"Cantik sekali, mau ke mana?" tanya Ndaru dengan pandangan yang tak lepas dari bidadari hatinya.
"Mumpung ada suami di rumah, jadinya pake bedak dikit bolehlah ya?" Sebuah senyum merekah terpancar dari kedua lesung pipit Gendis menambah pesona kecantikannya.
"Mumpung lagi cantik, Bagaimana kalau kita gowes? " tanya Ndaru lagi.
"Asik! Jadi kita ngedate? mau ke mana?"
"Muterin komplek aja. Sejak menikah, kita kan nggak pernah keliling di sini." Mendengar hal itu, bibir tipis Gendis manyun seketika.
"Kenapa? Keberatan?"
"Nggak, ya udah ayo berangkat! Mumpung cuaca sore ini lagi bagus." tukas Gendis sambil merapikan setelan tunic merah muda berpadu celana coklat.
"Aku bonceng, mau? Sepedanya cuman satu!"
"Hmm ... boleh, Mas Ndaru tunggu aku di luar." pinta Gendis sambil bersiap.
"Siap belum? Roknya di angkat dikit, tapi awas jangan ketinggian." Mendengar perkataan Ndaru membuat Gendis tak bisa menahan tawa.
"Bismillahirrahmanirrahim. Jangan ngebut, nanti aku jatuh."
"Kalau kamu jatuh, nanti aku pungut lagi," celoteh Ndaru hingga sebuah cubitan mendarat di pinggangnya.
🌻🌻🌻
Awan putih berarak penuh keceriaan. Seperti perasaan Gendis dan Ndaru saat ini. Bahagia dan damai menyelimuti hati mereka. Bagai bunga musim semi bermekaran. Begitulah cinta mereka bersemi.
"Stop ... stop! Kita rehat di ujung taman itu ya, Mas," pinta Gendis sambil menunjuk sebuah taman yang di sediakan khusus untuk penghuni perumahan. "Duduk sini, Mas, mumpung kita punya waktu luang menikmati suasana sore."
"Sebenarnya aku pengen tanya sama kamu .... ," Ndaru menatap manik mata kucing milik Gendis. "... dari dulu kamu suka sama aku, kan?"
"Eits! Mas Ndaru kok gitu? Bukannya Mas Ndaru yang witing trisno jalaran soko kulino?" ucap Gendis tertawa lepas.
"Salah! Yang betul itu, witing trisno jalaran soko ngglibet. Tiap hari kerjaku kan merhatiin kamu," tukas Ndaru sambil mengingat betapa manisnya putri semata wayang Pak Reza, juragan property sekaligus bos Ndaru.
"Mas, tahu tidak kalau tugas kita bukan untuk mencari jodoh? Tetapi mempersiapkan diri untuk menerimanya Ketika sudah siap menurut Allah, pastilah jodoh itu akan datang dari jalan yang tidak terpikirkan oleh kita."
"Benar apa katamu, Dek. Jodoh juga tidak dapat dikejar walaupun ketika kita terlalu menginginkannya."
"Iya! Seperti Mas Ndaru sama Mona, iya kan?" dengkus Gendis.
"Yaelah masih diungkit lagi. Kamu cemburu ya?"
Gendis pura-pura tak mendengarkan perkataan Ndaru. Beruntung ia melihat seorang penjual arum manis menjajakan dagangannya.
"Eh, ada arum manis! Gendis beliin, Mas!" rajuk Gendis, suaranya dibuat semanja mungkin.
"Kenapa harus arum manis?" tanya Ndaru.
"Karena aku suka!" jawab Gendis. "Bang, arum manisnya dua ya!" Gendis menyodorkan uang dua puluh ribuan kepada si penjual yang dibalas dengan anggukan. Hanya beberapa menit berselang, pesanan pun siap.
Embusan sang bayu menemani Gendis dan Ndaru menikmati arum manis, "Gendis itu artinya gula. Karena itu dia suka sama semua hal yang manis. Semanis orang di sebelahnya ini," ujar Ndaru yang dibalas dengan cubitan lagi.
"Mas, walaupun kamu tidak manis, yang penting kita saling setia itu aja udah cukup buatku."
"Masih kurang!"
"Apanya yang kurang?" selidik Gendis.
Ndaru memegang dagu Gendis mesra, "Karena kita kekurangan anggota, Jadi ... kapan bisa punya junior?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GENDIS
RomanceKisah tentang pasangan baru yang sedang menikmati indahnya mahligai pernikahan. Namun, sosok wanita masa lalu Andaru, sang pengusaha properti, mengusik ketenangan batin Gendis. Perempuan berparas manis. Akankah ia menyerahkan kekasih halalnya dengan...