BAB 1

74 33 7
                                    

Happy Reading😘
.
.
.
.

Butiran-butiran air yang menjadi sekelebat hujan di antara beberapa kota membuat mereka sedikit kesusahan dengan hujan yang datang di pagi hari.

mereka yang biasanya melakukan aktivitasnya di luar, terhambat karena adanya rintikan air yang menjadi suatu yang bisa disebut hujan.

namun tidak dengan Resa. Gadis berusia 17 tahun yang duduk di bangku SMA ini tidak terganggu sedikit pun dengan hujan yang kian melebat. Berdiri di sebuah halte bis tanpa seseorang yang menemaninya saat ini. Bis yang di tunggu tak kunjung datang mengakibatkan dirinya pasti akan terlambat masuk sekolah. Sejak pagi dirinya menggerutu tidak jelas dengan kehadiran hujan yang ada. Jika bis tak kunjung datang juga akan di pastikan dirinya akan pulang kerumah dan tidak akan hadir di sekolah setelah hujan reda.

Resa yang sedari tadi menggerutu tidak jelas membuat dirinya tidak menyadari bahwa ada mobil sedan yang sudah terparkir di depan halte tersebut. Resa yang melihat nya menyerengitkan dahi. Siapa?batinnya.

Tak di sangka keluarlah pangeran berwajah tampan dengan kharisma yang keluar dari dirinya dengan membawa payung dan itu membuat Resa menganga dibuat. Memakai seragam yang sama di pakai oleh Resa membuat dirinya bertanya-tanya, siapa laki-laki ini?

"Lo tahan banget diluar kayak gini hujan-hujanan. Lo mau sekolah kan?bareng gue aja kayaknya seragam kita sama deh.kayaknya bis juga gak bakal datang soalnya ini udah lewat dari pemberangkatan bis."laki-laki tersebut menyapanya ramah dan sudah berdiri di sebelah Resa yang sedari tadi masih bergelayut dalam pikirannya.

"Lo siapa?"cetus Resa.

"Kenalannya nanti aja, udah lo masuk dulu ke mobil gue."Ujar laki-laki tersebut lembut.

"Lo ga macem-macem kan?"tanya Resa memastikan. Ia takut jika pemuda tersebut menyamar dengan memakai seragam yang sama lalu akan menculik Resa begitu saja.

"Haha, gue baik kok udah yuk ikut gue aja dari pada terlambat nanti."Pinta nya.

Benar juga apa yang dibilangnya. Jika dirinya terlambat sudah pasti akan terkena hukuman dari guru. Tapi jika dirinya menolak dan hujan masih tidak reda juga akan dipastikan ia akan menjadi fosil hidup di halte ini.

" OKE. "

Laki-laki tersebut pun menggiring Resa untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu mereka pun melesat ke sekolah.

Di dalam perjalanan hanya ada suara gemericik air hujan yang turun dari langit.

"Boleh gue tau siapa nama lo?"tanya laki-laki tersebut memecah keheningan.

"Resa."jawab Resa seadanya.

"Gue Erlan."

"Ga nanya."sahutnya datar.

"Gue cuman ngasih tau aja supaya kalo lo butuh gue tinggal panggil nama gue biar gak susah."

"Hm."Resa hanya berdehem tanpa melirik ke wajah Erlan saat ini.

Erlan yang melihat keangkuhan yang di miliki Resa membuat dirinya kekeh sendiri.

▪▪▪▪▪

Awan hitam menyelimuti langit yang kian melebat. Tak ada bintang dan tak ada bulan yang muncul. Duduk di meja belajar dengan beberapa tumpukan buku dan pena yang bertengger di tangannya.

belajar adalah bentuk keseharian Resa setiap malam. Resa adalah anak yang sangat pintar di sekolahnya. Pernah memenangkan Olimpiade Matematika dan Fisika. Resa yang masih fokus pada bukunya tak menghiraukan perutnya yang sudah berisik minta di isi. Ia harus menuntaskan tugasnya tersebut lalu akan beranjak pergi menuju ke dapur untuk mencari makanan.

Setelah di rasa selesai dengan beberapa bukunya. Ia pun beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur. Setelah melewati anak tangga Resa terperanjat melihat rumahnya sedang kedatangan tamu.

Sang ibu yang bernama Sarah tampak begitu akrab berbincang dengan tamu seorang pria tersebut. Stelan yang dipakai pria tersebut memakai jas formal. Bukan itu saja, wajahnya juga tampan dan berkharisma. Jika di lihat dari umurnya akan di pastikan itu hampir sama dengan ayahnya namun tetap saja memiliki wajah yang masih tampan.

Resa menghampiri keduanya dan bertanya-tanya siapa pria tersebut yang malam-malam bertamu.

"Siapa Ma?"tanyanya ragu-ragu.

"Bukan urusan kamu!!pergi kekamar sana ganggu aja kamu tau gak."Kalimat pedas yang dilontarkan oleh Sarah ibunya Resa sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Resa.

jika kalian pikir Resa akan menangis itu salah. Hati Resa sudah menjelma menjadi batu. Ia merasa menangis bukan sifatnya ia tidak suka menangis. Itu hanya akan menyatakan bahwa dirinya akan di olokkan gadis rapuh dan lemah. Ia tak suka rapuh dan lemah.

Mendengar perkataan dari sang ibu Resa pun melangkah pergi meninggalkan kedua nya dan langsung menuju ke dapur.

Di meja makan hanya dentingan sendok dari Resa. Dengan lahapnya ia memakan tanpa ada celah. Setelah selesai dengan kegiatan makannya Resa pun segera beranjak menuju ke kamarnya.

Disinilah Resa berbaring di kasurnya dengan beberapa pikiran yang melintas di otaknya.

"Pah kapan sembuh, Resa rindu Papa."lirihnya.

Biasanya ia tak akan pernah menangis jika suatu hal yang tak harus di tangiskan. Namun, untuk kerinduan pada Farhan ayahnya Resa membuat ia ingin memeluk sejenak. Dulu saat ayahnya masih di rumah rasanya kekeluargaan tersebut masih ada di sekitarnya. Namun, sejak ayahnya sakit kekeluargaan tersebut sudah tidak ada lagi.

Ayahnya sudah 3 tahun di Rumah Sakit Jiwa. Memiliki tekanan hingga membuat ayahnya depresi di tambah bangkrutnya perusahaan papanya serta permintaan Sarah ibunya Resa untuk meminta perceraian. Perceraian itu sudah terjadi dan sekarang ibunya adalah Single Parent.

Saat mendengar kisah perceraian antara Farhan dan Sarah. Resa sangat benci dengan hal tersebut akibat perceraian antara kedua orang tuanya membuat dirinya menjadi gadis yang tertutup dan dingin. Resa yang dulu sudah berubah menjadi Resa yang dingin. tak ada senyuman dan kehangatan dari dalam diri Resa hanya tatapan benci dan benci. Itu yang dia rasakan.


Makasih buat kalian yang udah baca cerita abal-abal dari aku.hehe.
Semoga kalian bakal suka sama ceritanya.
Typo masih banyak di sekitar cerita aku.
Jangan lupa buat klik vote+komen di kolom komentar ya teman-teman.

Makasih udah mampir😘
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan Vote+Komen😁

Love you all❤❤

Mimpi SemusimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang