Gendis memijat bahu pelan, terlalu lama berdiri membuat sebagian badannya kaku. Seharian ini menyalami tamu undangan, hal itu yang mengharuskannya untuk segera beristirahat. Tubuh dan pikirannya sedang lelah.
Tepat setelah Andaru mengungkapkan secuil masa lalunya, dering gawai milik lelaki itu berbunyi. Keduanya berpandangan. Siapakah gerangan?
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, apa betul ini dengan Bapak Andaru? Kami dari layanan Go-food, Pak." Mendengar suara di seberang, membuat Ndaru ingin sujud syukur.
"Iya, ada apa, ya?" Ndaru benar-benar lupa, ia terlalu sibuk menyiapkan dirinya, demi Gendis.
"Begini, Pak. Pesanan dua porsi "Sego Ceker Glintung" atas nama Pak Andaru sudah siap. Tolong bisa keluar, Pak? Saya di depan rumah jalan Sarangan nomor lima."
"Oiya, Mas. Sebentar, saya akan keluar." Akhirnya Gendis bisa mengakhiri degup yang sedari tadi merisaukan.
***
Malang, 07 Mei 2011"Andaru, ini, Mona. Salah satu peserta pertukaran mahasiswa tingkat akhir University of Malaya, bapak minta, selama saudara Mona tiga bulan di Malang, kamu harus mendampinginya," perintah Pak Dekan suatu hari.
Andaru, mahasiswa jurusan teknik elektro tingkat akhir, yang cerdas dan supel, hanya mengangguk mengiyakan. "Ya Allah, ciptaan-Mu begitu indahnya," gumamnya, setelah melihat sosok di depannya.
"Memperkenalkan, nama ai, Mona. Nak minte bantu agar ai bise dapet tahu dekak dengan budaye Indonesia," ucap Mona.
Gadis Malaysia yang begitu elok parasnya. Dengan rambut hitam panjang bagai model iklan shampo, ditambah hidung yang aduhai. Serta postur tubuh yang banyak diinginkan wanita.
Sebagian orang pasti setuju, jika boleh dikatakan ia sebanding dengan Anushka Sharma. Artis dari negeri yang terkenal dengan Sungai Gangga.
"Andaru, lebih tepatnya Andaru Perwira, you bisa manggil saya, Ndaru."
"Seronok bekenalan same you," balas Mona, terlihat gigi yang berbaris indah dari senyum merekah.
"Kok, seronok, Pak?" tanya Ndaru pada Pak Teja, sang Dekan.
"Senang berkenalan dengan kamu, begitu saja tidak tahu. Sudah antarkan Mona keliling kampus, tapi awas jangan bikin malu! Nama baik kampus ada di tanganmu!" ucap Pak Teja tegas.
"Siap, laksanakan, Pak!" ujar Ndaru penuh semangat, sambil melirik Mona.
Sungguh Ndaru bukanlah sosok pengobral cinta. Namun, awal dari kedekatan mereka, berlanjut dengan pertemuan yang berulang-ulang membuat rentetan peristiwa yang mengalir begitu saja.
Bahkan, Ndaru rela bangun seawal mungkin demi menjemput penghuni baru hatinya.
"Aku, suka kamu, Mona, kalau kamu?" ucap Ndaru pada pertengahan bulan ketiga sejak Mona di sini. Kala itu, langit kota Malang menjadi saksi bisu keduanya
"Ai jatuh cinte sama you," jawab Mona.
Begitulah, keduanya seakan tak terpisahkan. Tak ada lagi jarak pada kisah mereka, ruang dan waktu seakan melebur menjadi satu. Hal yang seharusnya tidak dilakukan pada makhluk yang berbeda jenis.
Sampai suatu ketika, Pak Rully, ayah Ndaru mengetahui perbuatan anak sulungnya itu. "Sungguh memalukan! Bukannya menyelesaikan kuliah, malah main saja! Mulai sekarang, jangan sekali-kali kamu temui wanita itu!"
Ndaru hanya terdiam, dirinya merasa bersalah. Ia sadar akan perbuatannya, dan berjanji akan segera meminta ampun kepada Sang Pencipta, dan keluarganya, terutama sang ibunda.
Lantas, bagaimanakah kabar Mona? Entah, ia tak yakin hal itu. Hanya mendengar dari seorang sahabat, kalau Mona kembali ke negara asalnya, Malaysia.
****
Malam semakin kelam, rembulan bersinar terang. Cahaya gemintang berkelip menemani seisi bumi."Alhamdulillah, aku kenyang," ujar Ndaru sambil memegang perut sixpactnya. Gendis tersenyum geli melihatnya. Pria humoris ini sekarang telah menjadi pasangan halalnya.
"Aku mau tidur, capek," ujar Gendis sambil merebahkan tubuh mungilnya.
"Beneran capek? Tapi kan, malam ini .... ," Ndaru tidak berani melanjutkan perkataannya. Sebenarnya, momen inilah yang paling ditunggu olehnya.
"Apa?"
"Itu, si lebah maunya dekat-dekat sama bunga yang lagi mekar," tukas Ndaru, membuat Gendis tergelak.
"Maaf, Mas. Bunganya lagi kena angin, lebahnya apa gak takut nanti tersapu? Angin topan loh ini! Tunggu tiga hari lagi, ya?
"Baiklah, lebahnya bisa bersabar lagi. Tetapi, meluk kamu sebentar saja, boleh kan, Dek?"
Entah, Gendis bingung mau menjawab apa, yang jelas hari ini merupakan hari terbaik dalam hidupnya. Dia pun segera memejamkan mata, hilang, tenggelam bersama mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENDIS
RomanceKisah tentang pasangan baru yang sedang menikmati indahnya mahligai pernikahan. Namun, sosok wanita masa lalu Andaru, sang pengusaha properti, mengusik ketenangan batin Gendis. Perempuan berparas manis. Akankah ia menyerahkan kekasih halalnya dengan...