Wajah Yama menjadi kusut. Jiwa Maya berguncang lagi.
"Ternyata ... Kamu masih mencintai kekasih lamamu. Apa itu benar?"
Maya bergeming. Yama menunggu jawaban Maya dengan sabar. Tapi, hatinya sedikit tertikam dengan kenyataan yang mungkin itu benar.
Kalung permata merah masih bercahaya redup, seiring Maya melepaskan kedua tangan Yama yang memeluknya. Yama tersentak ketika Maya berjalan menjauh darinya.
Tangan kanan Maya terangkat, tongkat merah dengan simbol bulan merah tiba-tiba muncul di genggaman tangan kanan Maya. Kemudian tongkat itu dihentakkan ke lantai dengan kuat.
Suara yang keras terdengar ketika tongkat itu beradu dengan lantai. Yama merasa ditarik ke belakang.
Aliran waktu kembali mundur. Cahaya merah menyelimuti penglihatan Yama.
***
Maya keluar dari rumah tradisional jepang yang terletak di tengah hutan. Ia tinggal sendirian sejak berumur sepuluh tahun karena orang tuanya sudah meninggal dunia akibat dibunuh.
Pagi yang masih dingin, Maya mengenakan kimono merah dan tudung jubah hitam untuk menutupi rambut merahnya yang berbeda dari orang-orang yang hidup di zaman Heian ini.
Ketika keluar hutan, ia menemukan sebuah desa. Jalan setapak yang dipenuhi pepohonan tinggi dan rindang, menghiasi berbagai sudut di desa itu.
Beberapa orang berpakaian tradisional di zaman Heian, memperhatikannya dengan aneh. Maya menyadari semua mata itu, buru-buru pergi untuk membeli sesuatu di desa.
Di alun-alun desa, ia menemukan sebuah perayaan. Entah perayaan apa, ia sendiri tidak tahu. Namun, yang pasti di sana, banyak penjual yang menjajakan makanan.
Perutnya terasa lapar. Sudah tiga hari, ia tidak makan. Ia tidak mempunyai uang sepeser pun. Tapi, ia harus mencari makanan yang bisa dimakan, meskipun sisa makanan yang dibuang, ia tidak mempedulikan itu, asal bisa mengganjal perutnya itu.
Memang ia seorang penyihir. Tapi, ia tidak mau menggunakan sihirnya sejak kematian orang tuanya. Atas amanat orang tuanya, ia tidak boleh menunjukkan siapa ia yang sebenarnya dan tidak boleh menunjukkan kekuatannya apapun yang terjadi.
Orang-orang di desa itu, menganggap para penyihir adalah siluman yang hidup di hutan. Beberapa penyihir berbeda warna rambut dari orang-orang biasa, dan bila tertangkap akan dibunuh langsung di tempat.
Untuk itu, ia harus berhati-hati di lingkungan seramai ini. Tentunya, banyak juga yang memakai jubah bertudung sepertinya.
Maya memilih berjalan diam-diam di belakang stand-stand yang berdiri. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan gadis pencuri yang mencuri makanan dari salah satu stand. Gadis pencuri itu menyadari kehadiran Maya di belakangnya, ia juga berjubah sama seperti Maya.
Akibatnya, aksinya kepergok oleh warga-warga sekitar. Gadis pencuri panik sekali.
"Hei! Pencuri!"
"Kembalikan makanan itu!"
"Kejar dia!"
Gadis pencuri mendorong Maya hingga terjatuh. Bahkan melemparkan semua makanan yang dicurinya pada Maya. Sehingga para warga yang mengejarnya, mengira Maya adalah komplotannya.
Maya yang merasa kesakitan pada pantatnya karena jatuh terduduk, terkesiap karena para warga sudah berkumpul untuk mengelilinginya. Ditambah tudung jubahnya terlepas, memperlihatkan wujud aslinya.
Rambut merah tua dan mata merah muda, ciri-ciri khas penyihir. Para warga membentaknya dengan keras.
"Dasar, pencuri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardians Tale Golden Age (Sudah Terbit)
FantasyDiterbitkan oleh Ao Publisher. Yama El-Gardner, menemukan sebuah buku misterius saat mengunjungi kuil Kofukuji. Ia pun membawa pulang buku misterius itu ke rumahnya. Saat, ia membuka buku tersebut, tiba-tiba muncul seorang gadis tunawicara yang kelu...