Chapter 2

3.1K 590 128
                                    

Aku tidak mengerti apa yang salah dariku. Bukankah seharusnya aku merasa senang melihat wajah kecewa Jungkook ?. Ini tidak seperti yang aku inginkan.

Aku merasakan sesuatu yang lain di hatiku. Rasanya sakit melihat raut wajahnya seperti itu.

"Sial, apa yang aku pikirkan." 

"Tae, kau baik ?" 

Aku menatap wajah cantik Eunha yang nampaknya mengkhawatirkan ku. Senyumnya memang indah, aku menyelipkan pelan anak rambutnya ke belakang telinganya. Hingga aku tersadar Jungkook sudah pergi.

Aku kembali merasa tidak enak. Perlahan aku melepaskan pelukan Eunha yang berada di pinggangku.

"Badanku bau dan berkeringat setelah bertanding tadi. Hari ini kau pulang sendiri dulu." Ujarku santai padanya dan melenggang pergi. Bisa kudengar Eunha meneriaki namaku tapi aku tidak peduli.













Malam sebelum kecelakaan •





Jungkook kembali meneguk minumannya dan terus mengumpat nama Taehyung dengan suka hati. Tidak mempedulikan wanita-wanita yang sedari tadi berusaha mencuri atensi Jungkook dari minumannya. Jungkook bisa saja melemparkan uangnya tanpa perlu main dengan wanita itu.

Tapi, kali ini Jungkook beranggapan Taehyung sudah kelewatan padanya. Setelah membayar minumannya ia keluar dengan langkah gontai menuju mobilnya.

Dan seolah dewa fortuna memihaknya tak jauh di depan mobilnya,  Taehyung berdiri disana dengan ponsel yang berada di dekat telinganya. Emosi sudah menguasai diri Jungkook saat ini juga.

Setelah melihat tubuh Taehyung yang terpental jauh itu, Jungkook baru tersadar dengan hal yang ia lakukan.





























"Aku menahan diriku agar tidak menegurmu selama 1 tahun ini. Setelah kau berpacaran dengan Eunha itu kau berubah! Aku seperti tidak mengenal adikku sendiri! Dan sekarang apa, hah!?"

"Kau.. hampir menewaskan seseorang!? DIMANA AKAL SEHATMU JUNGKOOK!?"



Jungkook menyesal, sangat menyesal saat ini. Karena tidak tahu harus melakukan apa ia langsung menghubungi Kakak tirinya, Yoongi untuk meminta bantuan. Kakaknya yang hanya seorang kasir itu memijat keningnya dan sesekali menghela nafas.

"Maaf,..." lirih Jungkook.

"Maafkan aku, aku tidak bisa mengontrol diriku."

Yoongi menatap adiknya yang tertunduk. Ini pertama kalinya ia membentak adiknya. Yoongi tidak masalah dengan biaya hanya saja kali ini Jungkook sudah keluar batas.

Balapan liar, minum, berpacaran dengan gadis yang bahkan Yoongi tak suka kelakuannya, dan sekarang menabrak seseorang dengan sengaja.

Benar-benar bukan sosok Kookie yang ia kenal.

Yoongi hanya bisa memeluk Jungkook dan mengelus punggung adiknya itu.

"Maafkan aku juga karena membentakmu. Masalah biaya pengobatannya biar aku yang urus. Jangan memikirkan itu, aku tidak mau adikku ini semakin tertekan. Sampai dirumah nanti aku akan mendengar cerita darimu... Karena aku yakin adikku punya alasannya sendiri."  Jelas Yoongi dan semakin mengetatkan pelukannya.







Terakhir sebelum Yoongi pergi untuk membayar semuanya ia mengecup kening adiknya dengan lembut sebagai penenang.




Jungkook kembali terdiam dan tak lama Jimin keluar dari ruangan. Jimin menatap Jungkook tak minat, ia mengeluarkan sesuatu dari kantungnya dan memberikannya pada Jungkook.

KAPTEN BASKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang