Gendis (part 5)
Menepi, jauh dari hiruk pikuknya kehidupan. Itu yang ada dalam pikiran Gendis. Entah, berapa purnama yang telah dilewati olehnya. Ia menunggu Ndaru, sejak masa sekolah.
Gendis memilih kursi paling ujung, dengan meja oval sebagai pelengkapnya. Secangkir coffe latte dengan donat glaze akhir dari petualangannya malam ini.
Haruskah aku bersabar lagi, Mas? Ingin kugenggam dirimu sebelum menjauh, karena kutahu, mempertahankan tak semudah mendapatkan.
Gendis menggoreskan isi hatinya pada selembar kertas. Perih menikam ulu hati. Menyesakkan.
"Permisi, Gendis, bukan ya?" tanya sosok pria dengan jambang tipis berjaket kulit. "Masih ingat saya, kan?" ujarnya. Pria itu melihat sejenak coretan hati Gendis.
Gendis menatap nanar. Dia, pria yang pernah hadir di masa lalunya. Seseorang yang namanya terkubur dalam-dalam. Sebuah senyum terkulum dari bibir tipisnya. Mengalirkan sebuah kehangatan, yang pernah ia rindukan, dulu.
🌺🌺🌺
GENDIS (Part 6)
"Pengantin baru kok jalan sendirian?" Sebuah suara mengalihkan pandangan Gendis dari laptop merahnya. "Boleh gabung, kan?" imbuh lelaki berjaket kulit itu sembari meletakkan secangkir tiramisu coffee panas.
"Mas Yoga?" Gendis sedikit terhenyak.
"Apa kabar, Cantik? Ternyata masih ingat toh sama aku yang pernah kau tolak?" Mendengar kalimat itu, ingatan Gendis seakan kembali ke masa lalu. Di mana sahabat Ndaru secara nyata mengungkapkan perasaan suka pada dirinya.
"Alhamdulillah, baik, Mas."
"Ndaru mana?"
"Ada, mungkin sebentar lagi datang," Gendis terpaksa berbohong demi kebaikannya. Tak mungkin ia berterus terang bahwa, saat ini Ndaru sedang ke luar kota.
"Jadi, kamu masih ngajar?" Yoga menatap sebuah laporan yang baru saja diketik oleh Gendis.
"Ya begitulah!" tukas Gendis.
Dulu, Yoga sebenarnya tahu bahwa Ndaru, bersimpati kepada sosok bernama Gendis mulai awal mereka berkenalan. Yaitu, saat Yoga dan Ndaru melaksanakan pelatihan kerja lapangan di kampung Gendis, saat mereka berdua tercatat sebagai mahasiswa jurusan IT. Namun, Yoga tidak peduli ia tetap mengutarakannya, toh belum ada janur melengkung pikirnya.
"Ndis, kamu bahagia menikah sama Ndaru?" tanya Yoga dengan mimik serius.
"Alhamdulillah, seperti yang Mas Yoga lihat. Mungkin Allah memberikan jodoh yang terbaik buat saya." Gendis mulai tidak nyaman dengan pembicaraan dirinya dengan Yoga, sambil menutup laptop dan mulai mengemasi barang-barangnya, ia berkata, "Maaf, Mas, saya pamit dulu, barusan ingat ada acara mendadak, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati kalau pulang," tukas Yoga.
Gendis hanya mengangguk dan mulai menjauh, dirinya tak ingin terjebak dengan masa lalu, apalagi statusnya kini adalah istri orang.
"Ndis ... Gendis! Kalau Ndaru tidak bisa membahagiakan kamu, aku bisa, Ndis!" ucap Yoga setengah berteriak.
Gendis terus melangkah, tak sedikitpun ia menoleh. Saat ini yang ia inginkan adalah pulang dan segera beristirahat. Lalu, ia menuju basement di mana Honda Brio nya terparkir.
Saat tiba di area parkiran, tiba-tiba ekor matanya menangkap dua insan berbeda jenis, lantas Gendis berhenti. Dirinya tak begitu yakin dengan apa yang dilihatnya. "Itu bukannya Mas Ndaru?" gumamnya. Gendis mencoba mendekat, mengikis jarak antara mereka dengan penuh kehati-hatian.
"Terima kasih, Ndaru, you masih mau berhubungan dengan awak," ujar perempuan berambut panjang yang memakai dress hitam berpadu high heels beraksen Melayu.
"It's okay," balas Ndaru singkat, "Kalau masih belum puas, call aku," imbuhnya.
"Mona? Be ... belum puas?" Gendis menjerit pelan, ia tak menyangka melihat peristiwa ini.
Seketika tubuh Gendis lunglai. Ndaru, kekasih hatinya kini terasa bagaikan orang asing.
Sungguh kini ia tak tahu arah. Bagaimana mungkin Ndaru mempermainkan perasaannya? Sedangkan dirinya hidup dengan menggenggam ketulusan. Ya! Setulus cinta Gendis kepada Ndaru.

KAMU SEDANG MEMBACA
GENDIS
RomanceKisah tentang pasangan baru yang sedang menikmati indahnya mahligai pernikahan. Namun, sosok wanita masa lalu Andaru, sang pengusaha properti, mengusik ketenangan batin Gendis. Perempuan berparas manis. Akankah ia menyerahkan kekasih halalnya dengan...