Chapter 9

1.3K 264 22
                                    

Warning typo(s)























Mata doe itu menatap sekelilingnya dan sedikit merasa takut dengan lingkungan barunya. Ia meremat erat tas kecil yang berada di punggungnya. Begitu ia mendongak tak jauh dari depannya ada seoarang anak laki-laki lain. Lebih tinggi darinya. Anak laki-laki itu mendekat dengan sebuah akuarium kecil di pelukannya. Begitu ia berdiri tepat di hadapan Jungkook. Ia menatap Jungkook dari bawah hingga atas. Membuat bocah kelinci di depannya semakin gugup.


"H—Halo, salam kenal! Namaku Jungkook! Jeon Jungkook!"  Jungkook memberanikan diri untuk berkenalan dan mengajak anak laki-laki itu untuk salaman.

Anak laki-laki itu hanya terdiam dan membalas jabatan tangan Jungkook. Belum sempat menanyakan namanya, anak laki-laki itu berjalan cepat meninggalkan Jungkook yang menatapnya bingung. Apa mungkin anak laki-laki itu takut padanya sehingga ia pergi tanpa memperkenalkan namanya. Jungkook masih berdiri di tempatnya.

Hingga dua anak lelaki lain menariknya untuk masuk di kelas barunya.


















































"Aku Taehyung! Kau bisa memanggilku Tae!"

"Aku Jimin!"

"Ah—salam kenal hyungie! Koo mau berteman dengan hyungie!" 

"Namamu lucu sekali! Koo? Kkk, seperti kookies!"




















































Dan malam itu Jungkook terbangun dengan keadaan keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Ia baru saja bermimpi melihat dirinya dengan tiga anak lelaki lainnya. Ia yakin itu sebuah mimpi. Namun, baginya itu terlalu nyata. Tak lama seseorang mengetuk pelan pintu kamarnya. Pintu terbuka pelan dan menampakkan Yoongi berdiri disana. Yoongi menatap adiknya sendu. Ia tahu adiknya baru saja bermimpi buruk.

"Aku baik-baik saja hyung. Aku akan kembali tidur."  ujar Jungkook. Kembali berbaring dan membelakangi Yoongi.

Yoongi menghela nafas dan menutup pintu. Lelaki dengan kulit putih pucat itu berjalan ke dapur dan mengambil segelas air untuk ia minum. Akhir-akhir ini pikirannya juga terganggu oleh sesuatu. Setelah hari itu dimana Jimin menjelaskan kalau dirinya, Jungkook dan juga Taehyung adalah teman semasa kecil. 


"Hyung kumohon bantu aku agar Jungkook mengingatnya."

"Maaf aku tak bisa menolongmu. Adikku hampir meninggal waktu kecelakaan itu. Apa kau pikir aku akan membiarkannya mengingat kejadian itu kembali dan terus-terusan memikirkannya? Pergi Jim, adikku akan baik-baik saja dan tetap baik-baik saja dengan ia tak mengingat sedikitpun tentang kalian."








Yoongi mengusap wajahnya kasar. Teringat lagi kata-kata kasar yang ia lontarkan pada Jimin. Yoongi tak dapat berbohong. Ia sangat takut kehilangan adiknya lagi. Kecelakaan yang menimpa adiknya itu hampir membuat adiknya meninggal.
































































































Jungkook kecil menggenggam tangan Taehyung dan Jimin begitu erat. Ketiga anak kecil itu bergetar ketakutan. Tadinya mereka sedang asik saja ikut bertamasya dengan guru mereka. Namun, siapa sangka ketiga anak kecil ini malah tersesat di sebuah jalanan besar.

"Hiks."   Jungkook tak bisa lagi menahan isakannya. Begitupun Jimin yang sudah menangis daritadi. Taehyung menggenggam erat tangan Jungkook dan memastikan tangan temannya itu hangat di genggamannya.

"Kookoo percaya Tae kan? Tae akan membawa kita semua pulang! Kembali ke camp lagi!"  ujar Taehyung yang berusaha meyakinkan Jungkook kalau semuanya akan baik-baik saja.

"Koo—hiks, koo takut!"  suaranya bergetar dan tangisannya kian bertambah. Pipi gembilnya sudah memerah begitupun matanya yang membengkak. Jimin sudah berhenti menangis dan ikut menenangkan Jungkook yang suara tangisannya lebih besar dari dirinya. Cukup lama mereka terdiam di pinggir jalan tanpa satupun mobil yang lewat. Hingga Jimin harus menutup matanya karena silai dengan sebuah cahaya.


"Tae! Itu ada mobil yang lewat!" 

Taehyung kecil yang terlampau senang segera menarik tangan Jungkook untuk berdiri di tengah-tengah agar mobil itu berhenti.

"Ahjussi! Tolong berhenti!"  teriak Taehyung dan Jungkook bersama.


Namun,

Tragis.







Jimin harus melihat kedua temannya yang menjadi korban dalam tabrakan itu. Tubuh Taehyung dan Jungkook terpental cukup jauh. Tubuh Jimin kecil bergetar kuat begitpun dengan tangisnya. Untung saja pelaku dari tabrakan itu keluar dari mobil. Jimin berbalik dan begitu terkejut dengan apa yang ia lihat.










Bahwa, kedua orangtua nya lah yang menabrak teman-temannya. Singkat cerita guru mereka melaporkan bahwa mereka hilang dan para orangtua ikut mencari. Karena terlalu panik orangtua Jimin tidak hati-hati. Jimin bahkan berteriak marah ketika orangtuanya ingin memeluknya.

"Jimin mau sama Tae dan Kookoo!—hiks."  Jimin mengadu begitu keras membuat orangtuanya semakin merasa bersalah. Tak menunggu waktu lama orangtua dari Taehyung dan Jungkook, dan juga ambulance datang untuk menolong. Bahkan para anggota keluarga sudah sangat pesimis dengan keadaan anak mereka yang kritis.



Jimin juga disana. Menggenggam erat sapu tangan milik sahabatnya. Berdoa dan terus berdoa agar sahabatnya selamat. Hingga dokter memberi hasil dan menyuruh para anggota keluarga untuk bersabar karena keadaan Taehyung dan Jungkook yang sangat kritis.
















































































"Jimin?

Jimin terhenyak dari lamunannya dan mendapati Ayahnya yang menepuk bahunya.

"Kau baik-baik saja?"

Jimin menggeleng pelan, "Tidak."

Ayahnya tahu sang anak masih sangat terpukul dengan kejadian tragis beberapa tahun yang lalu. Yang dimana itu juga adalah salahnya. Dan Jimin bertekad akan mengembalikan ingatan kedua sahabatnya itu dan menjelaskan apa yang sebenarnya yang terjadi pada malam itu. Namun, begitu ia ingin meninggalkan ruangan itu tiba-tiba sang Ayah.

"Ayah minta maaf."  


Suara yang terlampau parau. Air mata Jimin kembali menetes. Ia tak bisa membenci pelaku dari tabrakan itu karena sang pelaku adalah orangtuanya sendiri. Jimin memilih menepis tangan Ayahnya dan berjalan ke kamarnya.

















TBC


Kebablasan nangis nulis ini, sambil denger musik , plus ngebayangin. Sial nangis.

Kalian nangis ? Ga pasti. :"D

KAPTEN BASKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang