4 # Canda dan Hujan

14 6 1
                                    

Juni sudah duduk menunggu di sebuah cafe tempat yang biasa dikunjunginya bersama Bulan. Juni menyeruput tiramisu latte coffeenya, kemudian melihat jam dinding yang berada di cafe, menunjukan pukul 08.05 WIB.

Orang yang ditunggunya belum juga datang, diluar hujan deras turun. Juni melihat seseorang yang ia tunggu turun dari motor, ojek online. Juni yang melihatnya kehujanan, menyesal tidak menjemputnya.

"Sorry aku telat lima menit." Juni menatapnya dengan tatapan tajam.

"Its okay. Aku yang salah, karena ngga jemput kamu." Juni merasa bersalah pada seseorang yang ada dihadapannya.

"Kamu ngga salah kok, tadi aku yang bangunnya kesiangan."

"Kenapa kamu naik ojek online? Kenapa ngga naik taxi saja?" Tatapannya meluluh, saat ia mendengar jawabannya.

"Udah aku bilang, aku kesiangan. Biar cepet, jadi aku naik ojek."

"Okay. Kamu mau pesan apa Bulan?" Tanya Juni pada Bulan.

"Aku mau hot americano latte sama caramel chocopienya boleh? Aku lapar." Jawab Bulan dengan antusias, tanpa basa-basi Bulan memanggil pelayan dan memesan pesanannya.

"Kamu yang bayar 'kan?" Tanya Bulan, matanya berbinar penuh harapan. Yang ditanya pun mengangguk dan tersenyum.

"Oh iya gimana hasil tes kamu? Kamu udah janji sama aku untuk kasih tau berita itu saat aku pulang." Juni menagih janji yang Bulan katakan.

"Aku lulus dengan nilai tertinggi. Pasti kamu ngga percaya 'kan?" Bulan mengatakannya dengan riang.

"Percaya. Kamu 'kan pintar. Congratulation Bulan."

Pesanan Bulan sudah sampai, Bulan langsung melahapnya dengan cepat. Ia makan dalam diam, tanpa suara. Juni hanya menatap Bulan yang sedang lahap memakan makanannya.

Merasa ditatap, Bulan berinisiatif menyuapi Juni sepotong pie. Juni menerimanya dan ingin melahapnya. Namun, Bulan dengan sengaja, ia mengarahkan pienya kearah lain agar Juni tidak bisa memakannya.

Juni yang kesal pun, ia akhirnya berhenti mengejar pie itu dan memanyunkan bibirnya, kemudian ia merebut garpu dari Bulan dan memakan pie tersebut.

"Suapin yang bener dong Lan." Rajuk Juni memohon pada Bulan. Akhirnya Bulan menyuapi Juni dengan benar.

"Sini aku suapin gantian." Juni mengambil garpunya, memotongkan pie untuk Bulan.

Namun, saat Bulan sudah membuka mulutnya, justru Juni mengarahkan pienya ke hidung Bulan. Juni tertawa, karena berhasil mengerjai Bulan, yang membuat hidung Bulan terkena cokelat caramel.

"Puas kamu?!" Bulan kembali melahap habis makanannya dengan rasa kesal, sedangkan Juni masih tertawa penuh kemenangan.

Habis sudah makanan Bulan, ia menyeruput hot americano lattenya. Bulan melihat ke luar jendela, yang menampakan tetes air hujan masih mengguyur deras.

"Bulan." Juni ikut melihat keluar, bergumam pelan. Namun, Bulan masih bisa mendengarnya. Bulan menoleh kepada Juni.

"Aku menyukaimu." Pandangan Juni masih lurus pada airmata langit yang membasahi bumi.

"Maksudmu?" Hanya kata itu yang keluar dari mulut Bulan.

"Menurutmu?" Juni kembali melihat wajah Bulan yang kebingungan.

'Apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Apa kamu benar-benar menyukaiku? Tidak mungkin. Pasti maksudmu, kamu suka berteman denganku.' Batin Bulan, menelisik binar mata Juni.

Bulan dan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang