1 # Pergi

60 10 6
                                    

"Daah.." Kata seorang laki-laki dengan senyum di bibirnya dan ia melambaikan tangan.

Dihadapannya ada seorang perempuan yang dua tahun terakhir mengisi hari-harinya. Ia hanya diam, tak berniat membalas lambaian tangan laki-laki itu.

"Jangan rindukan aku ya." Kalimat itu yang mengantarkan kepergiannya. Lalu, ia berbalik badan dan beranjak pergi.

Perempuan itu masih terdiam, menatap langkah besar laki-laki yang semakin jauh. Tanpa goresan senyum sedikit pun.

Air matanya menumpuk, berusaha mendobrak pelupuk. Namun, ia mencoba menahannya agar tidak menetes di pipinya.

Nafasnya tertahan, seiring menjauhnya tubuh laki-laki tinggi yang membawa koper besar.
Sesak. Rasa yang terpendam selama dua tahun ini menjejak ingin keluar. Ingin sekali ia meluapkan semua perasaan itu.

Namun, nyalinya tak cukup. Karena ia  hanya dapat bersembunyi dalam sebuah kata yang disebut dengan teman dan terjebak dalam sebatas hubungan pertemanan

Selalu saja seperti itu, karena menurutnya hanya itulah yang dapat dilakukan agar ia tetap bisa bersama dengan laki-laki itu.

Sampai saatnya mereka harus berpisah, nyalinya belum juga cukup untuk mengungkapkan semuanya, dan hanya dapat terus menatap punggung laki-laki itu yang semakin menjauh.

"AKU MENCINTAIMU!! SANGAT MENCINTAIMU!! BERJANJILAH UNTUK KEMBALI PADAKU, KARENA AKU BENAR-BENAR MENCINTAIMU. AKU MOHON UNTUK SECEPAT MUNGKIN KEMBALI!!" Teriaknya.

Sayangnya, hanya kalbunya saja yang berteriak. Hatinya meronta, memerintahkan dirinya untuk mengejar dan memeluk laki-laki tinggi itu. Tetapi ia harus tetap berdiri kokoh pada pendiriannya. Merelakan semua rasa demi keutuhan hubungan mereka sebagai teman.

"Segeralah kembali. Aku akan sangat merindukanmu, tapi kamu telah melarangku untuk merindukanmu. Jujur, aku tidak bisa." Gumamnya sangat pelan, bahkan tidak terdengar karena bisingnya keramaian bandara.

Ia berbalik meninggalkan bandara sesaat ketika tak lagi terlihat sosok laki-laki tadi.

Perempuan tadi keluar bandara, lalu menghentikan taxi. Ia langsung masuk kedalam taxi dan ia membuka tasnya, ia mendapati sebuah foto yang menampilkan dua pasang manusia yang terlihat bahagia. Ya, itu adalah fotonya bersama sang laki-laki tadi.

TES

Satu tetes air matanya dengan lancang telah menghancurkan benteng yang sedari tadi ia bangun agar tidak mengalir.

Ia mencoba menghapus air mata tersebut, tapi semakin ia mencobanya, semakin deras air matanya.

"Non, ada apa?" Tanya supir taxi yang mendengar suara isakan tangis penumpangnya.

"Ngga apa-apa kok pak."

"Yakin, Non?" Pak supir memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Iya Pak." Jawab perempuan itu dengan senyum.

***

'Jangan rindukan aku ya.'

Apakah baru saja aku telah melarangmu untuk merindukan aku? Tapi pada kenyataannya aku selalu ingin dirindukan oleh dirimu.

Diriku merasa begitu sakit saat dirimu tak membalas lambaian tanganku, tak ada senyum yang merekah di bibir ranummu, kamu hanya berdiam diri disana, menatap langkahku dengan wajah datar, padahal aku sangat berharap agar kamu mengejarku dan memelukku.

Ah, rasanya itu akan terjadi hanya didalam mimpi saja. Kamu tidak benar-benar kehilangan atas kepergianku.

Karena kamu hanya menganggapku teman. Aku hanya bisa diam dan memendam. Karna aku takut akan perpisahan.

Bulan dan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang