5. Kejutan

4 0 0
                                    

Sebelum malam datang, Yama sudah pulang ke rumah. Maya menyambut kedatangannya dengan senyuman yang manis.

"Maya," Yama terpesona dengan senyum Maya yang selalu menenangkan hatinya. Menuntunnya untuk ikut membalas senyuman Maya.

Maya menutup pintu lalu menarik tangan Yama dengan cepat. Yama mengikuti langkah Maya tanpa banyak bicara.

Setiba di dapur yang bersatu dengan ruang keluarga, Yama membelalakkan mata karena menemukan pemandangan yang membuatnya berdecak kagum.

Hiasan balon dan pita berwarna-warni dalam jumlah banyak, memenuhi di berbagai sudut ruangan itu. Juga tersedia berbagai makanan enak di atas meja.

Ini kejutan pesta ulang tahun yang pertama kali buatnya. Yama merasa senang.

"Kamu membuat pesta ulang tahun untukku?"

Ditanya begitu, Maya mengangguk. Maya tersenyum dengan dua pipinya yang memerah.

"Aku senang karena kamu memberiku hadiah kejutan seperti ini. Baru pertama kalinya, ulang tahunku dirayakan. Terima kasih, Maya."

Maya mengangguk lagi. Ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Yama. Menulis sesuatu di buku catatan.

Setelah selesai, buku catatan itu diserahkan pada Yama.

"Aku menggunakan sihir untuk membuat pesta ulang tahun ini. Tapi, untuk makanan dan kue ulang tahun, aku buat sendiri dengan tanganku. Aku sempat membaca buku resep makanan yang kutemukan di kamarmu sewaktu aku membersihkan kamarmu."

Yama tersenyum saat membacanya. Maya menunduk malu.

"Begitu ya? Kamu memasak semua makanan dari buku resep makanan itu."

Sekali lagi, Maya mengangguk. Yama mengelus puncak rambutnya dengan lembut.

"Arigatou."

Maya menulis lagi. Yama membaca catatan dari Maya itu.

Aku mau menjadi istrimu, Yama. Karena aku mulai mencintaimu.

Menurunkan buku catatan itu, Yama berwajah tidak percaya. Maya menatapnya dengan sinar yang lembut.

"Apa itu benar?"

Maya tersenyum. Itu sudah menjadi jawaban yang mengukir senyum di wajah Yama.

Yama memeluk Maya. Mereka berpelukan dengan perasaan yang bahagia. Berbagai jenis bunga bermekaran di sekitar mereka.

Cukup lama berpelukan, kemudian mereka menjauh dan saling menggenggam dua tangan.

"Aku akan berusaha menjadi Jinka yang selalu membahagiakanmu," kata Yama dengan nada yang sangat lembut. "Kita akan menikah setelah aku menamatkan sekolahku tahun depan."

Mata Maya berkaca-kaca. Yama mencium punggung tangannya. Perasaannya melayang bebas ke langit yang mulai menggelap.

Adegan ini mengingatkan Maya pada Jinka, kekasihnya yang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yama.

Rasa kehilangan yang teramat besar, menyiksa hati Maya. Tapi, hal itu perlahan-lahan menghilang karena kehadiran Yama. Kekasih baru yang mirip dengan kekasihnya di masa lampau, memberikan kebahagiaan tak terkira di hatinya.

Yama, aishiteru yo, batin Maya.

Ia tidak tahan menahan gejolak haru itu. Matanya meredup disertai cairan bening yang mengalir di sela-selanya. Yama terkesiap, dengan sigap menghapus cairan bening itu.

"Kenapa kamu menangis?" Yama turut berwajah suram dengan sorot mata yang sayu.

Maya memegang tangan Yama yang menyeka air matanya. Matanya menutup. Berusaha menahan kekuatannya yang akan menguar ketika ia merasakan emosi sedih.

The Guardians Tale Golden Age (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang