Crysanthemum pt.2

3.5K 437 98
                                    

π

"Sepertinya aku sedang jatuh cinta, Dejun-ah."

Hari itu, di musim semi tiga tahun lalu, Hendery mendatangi Dejun yang saat itu tengah duduk di bawah pohon maple yang berada di belakang rumah pemuda Xiao itu. Dejun tengah membaca novel yang baru dibelinya kemarin saat sang sahabat datang dan tiba-tiba berkata demikian.

Tentu saja Dejun terkejut. Selama  yang Dejun tahu, pemuda Wong yang duduk di sampingnya itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tengah menyukai seseorang. Pemuda Wong itu terkenal ramah dan baik pada semua orang, tapi untuk menyukai seseorang dalam artian yang sesungguhnya, Dejun tidak yakin dengan hal itu.

"Oh ya? Dengan siapa?" Dejun tidak bisa menyembunyikan nada kaget dalam suaranya. Begitu pula dengan ekspresi wajahnya, matanya menatap Hendery dengan mata yang melotot sempurna disertai dengan mulutnya yang terbuka.

Hendery tertawa pelan melihat ekspresi sang sahabat. Dejun itu sangat lucu, dan beruntungnya Hendery dapat melihat ekspresi wajah Dejun yang sangat jarang pemuda Xiao itu tunjukkan pada orang lain. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat Dejun berekspresi selain datar, seperti keluarga dekat dan juga Hendery, sang sahabat dari kecil.

"Ingat keluarga Liu yang pindah beberapa bulan lalu?" Hendery menatap Dejun yang saat ini tengah berpikir. Mengingat-ingat tentang sebuah keluarga yang beberapa bulan lalu pindah ke perumahan yang keluarga Wong itu tempati.

Dan Dejun ingat, mereka terdiri dari tiga anggota keluarga. Ayah, ibu, dan juga seorang anak laki-laki yang seumuran dengan adik sepupu Hendery, nama anak itu Liu Yangyang. Seorang anak laki-laki yang manis, pintar, dan pandai beradaptasi. Itu yang Dejun ketahui dari anak itu, pantas saja jika Hendery tertarik pada anak itu. Sifat keduanya mirip, dan pastinya ada alasan lain yang membuat Hendery jatuh cinta pada anak itu yang belum Dejun ketahui apa alasannya.

"Kau jatuh cinta pada Yangyang?" Tanya Dejun pelan.

Hendery tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Dia anak yang menarik, Dejun-ah. Setiap kali bersama dengannya, jantungku selalu berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan setiap aku tak bertemu dengannya, entah mengapa aku selalu merasa merindukannya," jelas Hendery dengan wajah yang berseri-seri.

Mendengar hal itu, entah mengapa hati Dejun terasa seperti diremas dengan kuat. Ia merasa sakit, matanya mulai memanas dan siap menumpahkan air mata yang entah sejak kapan mulai berkumpul di ujung matanya. Dejun belum pernah merasakan hal ini, bukankah harusnya ia ikut bahagia jika Hendery bahagia? Tapi kenapa rasanya sesakit ini?

"Dejun, kau baik-baik saja?" Hendery kembali menatap Dejun saat ia tak mendengar respon apapun dari sahabatnya itu.

Hendery lantas mendekat dengan panik saat melihat Dejun yang tengah menepuk-nepuk dadanya dan terlihat tidak bisa bernapas dengan benar.

"Ya Tuhan, Dejun! Apa yang terjadi?" Dejun menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Hendery. Dirinya juga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya saat ini. Rasanya sangat sesak untuk bernapas, seperti ada yang menyumbat tenggorokannya.

"Coba kau bernapas dengan perlahan-lahan. Tarik napas lewat hidungmu dan keluarkan dari mulutmu."

Hendery dengan wajah khawatir terus mengintrusikan Dejun untuk bernapas. Dalam hati, Dejun ingin sekali tertawa. Sungguh, ia hanya susah bernapas bukan akan melahirkan, tapi kenapa Hendery bertingkah seolah ia akan melahirkan begini. Sahabatnya ini memang konyol.

Dejun tertawa mengingat kembali kenangan saat dirinya mengetahui bahwa ia mengidap penyakit yang tak ada obatnya itu. Dejun menertawakan tingkah Hendery saat itu, sahabatnya itu terlihat polos dan bodoh secara bersamaan.

ALL ABOUT US (HENJUN/HENXIAO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang