7. Alasanku

15 0 0
                                    

Assalamu'alaikum...!

Dari kamarku, samar-samar terdengar suara seseorang yang datang kerumah sore ini, entah siapa. 

" Mungkin itu tamu yang akan menemui mamah", pikirku.

Saat melihat jam, aku pun melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.15 WIB. Karna hari ini aku ada jadwal siaran jam 17.00 , aku pun memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur ku dan menuju kekamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap berangkat.

tapi saat aku sedang duduk disisi kasur, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar ku.

Tok tok tok...

" Iyaaa? " Jawabku.

" Teh, ada tamu tuh didepan "

Ternyata itu adalah Bi. Nani, pembantu dirumah ku.

" Siapa ? "

" Itu yang kemarin-kemarin pernah datang kesini juga "

Seingat ku, selama beberapa pekan lalu hanya ada seseorang yang pernah datang kerumah. Amar... Tapi, apa mungkin dia? bukannya dia masih sakit? entahlah, mungkin lebih baik kulihat dulu.

Tapi... Semakin dekat aku menuju pintu di depan rumah, entah kenapa aku merasa semakin gugup, detak jantung ku menjadi lebih cepat, sama rasanya seperti saat aku berada didekat Amar.

Aku pun berusaha menenangkan diri, ku tarik nafas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, berharap gugup yang kurasakan ini berkurang.

Tapi, semua yang kulakukan seolah menjadi sia-sia begitu saja saat kulihat yang ada dihadapan ku ternyata benar-benar sosok yang kupikirkan.

Aku senang, tapi rasa kagetku saat melihatnya lebih besar dari rasa senang yang kurasakan.

Kau tau? bagaimana sulitnya aku berusaha untuk bersikap biasa saja saat dihadapannya.

Ingin rasanya aku tersenyum saat dihadapannya, tapi aku lebih memilih untuk bersikap dingin dan biasa saja, karna aku takut dia akan menertawakanku jika melihat ku tersenyum tanpa alasan.

" Lagi ngapain ? " 

Suara Amar membuyarkan lamunanku.

" Ini, lagi siap-siap "

" Mau kemana ? siaran ? "

" Iya nih, kebagian jadwal malem, sini masuk"

"Mamah ada?"

"Ada"

"Ke mamah dulu lah salaman"

"Oh iya, dibelakang tuh, yuk sini"

Kami pun berjalan menuju belakang rumah untuk bertemu mamah.

"Mah, Amar..." Kata ku sambil menunjuk ke arah Amar.

"Eh Amar... "

"Assalamu'alaikum mah" 

Amar menghampiri mamah dan bersalaman.

"Wa'alaikumsalam... apa kabar? baru liat lagi mamah, sehat mar?"

Ya, mamahku sudah mengenalnya, dan mudah akrab dengan teman-temanku. Mamah juga type orang yang aktif berbicara, jadi setelah itu mamah sedikit berbincang dengan Amar.

"Yaudah ajak masuk teh, kasih minum" kata mamah.

belum sempat ku menjawab, Amar bilang...

"Iya nih mah, kalo ga disuruh aja dia mah gasuka ngasih minum, malah suka disuruh ambil minum sendiri coba"

Mendengar dia berkata seperti itu, aku langsung meliriknya dengan rasa kesal. Ya memang ada benarnya sih, tapi aku tetap merasa kesal, kenapa dia harus memberitahu hal seperti itu pada mamah.

"Eh, gaboleh gitu, harus sopan"

Kata mamah padaku.

"Iya mah iya..."

Melihat itu Amar hanya menertawaiku. 

***

Di ruang tamu

"Yaudah siap-siap sana, gua anter"

Oh iya! aku lupa bahwa aku harus segera bekerja. Karena tak ada waktu lagi, aku pun mengiyakan ajakannya. Sementara dia duduk diruang tamu, aku pun langsung bersiap-siap untuk bekerja.

Senang rasanya bisa bekerja ditemani olehnya. Walaupun dia sedang dalam keadaan kurang sehat, dia tetap menemaniku, duduk dihadapanku, melihatku yang sedang sibuk siaran. 

Sesekali aku meliriknya sambil tersenyum saat sedang on air, dan dia pun kembali tersenyum.

Jika sedang memutar musik, aku sesekali bertanya apa dia merasa bosan atau tidak. Tapi dia selalu bilang tidak merasa bosan dan tak usah menghiraukannya, dia bilang... dia hanya ingin menemaniku.

Mendengarnya seperti itu, terkadang aku merasa tak enak hati karena merasa sudah merepotkannya secara tidak langsung. Dia mengantar jemput ku, dia menemaniku on air dalam waktu yang tidak sebentar, dan selama itu dia juga hanya duduk menungguku.

Untukmu...

Mungkin aku tak pernah mengucapkannya secara langsung, tapi disini aku ingin berkata...

"Taukah kau? setiap kau bersamaku, aku selalu merasa bahagia. Aku bersyukur telah dipertemukan denganmu, kau yang peduli denganku, kau yang selalu memerhatikan ku hingga hal terkecil bahkan hingga saat aku tak dapat membuka bungkus permen, kau selalu membukakannya untukku. ya, hal sederhana yang kau lakukan itu yang membuatku menyukaimu. Terimakasih untuk semua hal yang telah kau lakukan untukku. Bahkan dimalam yang lalu, saat kau menanyai keberadaanku karena hujan deras, dan benar... malam itu aku memang tak bisa pulang karena terjebak hujan, tanpa diminta, kau hanya ingin aku untuk tetap diam dan menunggu mu menjemputku. Kemudian kau datang dan mengantarku pulang ditengah hujan deras malam itu"

Arhamar Afi...

Ya, aku tengah mengingatnya malam ini, dan aku merindukannya.

Aku merindukannya.

I love you ^_^Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang