Chrysanthemum

4.5K 512 146
                                    

π

Uhuk!

Dejun menepuk-nepuk dadanya yang terasa amat sakit. Ia memejamkan matanya untuk sekedar mengurangi rasa sakit itu. Namun nyatanya sama saja, puluhan bunga yang berada di dalam dadanya seperti memaksa untuk dikeluarkan saat itu juga.

Dejun terduduk di lantai kamar mandi, kakinya sudah lemas untuk sekedar menahan berat tubuhnya yang tak seberapa itu. Wajar, karena ia sudah berada di kamar mandi itu sekitar lima belas menit. Hanya untuk mengeluarkan bunga-bunga sialan yang untungnya indah itu. Krisan kuning.

Tok..tok

"Dejun, kau baik-baik saja?"

Suara seseorang terdengar dari luar pintu, Dejun menghela nafas pelan. "Iya ge, aku baik-baik saja," balas Dejun dengan suara yang sedikit gemetar.

"Kalau sudah selesai, gege tunggu di luar ya. Ada yang ingin gege bicarakan denganmu," sahut yang lebih tua.

Dejun mengangguk, namun sadar jika sang kakak sepupu tak akan melihatnya, Dejun pun berucap, "iya ge, aku akan menemuimu sebentar lagi."

Setelah merasa lebih baik dan membersihkan muntahannya, Dejun lantas membasuh mukanya sebentar sebelum menemui kakak sepupunya yang sudah menunggu di kamarnya.

Dejun menemukan Kun --nama kakak sepupunya-- sudah duduk di kasur sembari memainkan ponsel pintarnya. Dejun menghembuskan nafasnya panjang sembari melangkah mendekat, setelahnya ia duduk di samping lelaki Qian itu.

Kun yang menyadari adanya Dejun pun mematikan ponselnya, ia kemudian menyimpan ponselnya di atas nakas dan menatap lurus ke arah Dejun yang saat ini tengah menundukkan kepalanya.

"Jadi, bagaimana keputusanmu?" Tanya Kun, matanya memperhatikan sikap Dejun. Sementara pemuda Xiao itu hanya terus menunduk sembari menghela nafas.

"Dejun." Kun memanggilnya lagi. Sudah lima menit namun Dejun tak membuka mulutnya untuk bersuara.

"A-aku tak tahu ge," ucap Dejun lemah. Kepalanya masih menunduk, sementara tangannya bertaut menandakan jika dirinya tengah gugup.

"Kau harus cepat mengambil keputusan Dejun. Aku tak mau kau mati konyol karena penyakit aneh ini," Kun berucap sarkastik. Bukannya ia tak peduli, justru karena ia sangat menyayangi Dejun makanya ia berkata begitu.

Kun sebenarnya tak percaya dengan adanya penyakit yang disebabkan karena cinta bertepuk sebelah tangan yang menyebabkan seseorang akan batuk mengeluarkan bunga bukannya dahak atau orang-orang sering menyebutnya sebagai hanahaki disease. Tapi sayangnya, hal yang tidak ia percayai justru terjadi pada orang terdekatnya, adik sepupunya sendiri. Xiao Dejun. Yang dengan bodohnya mencintai sahabatnya sejak kecil, Wong Hendery.

Kun menghela nafas lelah, sudah cukup baginya untuk menceramahi Dejun macam-macam. Tapi karena Dejun itu keras kepala, satupun nasihatnya tak ada yang didengarkan oleh anak itu.

"Pilihanmu hanya dua Dejun. Beritahu Hendery tentang perasaanmu dan suruh dia untuk membalasnya, atau kau harus dioperasi dengan resiko perasaan cintamu pada dia akan ikut terhapus," Kun menjerat kalimatnya. Tangannya ia gunakan untuk meraih tangan Dejun dan menggenggamnya, memberikan kekuatan untuk yang lebih muda.

"Tapi, aku rasa kau harus memilih opsi kedua. Bukannya aku tak mendukungmu dengan Hendery, tapi kau tahu sendiri 'kan bagaimana cintanya Hendery pada Yangyang? Dan kau juga tak lupa 'kan apa yang sering Hendery katakan padamu tentang hubungan kalian?" Kun melanjutkan ucapannya, nada suaranya sedikit naik akibat ia terlalu gemas --atau lebih tepatnya kesal-- dengan sikap Dejun ini.

ALL ABOUT US (HENJUN/HENXIAO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang