Yama dan Maya tersentak. Mata mereka membelalak keluar.
"Apa? Itu berarti Otousan merestui kami berdua?" Yama tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ayah tadi.
"Tidak ada siaran ulang," Ayah dengan santai meminum tehnya.
Yama mengepalkan tangannya karena merasa kesal. Ayah tersenyum. Ibu juga tersenyum.
"Ya. Kami merestui kalian berdua. Tapi, demi kebaikan kalian berdua, Maya harus tinggal bersama Eva."
"Tapi, Okasan. Apa tidak cara lain agar Maya tetap tinggal di sini? Aku tidak ingin berpisah dengan Maya."
"Tidak ada cara lain, sayang. Kami berdua sibuk. Nenekmu sudah meninggal dunia dan mewariskan rumah ini padamu. Andai kami bisa tinggal di sini, tentu Maya akan kami izinkan tinggal di sini."
"Aku mohon ... jangan biarkan Maya pindah dari sini."
"Tidak bisa, Yama."
"Okasan."
"Tetap ... tidak bisa!"
Ibu menegaskan perkataannya dengan wajah yang mengeras. Yama berwajah kusut, tidak berkutik dan memilih menerima keputusan Ibu dengan terpaksa.
Maya juga berwajah kusut. Ia menoleh. Yama menatapnya dengan sendu.
"Maaf, kamu harus pindah ke rumah Eva sekarang, Maya. Aku harap kamu mengerti dengan keadaan ini."
Mata Maya berkaca-kaca. Ia enggan pindah dari sini, tapi apa boleh buat, keadaan memaksanya untuk melakukannya.
Dengan anggukan pelan, Maya menyetujuinya dan mendapatkan senyuman dari orang tua Yama. Hanya Yama yang tidak tersenyum.
"Baguslah. Kamu gadis yang penurut juga, Maya." Ibu tertawa senang.
"Tidak usah khawatir. Kamu masih bisa bertemu dengan Yama kapan saja. Iya, kan, Yama?" Ayah melirik Yama.
"Aaah ... iya." Yama menghelakan napas berkali-kali.
"Kalau begitu, cepat bereskan barang-barangmu, Maya. Okasan akan membantumu."
Ibu dengan lembut menarik tangan Maya. Ia menyeret Maya untuk pergi menuju ke lantai dua. Yama menatap kepergian Maya dengan hati yang kacau.
Maya, maafkan aku, batin Yama.
***
Di depan rumah sederhana berlantai dua, bercat putih dengan pohon-pohon rindang yang menghiasi halaman depan yang cukup luas, Yama dan Maya beserta orang tua Yama berhadapan dengan Eva dan Ric.
Eva sangat terkejut tatkala Yama memperkenalkan Maya padanya. Terlebih Yama menyebut Maya sebagai calon istrinya.
"Hai, namaku Eva Elisabeth II. Kamu bisa panggil aku, Eva," ucap Eva yang tersenyum.
Maya tidak mau bersalaman dengan Eva karena Eva mirip dengan Putri Kaori yang menganggapnya sebagai pembunuh Putri Kazuki. Ia khawatir Eva akan bersikap sama seperti Putri Kaori. Hatinya mengatakan Eva hanya bermuka dua di depan Yama.
Yama menyadari Maya yang terdiam menatap Eva penuh selidik. Eva mengerutkan keningnya, karena Maya belum juga menyambut uluran tangannya.
"Maya, ada apa?" tanya Yama yang heran.
Maya melirik Yama. Sorot matanya mencerminkan kekhawatiran. Yama bisa memahaminya.
Eva memperhatikan Yama dan Maya dengan bingung. Ia mengerti. Menurunkan tangannya lalu tersenyum manis.
"Tidak apa-apa kalau Maya tidak mau bersalaman denganku. Aku tahu dia takut bersosialisasi dengan orang lain seperti yang dijelaskan Yama sebelumnya. Tapi, jangan khawatir, aku akan memperlakukannya dengan baik. Maya, mulai sekarang kita berteman ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardians Tale Golden Age (Sudah Terbit)
FantasyDiterbitkan oleh Ao Publisher. Yama El-Gardner, menemukan sebuah buku misterius saat mengunjungi kuil Kofukuji. Ia pun membawa pulang buku misterius itu ke rumahnya. Saat, ia membuka buku tersebut, tiba-tiba muncul seorang gadis tunawicara yang kelu...