04. Senyum Langit.

8.2K 695 423
                                    

Dear Readers yang terhormat. Bisa kasih saya komen yang nikmat, senikmat story' yang saya persembahkan😍

***

Anggia perlahan membuka kedua matanya. Menatap pemandangan sekeliling yang terasa asing. Sebuah kamar besar dengan ukuran king size. Kemudian piyama yang sedang ia kenakan sepertinya bukan miliknya.

Di mana ini?

Anggia bertanya pada dirinya sendiri. Perlahan ia bengun dan duduk menyandar pada kepala ranjang.

"Sudah bangun?"

Pertanyaan seseorang membuat Anggia menatap kaget padanya. "Kakak ngapain di sini?"

Langit senyum kecil, "Ini rumah gue, kenapa? Enggak boleh?"

Anggia mengerjap. Rumahnya? Maksudnya? Kemudian dengan gerakan cepat Anggia turun hendak turun dari ranjang itu. Tapi Langit menahannya.

"Mau kemana lo?"

"Ma-mau pulang." Anggia menunduk dengan menepiskan tangannya yang di pegang Langit.

"Pulang? Kemana?"

Anggia mengangkat wajahnya dengan kedua alis yang berkerut. "Ke rumah saya Kak, kenapa pertanyaan kakak aneh seperti itu? Meskipun saya miskin saya juga punya rumah."

Langit mendengus. "Di rumah lo ada siapa?"

"Papah." Jawab Anggia pendek.

Langit kembali mendengus kasar. Kemudian ia mendekat dan duduk di kasur di samping gadis itu. Membuat Anggia waspada.

"Lo pengin tahu berapa jam lo pingsan?"

Anggia menggeleng.

"Seharian!"

Dengan tatapan cepat dan tak percaya. Anggia menatap laki-laki di depannya itu. Kemudian ia menggeleng.

"Tidak mungkin,"

"Kenapa tidak mungkin?"

Langit berdiri gelisah. Ia bersidekap dada dan menatap gadis itu tajam. "Lo itu luka, lo itu sakit, dan itu parah. Kenapa lo sampe enggak peka pada diri lo sendiri. Apa lo mau mati?"

Suara Langit terasa meninggi. Dan tentu saja hal itu membuat Anggia kaget. Kenapa laki-laki itu semarah ini padanya. Apa urusannya? Ini tubuhnya, miliknya. Kenapa ia harus repot-repot ikut campur.

"Saya tidak mengerti apa maksud kakak, sepertinya saya harus pulang."

Anggia kembali hendak beranjak. Namun sekali lagi Langit menarik gadis itu hingga kembali terduduk.

"Gue belum selesai ngomong sama lo Anggia. Dengerin dulu coba."

"Kakak kenapa sih ikut campur urusan saya?"

Kali ini Anggia terlihat marah. Ia mulai merasa kalau Langit mulai mengendalikan dirinya. Anggia tidak suka di atur oleh siapapun. Apalagi oleh orang yang bukanlah siapa-siapa untuknya.

Ia mungkin tahu kalau Langit ini Adalah laki-laki anak orang kaya. Laki-laki yang banyak diburu para gadis. Tapi bukan berarti Anggia mau-mau saja. Jika Langit mengendalikan dirinya sesukanya.

"Hey! Saya tanya, kenapa Kakak ikut campur urusan saya?" Bentak Anggia, ia amat kesal pada laki-laki itu. Namun Langit masih terdiam saja. Hanya menatapnya saja.

Pingsannya Anggia membuat Langit cemas. Apalagi ketika dokter pribadinya mengatakan. Kalau Anggia ini mempunyai banyak luka di sekujur tubuhnya. Dan itu cukup parah.

Langit ingin tahu siapa pelaku yang tak berotak. Karena dengan teganya telah melakukan hal sekejam itu. Makanya ia membawa gadis itu kerumahnya. Ia berharap akan ada keluarga Anggia yang datang menjemput.

Langit Senja (Dilanjut Di Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang