Humanphobia (Chapter 1.1)

86 7 0
                                    

"Bagaimana jika dunia ini dijadikan sebuah game online dengan seluruh masyarakat dunia menjadi playernya?"

Orang-orang yang duduk mengitari sebuah meja berbentuk persegi panjang terkejut dengan sebuah gagasan gila.

...

Hari itu sama seperti biasanya, bangun tidur awal, berangkat ke sekolah, yang jadi pembeda hanyalah kenyataan bahwa hari ini adalah hari pertama sekolah untuk para siswa baru di SMA Yamagi.

Umumnya hari pertama yang ceria, semua siswa tahun pertama nampak bersemangat menyongsong hari baru mereka dengan cara mencari teman-teman baru, melihat keliling sekolah dan hal lumrah lainnya.

Tapi tidak semuanya seperti itu.

Kenzaki Iwatoshi, lebih memilih untuk duduk menyendiri di kelas barunya, menghindari membuka obrolan hingga membentuk hubungan pertemanan.

Ditambah ekspresinya yang selalu terlihat marah serta muram membuat murid-murid lain takut untuk mendekati anak itu.

Ada sebuah alasan kenapa ia tidak ingin mendekati orang-orang.

Alasan yang merupakan sebuah kejadian yang akan terus membekas di tiap sel otak yang bernaung di dalam kepalanya.

...

"Siapa namamu?"

Mata itu melirik kecil kearah suara.

Tampak seorang gadis menyapanya dengan senyum.

"Kenzaki"

Jawabnya singkat.

"Souka, Kenzaki-kun apakah ka-"

"Pergilah"

"K-kenapa?"

"Pergi!"

Hati gadis itu serasa ditancap sebilah pedang tiba-tiba ketika niat baiknya di hancurkan hanya dengan bentakan satu kata saja.

Endou, yang menjabat sebagai ketua kelas mendengar percakapan mereka, dan ketika telinganya menangkap bentakan itu, ia langsung naik pitam.

Sebuah pukulan mentah mendarat di pipi kanannya.

"Kenapa kau sangat kasar dengan perempuan hah?!"

Kenzaki mengelus bekas pukulan itu, dan memilih tetap diam.

"Kalau kau laki-laki, bicara!"

"Aku cuman ingin sendiri, pergilah!"

Ia membalas pukulan itu dengan pukulan kuat lewat tatapan mata tajamnya.

Begitulah Kenzaki, semenjak kematian kedua orang tuanya, ia mulai menghindarkan diri bergaul ke dalam masyarakat, menyendiri dalam sepi, hanya ia dan pikirannya, tidak heran kalau dia tidak memiliki teman.

Ia sudah seperti tidak mempercayai manusia lagi, ia menganggap bahwa orang lain semuanya sama, makhluk yang hanya terlihat baik di bagian luar, tapi di bagian dalam mereka memiliki berbagai rencana untuk menghancurkan orang-orang terdekatnya.

Melihat kejadian itu membuat semua siswa disana mulai menjauh dari cowok itu.

...

Kenzaki sudah tinggal sendiri di sebuah apartement.

Ia bekerja sebagai programer serta beberapa kali ia di bayar orang untuk menghack suatu sistem perusahaan atau organisasi, dengan hasil pekerjaannya itu ia mampu menghidupi diri sendiri.

Yang menjadi masalah untuknya hanyalah perasaan trauma memiliki hubungan dengan manusia yang lain.

Sewaktu SMP ia pernah dekat dengan seorang perempuan yang sangat baik kepadanya.

"Kenzaki, tidak apa-apa"

Pelukan hangat berhasil membuat perih hatinya membaik.

"Terima kasih, Irma"

Perempuan yang dimaksud itu bernama Irma, ia pernah menjadi orang yang paling berharga dalam hidup Kenzaki, bahkan ia menganggapnya sebagai penyelamat hidupnya.

Dia selalu ada untuknya, mendengar semua cerita, menghibur, pokoknya ia adalah sumber hangat dari kehidupan suramnya.

Tapi.

"I-irma apa maksudnya ini?"

"Dia mencoba memperkosaku di apartemennya!"

Deg!

Lontaran keras itu menusuk tubuhnya sangat kuat.

"Kau! Kau berbohong!"

"Tangkap dia pak!"

Kenzaki hancur seketika, ia sudah dituduh oleh Irma, ditambah dia membawa seorang cowok yang merupakan pacarnya, dia bahkan tidak pernah cerita kalau dia punya pacar.

Dia semakin murka, ketika dari balik tubuh cowoknya, Irma memperlihatkan ekspresi menyeringai sambil memperlihatkan kartu ATM milik Kenzaki.

Kebencian semakin tumbuh di dalam hatinya, trauma yang sudah berbekas, bertambah lagi.

Kenzaki memang ditangkap polisi, tapi karena ia masih dibawah umur waktu itu, ia hanya mendapat ganjaran sosial dari pihak kepolisian dan ia tetap bebas meskipun harus melapor.

Ia berhasil bangkit dari keterpurukan yang teramat sangat.

Dan kebenciannya semakin menjadi-jadi.

...

Sepulang sekolah, ia memilih untuk duduk beristirahat di alun-alun kota yang sepi.

[Email Masuk]

[World Center International]

Belum sempat jarinya membuka email itu.

Tanpa persetujuan darinya sebuah panggilan video terbuka.

Seseorang berpakaian rapi menatap kearahnya.

"Kau siapa?"

World OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang