Alex dan Joanna baru dapat benar-benar menikmati liburan mereka bersama di Italia pada hari ketiga. Pasangan itu pergi ke Trevi Fountain, melihat air mancur yang terkenal dengan mitologi Neptunus. Gadis bersurai karamel tersebut menatap penuh kekaguman akan keindahannya.
Audrey kemarin mengajak Joanna pergi ke pusat perbelanjaan saat ditinggal Alex. Adik iparnya tersebut membelikan banyak pakaian baru. Kemudian mereka mampir ke sebuah restoran dan kembali berbincang. Wanita itu memberitahunya beberapa tempat menarik di Italia.
Audrey menyarankan kepada kakaknya yang kaku untuk mengajak Joanna pergi, ketika Alex baru kembali ke penthouse. Wanita itu dapat melihat antusiasme di mata sang kakak ipar. Namun, Audrey juga tahu jika Alex datang ke Italia tentu bukan hanya sekadar untuk liburan. Sehingga, ia sendiri bersedia mengambil peran untuk melindungi Joanna selama pria itu tidak ada.
Alex tetap tenang di saat kencan dengan Joanna. Ia tahu pasti konsekuensi muncul di muka umum setelah membuat masalah kemarin bersama Simon. Jadi, demi membahagiakan sang istri, pria itu memerintahkan seluruh anak buahnya untuk menyamar dan mengawasi area sekitar.
"Ayo lempar koin seperti mereka," ajak Joanna sambil menarik lengan kemeja Alex, ia memperhatikan orang-orang yang berbalik badan dan melempar koin agar bisa masuk ke kolam air mancur tersebut.
"Sebenarnya tanpa perlu melempar koin ini, kau bisa kembali ke Italia kapan pun, Joanna." Alex menjelaskan, tetapi gadis itu menggeleng tak terima dan merengek meminta koin. "Silakan, cobalah!" Alex mengalah dan memberikan koin yang diinginkan oleh istrinya.
Pria itu memerintahkan kepada salah satu anak buahnya untuk membeli dua scoop ice cream gelato. Karena Alex tidak bisa meninggalkan Joanna sendiri, walau jaraknya tidak begitu jauh. Jadi segala yang dibutuhkan akan diurus oleh anak buahnya. Mereka hanya perlu menikmati kebersamaan ini.
Setelah dari Trevi Fountain, Alex mengajak istrinya pergi ke Piazza Navona untuk melihat trio air mancur. Karena berdasarkan informasi dari adiknya, Joanna sangat menyukai air mancur. Entah mengapa demikian? Ia akan menanyakannya nanti.
Alex mengajak Joanna makan malam setelah mengunjungi kedua tempat tersebut. Mereka akan melanjutkan kembali ke Spanish Steps, tempat wisata favorit para seniman. Pria itu ingin menunjukkan tangga monumental Italia yang begitu indah di malam hari.
Awalnya, Alex ingin mengajak Joanna ke Colosseum. Namun, ia ragu karena tempat itu memiliki sejarah yang cukup kelam. Ia tidak ingin sang istri merasa tidak nyaman dengan suasana horornya. Pria itu sendiri sangat menyukai Colosseum, tempat tersebut memberinya adrenalin karena suasana yang dibangun pada masa sebelumnya. Bagaimana para gladiator saling bertarung? Pertumpahan darah yang pasti begitu menarik untuk disaksikan. Oh, memikirkannya saja membuat Alex ingin ikut bertanding.
"Alex, aku ingin balon itu." Joanna menunjuk anak kecil yang memegang balon berbentuk Hello Kitty.
Baru saja mereka sampai di Spanish Steps dan karena sebuah balon membuat gadis itu tidak fokus pada tempat yang dikunjungi. Alex sendiri hanya bisa menuruti keinginan Joanna dan mencari penjual balon karena tidak mungkin juga ia merampas dari anak kecil. Namun, sepanjang mata memandang, tidak ada satu pun penjual balon. Sial!
"Sepertinya penjual balon ada di sisi lain, kita akan menemukannya nanti. Ayo!" Alex menuntun Joanna yang sebenarnya masih enggan berjalan karena belum mendapat yang diinginkan.
Pria itu sudah memerintahkan beberapa anak buahnya menyebar di sekitar sana untuk mencari balon. Hanya sebuah keinginan sederhana yang membuat para pria tegap berseragam hitam kelimpungan. Perhatian Joanna sendiri mulai teralihkan kepada seorang seniman jalanan. Ia menarik Alex untuk mendekati keramaian, mendengar suara merdu dari penyanyi itu.
"Alex bisa bernyanyi?" Joanna menatap Alex tiba-tiba dan mengajukan pertanyaan yang sedikit sulit untuk dijawab.
Pria itu terdiam sejenak, ragu untuk menjawab. Sementara di tempat lain Audrey sudah menahan tawa ketika mendengar pertanyaan polos Joanna. Alex memang menggunakan alat yang menghubungkan dengan seluruh anak buahnya. Keamanan menjadi alasan utama, walau menjadi senjata makan tuan karena privasinya sedikit terganggu.
Baru kali ini ia bingung harus menjawab. Akhirnya, Alex hanya berdeham pelan dan mengangguk kecil. Tanpa diduga Joanna memekik dan bertepuk tangan. "Ayo menyanyi, Alex!" pintanya antusias. Oh, apalagi ini?
"Aku bernyanyi? Di sini?" Pertanyaan Alex dijawab dengan anggukan cepat oleh gadis itu. "Tidak, Joanna!" tolaknya tegas.
"Kenapa?" Joanna bertanya pelan sambil menunduk, ia takut dengan nada bicara Alex yang sedikit meninggi.
"Nanti saja di penthouse, oke?" Rayuan Alex tidak mempengaruhi keinginan istrinya tersebut. Joanna masih menunduk sehingga membuat pria itu harus mengangkat dagunya.
Mata yang berkaca-kaca memang kelemahan Alex. Apa yang harus ia lakukan? Menuruti keinginan Joanna sama saja dengan mempermalukan dirinya di muka umum.
"Turuti saja, Alex." Suara Audrey tiba-tiba muncul, membuatnya kesal.
"Bos, ini balon yang diminta." Anak buahnya muncul di saat Alex ingin memarahi Audrey. Namun, karena melihat balon ini membuat pria itu mendapat ide lain untuk merayu Joanna.
"Kau sudah tidak ingin balon?" Alex berpikir ini akan mudah, tetapi Joanna masih diam saja. "Baiklah, aku menyanyi," ucapnya mengalah.
Gadis itu langsung menghamburkan tubuhnya, memeluk erat Alex. Ia melakukan sesuai yang diajarkan oleh Audrey. Adik iparnya itu mengatakan jika Alex harus dipaksa agar mau memenuhi keinginannya dan Joanna tidak boleh mengalah.
Setelah memberikan balon tersebut kepada Joanna, ia pun mendekati penyanyi jalanan tadi, meminjam gitar. Para penonton bertepuk tangan karena merasa Alex sukarela menyumbangkan suara untuk hiburan mereka.
Pria itu membawa Joanna ke sampingnya dan mendudukkan gadis itu di kursi yang dipakai oleh penyanyi jalanan tadi. Ia pun mulai memetik gitar, memainkan intro dari lagu Perfect milik Ed Sheeran.
Saat masih setengah lagu, Alex melihat sinar inframerah. Sial memang di tengah keramaian seperti ini. "Audrey!" Pria itu menarik Joanna dan menyelinap, ia yakin sekali tujuan mereka adalah istrinya.
Di saat seperti ini, Audrey sangat bisa diandalkan karena posisinya berada di salah satu gedung tinggi. Wanita itu berhasil menemukan sniper musuh yang mengemas peralatannya karena gagal membunuh korban. Sayangnya, ia tidak akan bisa kabur begitu saja. Dengan bidikan yang tepat, SABR Audrey memuntahkan pelurunya dan tepat sasaran.
Namun, keributan tak bisa dihindari karena ternyata musuh juga sudah memantau meraka dengan berbaur bersama pengunjung lainnya. Letupan senjata api mengiringi teriakan orang-orang yang tidak mengerti apapun. Alex terus memeluk Joanna menuju mobil. Ini benar-benar undangan perang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOANNA (Sudah Terbit)
General FictionSebuah pertaruhan yang dipilih Alex membawa Joanna masuk ke lingkaran hidupnya yang berderak. Namun, ternyata keputusan Alex salah. Dia harus melalui segala rintangan yang terus melibatkan Joanna sampai gadis itu mendapat masalah besar. Akankah mere...