BAB 3

187 25 19
                                    

Selama beberapa hari berada di rumah besar ini, Joanna tidak melihat wanita satu pun. Semua pria dengan setelan hitam dan bertubuh tinggi tegap seperti Alex. Ada sedikit rasa takut, tetapi Joanna percaya dengan Alex. Karena pria itu memperlakukannya dengan sangat baik.

Sebelumnya, Joanna diajak ke salah satu pusat perbelanjaan karena keadaan gadis itu yang memang kotor. Ia dibelikan banyak pakaian bagus dan juga boneka baru. Tentu saja Joanna tidak menolak, karena belum pernah mendapat perhatian seperti itu.

Namun, senyaman apapun yang dirasakan. Joanna masih ingin pulang, ia merindukan keluarga di Hornbrook. Gadis itu pun mencoba mencari Alex di rumah besar ini. Ia ingin meminta diantar kembali ke rumah. Sayangnya, sekitar sepuluh menit mencari ia belum berhasil menemukan Alex, bahkan rumah ini terlihat begitu sepi.

Lelah mencari, Joanna memutuskan untuk mengambil beberapa makanan di lemari pendingin dan membawanya ke kamar. Di saat itu, ia bertemu dengan orang yang ikut membawanya ke rumah ini. Seingat Joanna, nama pria itu Simon.

"Euhm ... permisi," panggilnya.

Simon yang memang sedang mengambil sesuatu pun menoleh ke sumber suara. Ia mengernyit karena tidak pernah sebelumnya gadis ini menyapa terlebih dahulu. "Ada yang bisa kubantu?"

"Alex di mana?"

Tentu saja Simon tidak bisa memberitahu Joanna sekarang. Masih ada hal yang harus diurus oleh Alex dan itu pun berhubungan dengan gadis di hadapannya ini. Simon terdiam sejenak, memilah jawaban yang tepat.

"Tuan Alex sedang bekerja, Miss. Ia akan kembali malam nanti," sahut Simon.

Joanna tak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Ia mengangguk sebagai tanggapan dari jawaban Simon. "Terima kasih," ujarnya.

Kemudian Joanna memilih melanjutkan tujuan utamanya ke dapur. Ia mengambil beberapa makanan ringan untuk menunggu Alex pulang. Setelahnya, ia berpamitan dengan Simon yang masih memperhatikan gerak-gerik gadis itu hingga ia benar-benar hilang dari pandangan.

Setelah memastikan Joanna masuk ke kamarnya lagi. Simon pun melanjutkan tujuannya seperti yang sudah diperintahkan. Pria itu memasuki sebuah ruang tersembunyi yang memang berada di dapur. Tempat yang pasti tidak terpikir oleh orang-orang jika sebuah rahasia ada di sana. Ia memilah beberapa benda yang cocok dan pasti disukai tuannya itu.

***

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian beberapa orang. Simon berada di sana dengan sebuah rantai leher, cambuk, dan sebuah stik golf. Entah, ia hanya berpikir hal yang dilakukan kali ini cukup istimewa bagi Alex.

Seperti yang diduga, pria itu menunjukkan seringai melihat benda-benda yang dibawa Simon. "Kerja bagus," ujarnya. Alex mengambil rantai leher dan cambuk sebagai pembuka. "Jadi, mari kita bermain denganmu terlebih dahulu."

Alex benar-benar seakan menjadi hewan buas yang siap menerkam siapa pun. Tatapannya tak dapat membohongi mereka yang melihat kemarahan di sana. Walau terlihat begitu tenang, tetapi Alex tidak akan menyembunyikan aura penguasanya.

"Tidak! Aku tidak melakukan apapun!" Calon korbannya menggeleng ketakutan, berulang kali mengatakan jika dirinya tidak bersalah.

"Menurutmu aku percaya? Setelah apa yang aku lihat tempo hari, kau dengan beraninya memperlakukan Joanna seperti itu."

Benar. Dia adalah wanita yang sama dan dari fakta yang ada merupakan kakak angkat dari Joanna. Wanita itu bersama keluarganya tidak pernah memperlakukan Joanna dengan baik. Simon mendapat informasi tersebut setelah menanyakan pada tetangga di sekitar rumah itu.

"Ah, sudahlah! Aku muak melihat kalian!" Alex sendiri mengucapkannya dengan begitu santai. "Kita mulai saja sekarang."

Perlahan, Alex mendekati wanita itu yang bahkan namanya saja tak ingin ia ketahui. Menurutnya, orang yang akan menerima hukuman tidak pantas diberi penghargaan dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu.

Wanita itu menggeleng berulang kali dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. Ia tidak pernah menyangka akan dihampiri oleh malaikat maut milik Joanna. Tentu, sebut saja ia malaikat maut dengan segala aura yang terpancar. Bahkan, kedua orang tuanya kini hanya pasrah menyaksikan nasib yang akan menimpa puteri mereka.

"Aku tidak mengerti satu hal. Kenapa Tuhan menakdirkan kalian menjadi keluarga angkat Joanna? Oh, gadisku yang malang," ucapnya sarkas.

Alex mencengkeram puncak kepala wanita di hadapannya. Memaksa agar ia diam dan memasangkan rantai leher. Pria itu kemudian menarik rantai tersebut, seperti hewan yang memang harus menuruti ke mana pun sang majikan pergi.

"Simon, tarik dia!" perintahnya.

Dengan senang hati, Simon menuruti perintah bos besarnya tersebut. Ia menarik wanita itu mengelilingi ruang kedap suara ini. Alex sendiri sudah begitu semangat dengan cambuknya. Setiap tiga langkah, ia tidak segan mencambuk wanita tersebut. Pakaiannya bahkan sudah terlihat begitu berantakan dan darah merembes keluar.

Teriak kesakitan hingga kini hanya erangan lemah terdengar. Sekitar satu jam lebih Alex bermain dengan wanita itu yang akhirnya tak kuat lagi dan pingsan. Sang ibu sendiri tak henti menangis melihat puteri kesayangannya disiksa. Tubuh wanita itu diseret oleh anak buah Alex lainnya ke pinggir ruangan agar tidak mengganggu hiburan bos mereka.

"Bagaimana? Mengibur bukan? Ah, aku sangat menikmati ini. Jadi, siapa giliran berikutnya? Oh, atau kalian ingin langsung berdua saja?"

Sepasang paruh baya itu menggeleng bersamaan. Kemudian Alex memberikan cambuk yang tadi ia pegang kepada Simon, berganti mengambil stik golf. "Kalian tahu ini apa?"

Sebelum Alex melanjutkan kegiatannya, ada sebuah interupsi dari Sam yang tiba-tiba memasuki ruangan. Pria itu menghampiri Alex dan membisikkan seuatu. Simon dapat melihat perubahan air muka bosnya dan memutuskan untuk mengambil alih.

"Kau bisa menyerahkan ini padaku, Sir." Alex mengangguk menyetujui ucapan Simon.

Namun, sebelumnya pria itu menghampiri sepasang paruh baya yang masih memikirkan nasib mereka setelah ini. Bagi Alex, mereka yang bersalah harus mengetahui penyebab hukuman diberikan. Setidaknya itu akan menimbulkan efek jera dan berpikir beberapa kali untuk mengulang perbuatannya.

"Hukuman ini aku harap menjadi peringatan pertama dan terakhir bagi kalian. Dan karena banyak hal yang harus kuurus, jadi dengan baik hati Simon yang akan mewakili proses eksekusi. Ah, tetapi sebelum itu aku ingin memberi tahu sesuatu." Alex menjeda ucapannya, memperhatikan dengan saksama apakah pasangan paruh baya ini menyimak yang ia bicarakan. "Semua ini karena kalian melakukan hal yang sama terhadap Joanna. Oh dari mana aku tahu? Itu bukanlah urusan kalian! Hanya perlu diingat, jangan coba-coba menyiksa gadisku lagi!" lanjutnya penuh penekanan sebelum berbalik pergi bersama Sam.

JOANNA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang