Bab 4 - Boleh Juga

9 1 1
                                    


Aku melirik arloji yang melingkar di tanganku,masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum melaksanakan upacara bendera. Aku menoleh ke sebelah kiriku mendapati bangku Alica yang masih kosong. Sementara, teman-temanku yang lain sudah meninggalkan kelas dan berbaris rapih di lapangan,meninggalkan aku sendiri yang masih menunggu Alica.

Peraturan di sekolahku sangat ketat,sepuluh menit sebelum upacara para murid dan guru sudah harus berbaris rapih di lapangan. Kalau tidak, Bu Rani--selaku guru BK di sekolahku akan menarik paksa siswanya yang masih di kelas. Sebenarnya kalo sampai aku ketahuan Bu Rani masih di kelas,pasti akan kena omelannya.

"Tinggal sepuluh menit lagi sebelum bel,tapi Alica belum datang juga" Gumamku pelan. Sambil menunggu Alica datang,aku memilih mempersiapkan atribut upacara.

"Agathaaa!" Suara teriakan memanggil namaku terdengar dari arah pintu. Alica,ia berlari tergesa-gesa menuju tempat duduknya. Dia ini kenapa?

"Jangan langsung ke lapangan. Tungguin gue" Pintanya disertai dengan napas yang tersenggal-senggal. Alica melemparkan tasnya asal di kursi kosong sebelahku.

"Gue udah siap. Ayo kelapangan" Alica menarik lenganku menuju lapangan upacara yang sudah dipenuhi siswa siswi dari berbagai kelas.Aku mencari barisan kelasku,setelah ku temui,aku langsung bergabung.

Suasana hening menyelimuti kegiatan upacara yang sedang berlangsung. Aku mulai tampak lelah,hampir setengah jam berdiri. Aku melirik sekilas ke sebelah kananku,sekumpulan siswa tengah asik cekikikan tanpa menghiraukan kepala sekolah yang sedang memberi sambutan.

"Agatha..Agatha" Suara Alica yang berdiri di belakangku terdengar samar-samar,ia menggoyang-goyangkan tubuhku membuatku sedikit terganggu. Pelan-pelan kepalaku sedikit menengok ke belakang.

"Ray ngeliatin lo terus,tuh" Ucap Alica pelan-pelan membuatku mengernyitkan dahi bingung.

Penasaran,akhirnya aku memberanikan diri melihat Ray yang posisinya di sebelah kiriku dipisahkan dengan dua barisan kelas lain. Benar saja,mata indahnya menatapku lekat ditambah lagi senyum di wajahnya yang muncul saat ia sadar aku sedang memperhatikannya,aku merasa sedikit gugup. Cepat-cepat aku memalingkan wajahku kembali fokus dengan sambutan yang diberikan kepala sekolah.

Setelah tiga puluh menit berlalu ditambah lagi ada pengumuman yang diberikan oleh wakil kepala sekolah sekitar lima menit, akhirnya upacara telah selesai. Aku berjalan kembali ke kelas. Di pintu kelas aku tiba-tiba dihadang oleh Nisa.

"Agatha,anterin gue ke toilet yuk" Pinta Nisa sambil menarik tanganku paksa.Padahal aku belum meng-iyakan ucapannya.

"Eh..eh tungguin gue!" Teriak Alica. Ia berlari kecil,mensejajarkan posisinya dengan aku dan Nisa yang sudah lebih dulu berjalan.

Sambil menunggu Nisa dan Alica yang sibuk dengan urusan mereka di toilet,aku duduk di bangku kayu yang disediakan pihak sekolah di depan toilet wanita. Di ujung koridor aku melihat Thalitha dan kedua temannya berjalan ke arah toilet wanita,ia melirikku yang tengah duduk. Tapi aku menundukkan kepalaku dan memilih menatap sepatuku.

"Thalitha,gimana persiapan lo buat lomba nanti?" Lea,salah satu teman Thalitha bertanya sambil melirikku dan memberikan tatapan mengejek.

Thalitha menampilkan senyum angkuh,"Persiapan gue udah 100% deh pokonya. Lagipula gue nggak usah terlalu capek latihan. Toh dari gue dilahirkan ke dunia uda BERBAKAT jadi violinist hebat" Jawab Thalitha dengan penuh percaya diri. Ia sengaja menekankan kata 'berbakat' seakan ia tengah mengejekku bahwa aku tak pantas mengikuti lomba itu dan pastinya dia lebih hebat dibandingkan aku.

"Pokonya gue bakalan menang deh" Sambungnya lagi.

"Hahaha. Bener banget,Tha. Uda dipastiin mereka bakalan kalah" Kali ini Fira ikut mendukung sekaligus mengejekku.

Pagi-pagi udah ngerusak mood orang aja -batinku

💧💧💧   💧💧💧

Aku duduk berhadapan dengan Bu Mia--pelatih biolaku di tempat les milik ayah Ray. Ya, setelah pulang sekolah tadi Ray mengajakku ke tempat les biola milik ayahnya sesuai dengan janjinya kemarin. Ray sendiri duduk di pojok kelas sambil memainkan ponselnya,ia tidak berniat gabung mengikuti les hari ini. Di kelas ini ada tiga anak selain aku. Mereka semua terlihat lihai saat memainkan biola.

Kini giliranku yang diminta Bu Mia untuk menampilkan keahlianku. Aku menarik napas perlahan,menenangkan diri agar tidak terlihat gugup. Perlahan aku mulai menggesekan bow yang kupegang ke senar biola,jari telunjukku menekan senar tertinggi dengan kuat. Bow yang kupegang terus ku gesek pelan sampai lagu yang kumainkan usai.

"Permainanmu sangat bagus,Agatha. Jangan lupa terus berlatih agar saat bermain kamu tidak terlihat gugup" Ucap Bu Mia.

Tak sadar jam telah menunjukkan pukul lima sore,waktunya kelas berakhir. Aku segera merapikan peralatanku,memasukkan biola dan bow ke tas khusus biola.

"Baiklah anak-anak hari ini kelas sudah berakhir. Sampai bertemu minggu besok" Ucap Bu Mia menutup kelas hari ini.

"Dan jangan lupa terus berlatih di rumah. Selamat sore"

"Sore,bu" Balasku. Aku bangkit dari tempat dudukku diikuti tiga anak lainnya.

"Udah?" Tanya Ray memastikan sambil berjalan ke arahku dan mensejajarkan posisinya denganku.

Aku mengangguk sebagai jawaban,"Makasih ya Ray"

"Iya sama-sama. Gimana lesnya? Seru nggak?"

"Seru,gue dapet temen baru trus cara belajarnya juga nggak ngebosenin" Jawabku antusias.

"Bagus lah kalo lo suka belajar di sini. Btw,gue anter lo pulang ya?"

Belum sempat aku menjawab,ponselku tiba-tiba berdering. Aku meronggoh kantung celanaku dan mengambil benda pipih itu.

Ternyata ada pesan masuk dari Alica. Aku segera mengklik nontifikasi dan membaca pesan singkat yang masuk beberapa detik yang lalu.

Alicaputri
Ta,lo les dimana? Jam berapa? Gue sama Nisa udah siap mau nemenin lo

Maaf Alica belom ngabarin lo sebelumnya. Gue baru selesai les ditemenin Ray tadi.

Ponselku kembali berdering,Alica kembali membalasnya.

Alicaputri
Oh yaudah,nggak apa-apa yang penting lo ngerasa nyaman pas les.

Alicaputri
Btw,lo seterusnya ditemenin Ray?

Mungkin

Alicaputri
Ok,Ta. Tetep semangat ya!!

Aku tersenyum kecil melihat perhatian Alica dan Nisa. Mereka memang sangat ingin menemaniku les atau sekedar melihat persiapanku untuk lomba.

"Kenapa kok senyum-senyum sendiri? Gimana jadi gue anter nggak?" Tanya Ray tiba-tiba saat aku masih memainkan ponsel.

"Eh? Ini ada pesan masuk. Iya boleh Ray" Balasku.

"Ini pake helmnya" Aku menerima helm pemberian Ray kemudian aku segera menaiki motornya,ia segera menjalankan motornya dengan hati-hati.

💧💧💧   💧💧💧

Bel berakhirnya pelajaran kimia pun berdering setelah aku menunggunya sedari tadi. Alica,ia sangat senang dengan berakhirnya pelajaran ini. Soal-soal yang Pak Arnan berikan tadi pasti akan dijadikan PR untuk minggu depan.

"Kantin dulu yuk. Gue mau beli lemon tea nih" Ajak Nisa.

"Ayo,gue juga mau beli lemon tea" Balas Alica yang masih merapihkan alat tulisnya.

"Gue nggak deh,mau ke perpus dulu soalnya" Tolakku kemudian berjalan keluar kelas.

"Oh yaudah" Balas Alica.

Setelah menemukan buku yang ku cari,aku langsung menghampiri petugas perpus untuk mengisi identitas peminjaman buku. Selesai mengisi identitas,aku pamit kepada petugas perpus dan langsung menuju gerbang sekolah.

Langkahku terhenti saat ada seseorang yang menarik rambutku kecang. Membuatku mengernyit dan meringis. Aku memutar badanku ke belakang,melihat siapa yang membuat ulah ini kepadaku.








Next

The PiblueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang