Part VIII

53.5K 1.6K 24
                                    

To my beloved readers yang masih disini, bigsest deepest thanks for you all utk tetap nungguin walo updatenya lebih lambat dari cerita-cerita sebelumnya. My appreaciated utk yang udah VOTE dan super special for @good_reader, @bia_yukies, @NendenKarisma, @miss_pisces, @fietrie, @ArasyaMikela, @FeliciaMichellin, @milaarmaiyn yg bikin senyum dengan komen2nya....for silent readers, pleaseeeeeee bgt toek VOTE....happy reading ^.^



"Senang bertemu denganmu lagi, cara mia."

Amber tersentak dan seketika jantungnya terasa berhenti berdetak saat mendengar suara dalam dan parau itu bergaung didalam lift, suara yang mulai menghantui dirinya sejak pesta waktu itu, perlahan ia mengangkat kepalanya dan menoleh ke asal suara.

Seperti deja vu, ia kembali berhadapan dengan sepasang mata cokelat hangat yang berbinar menatapnya. Tanpa sadar ia mundur beringsut ke sudut lift berusaha menjauhi lelaki asing yang setengah mati berusaha ia singkirkan dari benaknya.

Sudut bibir lelaki itu tertarik kesamping menampilkan cengiran seksi yang mampu menyihir wanita manapun untuk melangkah mendekat dan Amber dapat mendengar alarm peringatan untuk segera menjauh bahkan menghilang dari jangkauan lelaki itu.

"Sebuah kebetulan yang menyenangkan bukan," lelaki asing itu bersandar santai di dinding lift namun menyimpan kewaspadaan layaknya predator yang berusaha mengelabui mangsanya.

"A-apa yang kau lakukan disini?!" Amber mengutuk kegugupan dirinya dan menangkap sekilas rasa geli dimata lelaki asing itu.

"Well...well....bella mia1, bagaimana jika kukatakan aku disini karenamu?" lelaki itu menatapnya semakin dalam dan Amber mempunyai firasat ada sesuatu yang tersembunyi dari sikap santai lelaki itu dan apapun itu dapat membahayakan dirinya secara emosional.

Amber menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran konyolnya, "Simpan rayuan anda untuk wanita lain, Mister. Aku sudah memiliki kekasih dan sama sekali tidak berminat untuk semua godaan apapun."

Cengiran lelaki asing itu melebar menjadi senyuman, matanya berkilat penuh antusias dan Amber bertanya-tanya apakah perkataannya itu malah dijadikan tantangan bagi lelaki asing itu saat lelaki itu bergerak perlahan mendekatinya.

"A-apa yang kau lakukan?" kepanikan mulai menggantikan kegugupannya, ia melirik ke tombol-tombol yang ada disamping pintu dan seakan dapat membaca pikirannya ia sudah berada dalam kukungan lelaki itu.

"Melarikan diri dariku lagi, my beautiful Amber." bisik lelaki itu ditelinganya yang terasa seperti belaian disekujur tubuhnya.

Ia terbelalak saat namanya terucap dibibir lelaki itu, ia tidak tahu bagaimana lelaki asing itu mengetahui namanya karena ia jelas tidak memperkenalkan dirinya dan mereka hanya berpapasan tidak lebih dari beberapa menit saja.

"Ba-bagaimana......?" ia terlalu panik dan gugup hingga tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, kedekatan lelaki itu menimbulkan suatu perasaan aneh yang terasa berbahaya bagi dirinya.

Wajah lelaki itu semakin mendekatinya dan walau ia berusaha untuk mengalihkan wajahnya namun dengan kedua tangan lelaki itu yang bersandar dikedua sisi kepalanya membuatnya mau tidak mau membalas tatapan intens lelaki asing itu dengan cemas dan tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya yang langsung disesalinya saat mata lelaki itu bergerilya di bibirnya.

"Jangan menggigit bibirmu, mio amore1. Kau membuatku ingin mencicipinya." tatapan panas lelaki itu membuat jantung Amber berdetak semakin cepat dan alam peringatan kembali berbunyi semakin keras.

"Leave me alone," desisnya berusaha mencari jalan keluar dari posisinya saat itu, ia harus sesegera mungkin menjauh dari lelaki asing itu.

"Cara mia, kau tidak bisa lari lagi dariku." sahutnya penuh percaya diri dengan senyum puas diwajahnya.

"Apa yang anda inginkan, Mister?" serunya defensif, sekuat mungkin ia memblokir perasaan aneh yang ditimbulkan lelaki itu dan mengalihkannya menjadi antipati.

Dahi lelaki asing itu berkerut mendengar nada suara yang terkesan dingin dan Amber kembali berharap hal itu cukup untuk membuat lelaki itu mundur dan membebaskannya.

"Nervous, cara mia?" wajah lelaki asing itu semakin mendekat.

Kepanikan mulai menyelubunginya dan dengan susah payah ia berkonsentrasi memikirkan cara baginya untuk bisa melarikan diri lalu mengayunkan kakinya dengan kuat menendang kaki kanan lelaki asing itu dan tepat mengenai tulang keringnya hingga membuat lelaki itu meringis kesakitan dan terhuyung ke belakang yang sekaligus membebaskan dirinya.

Dengan sigap, Amber menekan tombol angka yang akan mereka lewati dan memblokir pendengarannya dari makian lelaki itu yang sarat dengan kesakitan. Ia tergoda untuk melihat kebelakang dan hampir saja melakukannya saat pintu lift terbuka hingga ia langsung mengambil kesempatan untuk melompat keluar dari lift.

Dan sebelum pintu lift tertutup, ia menyempatkan diri untuk menengok dan melihat lelaki asing itu bersandar memegang kakinya ditempat yang tadi ia tendang. Ada rasa bersalah bersarang didadanya, ia tidak pernah melukai seseorang selama hidupnya walau semarah apapun dirinya. Ditepiskannya bayangan lelaki asing itu yang kesakitan memegang kakinya karena hal itu hanya akan membuatnya semakin didera perasaan bersalah yang berkepanjangan.

Berusaha mengatur nafasnya dan mengendalikan perasaannya, ia mempersiapkan diri untuk menaiki tangga darurat hingga ke lantai delapan. Bisa dipastikan ia pasti terlambat lebih dari sejam dan ia hanya bisa pasrah saatnanti akan berhadapan dengan managernya.




----------> to next part ^.^

Jangan lupa untuk VOTE dan sepenggal komen (feel free to write your favorite part in this part).....thank you my beloved readers....



You Are Mine (Available On Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang