1. Menemukan sebuah buku

13 1 0
                                    

Kuil Kofukuji.

Satu tempat yang kini dikunjungi Yama El Gardner bersama teman-temannya pada saat liburan musim panas berlangsung.

Dari Osaka, mereka pergi ke Nara yang merupakan ibukota di prefektur Nara selama kurang satu jam. Kemudian setiba di sana, mereka membayar tiket agar bisa masuk ke kuil Kofukuji.

"Wah, akhirnya kita sampai juga di sini!" teriakan senang dari laki-laki yang bernama Shinagawa Haruto, menarik perhatian pengunjung lainnya. Ia tidak merasa terganggu dengan tatapan heran dari teman-temannya.

"Diam kamu, Kappa!" Natsuki Akira langsung menjitak kepala Haruto.

"Ittai! Sakit, tahu!"

"Sudahlah, Akira. Biarkan saja Kappa berteriak sepuasnya di sini," Yama tertawa ngeles.

"Habisnya, anak ini berisik terus sejak dari rumahmu, Yama."

"Kasih dia timun. Pasti dia diam, Akira," Kurozawa Erika memberi sebungkus plastik yang berisi timun yang barusan dikeluarkannya dari tas, pada Haruto. Haruto langsung menyambar sebungkus plastik itu dengan cepat.

Mereka tersenyum kecuali Akira yang ternganga ketika Haruto mulai memakan timun itu mentah-mentah. Haruto terdiam seperti kucing yang sudah diberi makan.

"Benar, 'kan yang kubilang kalau Haruto diam setelah makan timun," kata Erika yang tersenyum manis.

"Ya. Bisa kulihat itu," ucap Akira yang menghelakan napas heran.

"Oh ya, ayo kita pergi keliling sekarang!" ajak Yama yang langsung pergi meninggalkan teman-temannya.

"Yama, tunggu!"

Ketiga orang itu bergegas mengejar Yama. Mereka berjalan di halaman kuil yang sangat luas. Banyak orang yang mengunjungi tempat pariwisata ini. Bahkan ada juga wisatawan yang berasal dari luar Jepang.

Kuil Kofukuji adalah kuil yang populer dengan Ashura (karya seni pahatan yang merupakan harta karun Nasional Jepang). Kuil yang berlokasi di sebelah barat Taman Nara.

Dulunya, kuil ini dapat dikatakan erat hubungannya dengan klan Fujiwara yang sempat memiliki kekuasaan di pertengahan abad ke 7 hingga 500 tahun ke depannya. Walaupun pada saat itu ibukota dipindahkan dari Nara ke Kyoto, klan Fujiwara tetap dapat menyokong kuil ini sebagai kuil keluarga Fujiwara.

Namun sayangnya, kuil ini juga hampir hancur oleh serangan front anti-Buddha pada saat itu. Sekarang, bangunan kayu dan beberapa patung didaulatkan sebagai karya seni bernilai tinggi dan kini tersimpan di museum.

Karena itulah, menarik Yama untuk mengunjungi kuil ini. Sebelumnya ia dan teman-temannya sudah mengunjungi kuil Horyuji.

"Keren! Kuil ini benar-benar keren ya," Haruto kagum.

"Ini bisa jadi bahan buat mading nanti," Erika memegang kacamata tebalnya.

"Ide yang bagus, Erika," Akira menyetujui keinginan Erika.

"Sudah kubilang, 'kan kalau ini tempat yang tepat buat penelitian," Yama tidak pernah lepas memandang bangunan kuil yang sudah hampir hancur. "Kuil Kofukuji mulai dibangun pada tahun 669 oleh keluarga Fujiwara, keluarga penguasa Nara di Periode Heian. Di tahun 710, kuil ini kemudian dinamakan Kuil Kofukuji dari nama sebelumnya Kuil Yamashinadera. Bersama dengan Kuil Todaiji dan Kuil Horyuji, Kuil Kofukuji menjadi pusat perkembangan agama Buddha di Jepang, dan menjadi salah satu kuil yang mewakili Prefektur Nara. Karena arsitektur bangunan yang indah serta memiliki banyak artefak bersejarah, seluruh kompleks kuil ini diakui sebagai bagian dari situs warisan dunia. Kuil Kofukuji dikenal karena pagoda setinggi 50 meter yang menjadi pagoda tertinggi kedua di Jepang setelah Pagoda Kuil Toji di Kyoto. Pagoda Kuil Kofukuji menjadi ikon kuil sekaligus kota Nara..."

Akira berwajah bosan. Erika kagum. Haruto tercengang karena Yama bersemangat sekali jika membicarakan soal sejarah.

Sepanjang perjalanan mengunjungi kuil Kofukuji, mereka dipandu Yama yang terkesan mengetahui segala hal tentang kuil Kofukuji. Yama bercerita banyak tentang dua buah pagoda kayu di kompleks Kuil Kofukuji, National Treasure Museum, dan Eastern Golden Hall.

Tidak lupa mereka berfoto dengan latar belakang pagoda ikon kota Nara.

Di kompleks Kuil Kofukuji, ada dua buah pagoda kayu yang masih kokoh berdiri. Pengunjung bisa mengunjungi atau berfoto di pagoda lima lantai (goju-no-to) setinggi 50,1 meter yang menjadi pagoda kayu tertinggi kedua di Jepang setelah pagoda di Kuil Toji. Pagoda Kuil Kofukuji juga adalah ikon kota Nara.

Pagoda di Kuil Kofukuji ini dibangun di tahun 725 untuk menghormati Buddha Yakushi, Shaka, Amida Triad, dan Miroku Triad. Sementara itu, ada juga pagoda tiga lantai (Sanju-no-to) yang dibangun pada tahun 1143. Untuk kedua pagoda ini, pengunjung bisa masuk ke lantai pertamanya, namun untuk alasan keamanan, pengunjung tidak diizinkan untuk naik ke lantai atas.

Setelah puas berfoto, Yama dan teman-temannya mengunjungi National Treasure Museum atau Museum Kekayaan Nasional yang ditemukan di dalam kompleks Kuil Kofukuji. Di dalam museum ini dipajang berbagai benda seni dan peninggalan kebudayaan Buddha di masa lampau. Ada banyak benda-benda seni yang ditampilkan di sini, dan yang paling terkenal adalah Patung Ashura, yakni patung Buddha yang memiliki 3 wajah dan 6 buah lengan dan patung Yakushi Nyorai yakni Buddha sang penyembuh.

Selain itu, ada juga lukisan Ten Great Disciples yang menggambarkan murid-murid Buddha, dan Kongo Rikishi (prajurit Vajra). Selama di museum, ada banyak relawan dan guide yang siap menjelaskan benda-benda seni yang dipajang di dalam museum.

Setiap hari Sabtu sekitar jam 1 siang, juga ada kuliah umum mengenai penelitian atau benda-benda seni kebudayaan Buddha.

"Wah, aku mendapatkan banyak informasi di sini!" Erika sangat senang ketika menulis sesuatu di buku catatannya.

"Hm. Ini liburan panas yang sangat menyenangkan," Akira tersenyum.

"Ngomong-ngomong, Yama mana ya?" Haruto celingak-celinguk.

Mereka pun kebingungan karena baru menyadari Yama tidak ada bersamanya. Banyak orang yang berada di sekitar mereka. Tapi, batang hidung Yama tidak terlihat.

"Dasar, dia hilang lagi! Buat orang cemas saja!" Akira bergegas mencari Yama. "Kalian tunggu di sini! Biar aku yang mencari Yama!"

"Akira, aku ikut!" Erika khawatir lalu mengikuti Akira.

"Hei! Hei! Aku bagaimana?!" Haruto bingung. Ia memutuskan untuk pergi mencari Yama.

Ketika mereka keluar dari museum tersebut, Yama terlihat di dekat patung Ashura. Di sana, ia menemukan sebuah buku yang tergeletak di lantai.

"Buku apa ini?" tanya Yama yang sangat penasaran. Ia memperhatikan buku usang yang berwarna hitam dengan simbol bulan merah.

Entah buku apa itu. Yama berpikir ingin membukanya, tapi, situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukannya. Ia pun mengurungkan niat itu.

Diputuskan, buku itu dimasukkan dengan cepat ke dalam tasnya. Ia berpikir buku itu adalah buku seseorang yang mungkin tertinggal.

Yama beranjak pergi dari sana. Tanpa mengetahui bahwa buku itu sempat bercahaya merah ketika ia menyentuhnya. Cahaya yang aneh dan misterius.

The Guardians Tale Golden Age (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang