7 # Masa Lalu

7 4 2
                                    

"Ini utang gue di masa lalu yang ngga bisa bahagiain lo."

Kalimat tersebut masih mengganggu pikiran Bulan. Ia sedari tadi hanya mengetuk-ngetukan jarinya di meja, menatap kertas kosong yang seharusnya ia tulis untuk keperluan Schoolarship.

"Ini salah aku. Aku ngga bisa membuat kamu bahagia sama aku. Aku kira, cara ini bisa membuat kamu bahagia, ternyata ngga. Sampai akhirnya ada orang lain yang berusaha membuat kamu bahagia. Sampai akhirnya aku sadar, aku harus melepaskan kamu dari ikatan ini. Karena aku ngga mau nyakitin kamu."

Kalimat dari masa lalunya kembali datang seakan memaksanya untuk masuk kembali ke ruang waktu. Kekuatannya begitu kuat, berhasil membuat Bulan kembali tersesat pada kenangan tersebut.

"Lan, sekarang kita udah pacaran. Kita ngomongnya aku-kamu ya?"

"Maaf ya gara-gara aku, kamu jadi pulang malem. Yaudah aku anter ya."

"Lan, kamu kemana aja sih? Aku nyariin kamu tau. Katanya mau pinjem baju Lab. Nih."

"Lan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Aku sayang sama kamu."

"Lan, nanti istirahat makan bareng di kantin ya."

"Coba liat lukanya. Ayo ih aku anterin ke UKS."

"Kamu hari ini kenapa? Cerita dong Lan. Kamu lagi PMS? Kamu bete? Sama siapa? Atau kesel sama aku? Aku minta maaf deh kalau aku bikin kamu kesel. Senyum dong, nanti aku beliin cokelat."

"Lan, jangan main hujan-hujanan, nanti kamu sakit. Basah kuyup gini kan, kayak tikus Ratotuille tau ngga?! Sampai rumah pokoknya harus bikin teh hangat terus minum vitamin!"

"Eh sini biar aku aja, kamu istirahat dulu sana!"

"Lan, kamu itu cantik dari hati kamu, aku mau kamu seneng terus sama aku, aku ngga mau nyakitin kamu. Aku sayang banget sama kamu, I love you Bulan."

"Bulan, kalau ada apa-apa cerita aja sama aku, ngga apa-apa kok. Justru aku seneng bisa jadi pacar sekaligus teman curhat cewek sebaik kamu."

"Stay strong my love, aku yakin kamu bisa menghadapi masalah ini. Kalau aku aja yakin, kamu seharusnya yakin sama diri kamu sendiri."

Ah, semua kalimat-kalimat manis tersebut kembali memenuhi pikiran Bulan, kenangannya berputar-putar seperti film yang ditayangkan di dalam otaknya.

Mengingat hal tersebut, membuat Bulan tersenyum, meski tanpa ia sadari air matanya juga tumpah.

Tidak apa. Batinnya. Setidaknya ada senyuman dan sukacita, walau akhirnya akan ada tangis dengan dibubuhi dukacita.

Ponselnya berdering, ia menghapus air mata di pipinya saat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya, kemudian ia mengangkat telepon itu.

"Halo."

"Bulan! Kamu kemana aja sih? Aku telepon kamu berkali-kali ngga diangkat." Orang disebrang telepon memarahi Bulan dengan penuh kekesalan.

"Eh iya kah?" Bulan mengecek katalog panggilan, ternyata ada 10 panggilan tak terjawab dari orang yang sedang ada diteleponnya sekarang.

"Oh iya! Maaf Juni, tadi aku abis nulis blog. Jadi HP nya aku silent." Bohong, Bulan mencari alasan agar Juni tidak marah padanya.

"Udah kamu upload? Aku mau baca deh."

"Eh belum Jun, aku belum selesai. Aku lagi istirahat bentar." Bulan berbohong lagi, ia sedikit ragu melakukan hal tersebut.

"Juni, kamu lagi ngapain disana?"

"Oh, aku lagi diskusi sama temen-temen, tentang pembuatan proposal beasiswa."

Bulan dan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang