akan menghilang? Untuk apa melintas jika itu hanya sekilas? Seperti mereka, figuran yang pernah kita temui dalam perjalanan. Seperti mereka, figuran yang dari awal sudah kita anggap sebagai figuran..
Bukankah di paragraf awal sudah aku tuliskan. Hidup itu adalah kumpulan drama, konflik, dan misteri. Mungkin saja figuran adalah bagian dari misteri hidup kita. Mungkin saja jawaban yang sedang kita cari ada pada diri mereka, figuran yang kita persepsikan sebagai peran tak penting. Ingat jawaban tak selalu harus tersurat tapi juga tersirat. Bukankah cara Semesta memberikan jawaban tak sama dengan cara kita memahami jawaban? Anggap saja figuran itu adalah caranya memberikan jawaban, memberikan pelajaran yang bisa kita dapatkan jika kita peka. Ingat saja pepatah bijak ini, "Semesta takkan mempertemukan jika tanpa alasan.."
Lalu pelajaran apa yang sedang diajarkan oleh figuran yang kita temui dalam setiap perjalanan. Sederhana saja, mereka mengajarkan bahwa kita tidak sendiri. Kita tidak sendirian menahan beban yang memberatkan punggung kita. Mereka juga mempunyai bebannya sendiri. Mungkin saja beban mereka lebih berat daripada beban kita. Kita tak pernah tahu karena kita tak pernah mengenal mereka, kita yang menganggap mereka tak penting. Padahal kita butuh mereka untuk belajar tersenyum dalam setiap kesedihan kita. Atau belajar merenung dalam setiap tawa kita. Setidaknya mereka mengajarkan bahwa kita tidak sendirian..
Bagaimana dengan figuran yang dari awal sudah kita anggap sebagai figuran? Ini yang sulit. Setiap orang mempunyai alasan yang berbeda untuk menganggap mereka yang hadir dalam ceritanya sebagai figuran. Aku tak bisa menjelaskannya karena aku tak pernah tahu alasanmu, ceritamu, ataupun masa lalumu. Bukankah aku adalah figuran dalam ceritamu? Aku tak pernah benar-benar mengenalmu, dan sebaliknya kamu juga tak pernah benar-benar mengenalku. Jadi anggap saja kita sedang memainkan peran figuran dalam cerita masing-masing. Entah pelajaran atau jawaban apa yang sedang kita ajarkan, aku hanya berusaha memainkan peran ini sebaik-baiknya. Dan semoga hanya pelajaran-pelajaran baik yang kita terima..
Teristimewa untuk kamu yang akhirnya menganggapku sebagai figuran. Terima kasih. Pelajaran darimu adalah pelajaran yang sangat berharga, akan kusimpan itu sebagai sebuah kenangan. Semoga kau tak pernah menyesal bertemu figuran seperti aku. Semoga aku juga mengajarkan sesuatu yang berharga untukmu. Jika tidak, anggap saja aku hanya figuran biasa. Aku yang tersesat lalu mengetuk pintu rumahmu, kau membukanya tapi tak pernah mengijinkanku masuk. Ya, itu terjadi karena aku hanya figuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tertinggal
Novela JuvenilAku lelaki. Suatu saat kaki kuatku pasti tak mampu berdiri lagi, suatu ketika harga diriku tak akan utuh lagi, suatu hari aku ingin menangis dan berteriak kepada dunia juga. Oleh sebab itu aku menulis. Menulis adalah caraku menangis. Jariku adalah d...