6 # Datang dan Pergi

12 5 3
                                    

"Pergi lagi?" Untuk kedua kalinya, Bulan mengantarkan kepergian Juni.

"Iya. Aku harus pergi, Bulan." Juni membelai setiap helai rambut Bulan dengan begitu lembut.

"Kenapa kamu selalu pergi ninggalin aku?" Tanya Bulan tanpa melihat wajah Juni, ia tak berani melihatnya, ia takut air mata yang telah jatuh diketahui Juni.

"Seperti biasanya, aku akan kembali lagi padamu." Juni yang menyadari Bulan menangis, mengusap air mata yang mengalir di pipi Bulan, mendongakan kepala Bulan agar menatap dirinya.

"Justru itu. Kamu pergi, lalu kembali, kemudian pergi lagi. Aku ingin kamu selalu disini." Kata Bulan penuh emosional, kali ini ia ingin meluapkannya.

"Jangan khawatirkan aku, Bulan. Aku ngga akan lupain teman terbaikku ini." Juni menyubit pipi tembam Bulan, membuat pipi itu merah dan sakit.

Peringatan keberangkatan kereta api yang akan ditumpangi Juni sudah menggema di stasiun.

Sebelum akhirnya Juni berbalik menuju kereta, ia mengacak-acak rambut Bulan dan menarik sudut bibir Bulan agar tersenyum.

Tepat saat Juni ingin melangkahkan kaki, sudut jaketnya terasa ada yang menahan, ternyata tangan Bulan menggenggam jaket itu dengan erat. Tanpa membalikkan badannya, Juni melepaskan genggaman itu dengan lembut. Kemudian ia sedikit berlari agar tidak ketinggalan kereta.

"Kamu melangkah pergi, untuk kesekian kali. Meninggalkan aku sendiri. Tanpa harapan yang pasti." Hati Bulan berbicara penuh perih atas semua ketidakpastian yang ada.

BRUKK

Saat Bulan keluar stasiun ia menabrak seseorang yang sedang berlari terburu-buru.

"Aw." Tangannya terluka karena tergores resleting jaket orang tersebut.

"Sorry, sorry gue buru-buru." Orang tersebut membantu Bulan untuk berdiri.

"Revan?"

"Bulan?"

Mereka sama-sama terkejut saat melihat wajah orang yang ditabraknya, sebelum akhirnya seseorang yang bernama Revan tersenyum.

"Lho..."

"Lan, lo tunggu disini bentar ya! Bentar aja oke? Jangan kemana-mana!" Revan berlari masuk ke stasiun.

Dari tempat Bulan, terlihat Revan sedang menemui seorang perempuan yang memberikan sesuatu padanya, kemudian perempuan itu memeluk Revan namun tak dibalas oleh Revan. Setelah beberapa menit mereka berbincang, perempuan itu pergi membawa koper besar ditangan.

"Hai, udah lama ya kita ngga ketemu." Revan kembali menghampiri Bulan yang masih berada didepan stasiun.

"Baru 4 bulan." Bulan mengelak pernyataan Revan dengan lembut tanpa ingin menyakiti hatinya.

"Ya buat gue udah lama sih, lagian udah hampir 5 bulan kali."

"Eh iya, lo lagi sibuk ngga?" Lanjut Revan.

"Ngga, kenapa emang?"

"Temenin gue yuk cari buku, lo kan suka buku, pasti tau buku-buku yang bagus."

Bulan tak langsung menjawab, ia takut hatinya akan tersakiti lagi, takut menyakiti hati laki-laki yang ada dihadapannya. Kenangan masa lalunya datang menghampirinya dengan lancang.

*****


"Kamu kenapa ngelakuin ini?" Tanya laki-laki tersebut penuh amarah.

Yang ditanyai hanya diam, menahan air matanya agar tidak jatuh. Sedangkan laki-laki tersebut mencoba meredamkan amarahnya.

Bulan dan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang