"Hei, Yama!"
Yama menoleh ketika dipanggil oleh Haruto. Haruto langsung memeluknya. Tangisan konyol meledak dari Haruto yang membuat Yama ternganga.
"Wuaaah! Yama!"
"Hei, hei, kenapa kamu menangis? Lepaskan aku, tahu!"
"Habisnya aku khawatir karena kamu menghilang. Huhuhu."
"Aku tahu itu! Tapi, lepaskan aku! Lihat, semua orang melihat kita, tahu!"
Yama kelabakan. Haruto langsung melepaskan pelukan dan mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya - tepatnya di depan museum.
Semua orang melihat Yama dan Haruto dengan aneh. Bahkan, ada beberapa di antara mereka berbisik-bisik. Membuat Yama dan Haruto merasa malu setengah mati.
"Hei, ini semua salahmu, Kappa!" sembur Yama yang sewot sembari menginjak kaki Haruto.
Haruto merasa kesakitan tapi ditahannya. "Ma-Maaf, aku tidak sengaja."
"Huh! Dasar!"
Yama mendengus kesal. Kemudian dua orang lainnya datang ke arah mereka.
"Yama!" seru Akira dan Erika bersamaan.
"Eh? Kalian berdua," ucap Yama yang tersenyum.
"Kamu darimana saja?"
"Iya. Kami mencemaskanmu, Yama."
"Maaf, tadi aku meneliti tentang patung Ashura. Tapi, anehnya aku tidak melihat kalian di mana-mana."
"Sama. Kami juga tidak melihat kamu di dekat patung Ashura. Iya, kan, Erika?"
"Iya, Akira."
"Uhm. Ini aneh sekali."
Yama heran. Ia merasakan kejadian ganjil. Sesuatu yang membuatnya berpikir keras hingga tepukan pelan Haruto tiba-tiba menimpa bahunya.
"Daripada itu yang kalian pikirkan, lebih baik kita cari timun," ujar Haruto yang berwajah pucat seperti orang yang tidak makan selama seratus tahun.
"Hah? Sebungkus timun sebanyak itu sudah habis?" kata Akira yang ternganga lebar.
"Ya sudah. Ayo, kita pergi berbelanja sekarang!" ajak Erika yang tersenyum.
"Asyik!"
"Dasar, maniak timun!" celetuk Yama yang menepuk jidatnya.
Mereka pun pergi meninggalkan kuil Kofukuji.
***
Ketika malam tiba, Yama dan teman-temannya sudah kembali ke Osaka.
Setiba di rumahnya, Yama langsung merebahkan tubuhnya yang terasa letih ke kasur yang empuk. Betapa tidak, ia mengendarai mobil sendiri ke berbagai tempat wisata yang ada di Nara. Tidak ada yang bisa menggantikan ia menyetir.
Saat di kamar seperti ini, rasa letih itu hilang dalam sekejap, hanya berbaring dan memejamkan mata. Ia tidak tertidur lalu pikirannya pun beralih pada buku aneh yang ia temukan di dekat patung Ashura.
Ia bangkit dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Mengambil buku itu dari dalam tas yang tergeletak di sampingnya.
Buku hitam dengan simbol bulan merah. Tidak pernah ada buku seperti itu di dunia ini. Rasa penasaran menuntun Yama untuk membuka buku itu.
Ketika ia membuka buku itu, cahaya merah menguar dari halaman pertama. Mengejutkannya.
"Wuaaah!!" teriak Yama yang merasakan aliran angin kencang dan cahaya merah yang sangat menyilaukan mata. Tekanannya sangat kuat sehingga Yama terpaksa melepaskan buku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardians Tale Golden Age (Sudah Terbit)
FantasyDiterbitkan oleh Ao Publisher. Yama El-Gardner, menemukan sebuah buku misterius saat mengunjungi kuil Kofukuji. Ia pun membawa pulang buku misterius itu ke rumahnya. Saat, ia membuka buku tersebut, tiba-tiba muncul seorang gadis tunawicara yang kelu...