Bab 12

69 6 0
                                    

Audrey tidak ingin terpancing emosi, ia sudah memutuskan untuk mendengar penjelasan Sam sejak mereka bertemu kembali di bandara tadi. Alex juga mengingatkannya agar lebih berkepala dingin dan mencoba melihat dari sisi pria itu.

"Kau tahu? Aku bahagia ketika saat itu kau mengatakan kita akan memiliki seorang anak. Namun, posisiku di Double A melarang untuk mendapatkannya." Sam menghentikan sejenak ucapannya dan menatap wanita yang masih setia menunggu penjelasan.

Selama satu menit berhenti, mobil kembali melaju dan Sam fokus pada kemudi. Pria itu menghela napas berat. Ini adalah bagian yang terburuk dalam hidupnya. Tentu Sam mengingat jelas perubahan raut wajah wanita itu.

Ia tahu sudah sangat melukai perasaan Audrey, wanita yang begitu dicintainya. Namun, kehidupan mereka sebagai anggota Double A menuntut kesempurnaan. Sebenarnya, memang Sam sendiri yang terlalu membebankan diri, berbeda dengan Audrey yang santai.

"Kau tidak menginginkannya? Baiklah! Akan kulakukan yang kau mau."

Namun, ucapan Audrey saat itu memancing emosinya. Kalimat ambigu yang membuat ia membayangkan sebuah keadaan terburuk. Sam tidak pernah bermaksud menolak anak itu. Ia menginginkannya, buah hati mereka tumbuh dan menjadi anak yang kuat.

"Saat itu, aku sudah mendapat konfirmasi sebuah misi baru dan melibatkanmu di dalamnya. Alex megatakan jika tugas tersebut hanya akan berhasil jika kau yang melakukannya. Andai saja tidak ada misi, aku akan sangat bahagia. Kita pasti bisa merawatnya."

Audrey sudah mengerti arah pembicaraan ini. Ia hanya bisa menangis menyesali segalanya. Memang, setelah memberitahukan kabar kehamilannya kepada Sam, wanita itu mendapat sebuah misi dari Alex.

Sederhana dan berbahaya di saat bersamaan. Namun, Audrey tidak memikirkan bahayanya. Saat itu, ia hanya berpikir untuk meluapkan semua emosi. Wanita tersebut menjalankan setiap tugas dengan baik, tetapi di akhir sebuah kekecewaan menghampiri. Audrey kehilangan calon anaknya karena kelelahan dan Sam mengira ia sengaja melakukannya.

Wanita itu dirawat selama tiga hari di rumah sakit karena keguguran. Alex pun merasa bersalah karena tidak mengetahui keadaan adiknya. Ia sudah lama mengharapkan kehadiran seorang anak kecil di kediaman Abraham. Namun, saat keinginan tersebut hampir terwujud justru dirinya yang menjadi penyebab utama Audrey dan Sam kehilangan calon buah hati mereka.

Alex tidak tahu bagaimana harus menebus kesalahan tersebut, sehingga ia hanya bisa menyetujui semua keinginan Audrey. Saat wanita itu mengatakan ingin pergi dari San Fransisco dan mengurus Double A di Italia maka tidak ada pilihan selain mengiyakan. Ia juga berpikir jika pasangan tersebut memerlukan waktu untuk saling menenangkan diri.

"Aku menginginkannya." Audrey menangis tersedu dan Sam memilih menepikan mobil mereka.

Ia membawa wanita itu ke pelukannya, mengelus rambut yang ternyata sudah lebih panjang daripada lima tahun lalu. Tentu, mereka sudah terlalu lama berpisah dan terkadang hanya bertemu lewat sambungan video. Tidak ada tegur sapa seperti biasa, semua terlalu formal.

"Kita bisa mendapatkannya lagi," ucap Sam dengan nada datar.

Audrey mengangkat wajah, ia sering kali salah paham dengan perkataan Sam. Pria itu sulit dibedakan antara sedang bercanda dan serius. Untuk kali ini saja, ia berharap ada ekspresi yang bisa dibaca dari pria di hadapannya.

"Aku serius."

Audrey menggeleng dan berkata, "Ini terlalu cepat, Sam. Kita baru bertemu kembali setelah lima tahun."

Sam hanya mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. Mereka sudah cukup membicarakan masa lalu. Kini saatnya melangkah pasti menuju masa depan. Rasa yang ia miliki untuk wanita ini tidak berubah. Audrey masih mengisi penuh relung hatinya.

Mobil mereka sudah terparkir mulus di pekarangan mansion Abraham. Sam memberikan kunci kepada salah seorang penjaga untuk memindahkan ke garasi. Ia masuk bersama dengan Audrey dengan wajah damai.

Alex dan Simon memperhatikan keduanya dengan senyum lebar. Berbeda dengan Joanna yang terlihat heran terhadap keanehan suaminya. Ia ikut menatap Audrey dan Sam, tetapi tidak ada hal yang membuatnya merasa harus menampilkan ekspresi seperti kedua pria itu.

"Ada yang ingin kukatakan." Seperti biasa, Sam tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Ia sudah menyelidiki beberapa hal mengejutkan dan ini harus diberitahukan segera kepada Alex. Pria itu tidak ingin mengambil risiko jika sampai mereka terlampat bertindak.

"Baiklah! Kalian bisa berkumpul lebih dulu, aku menyusul."

Alex membawa Joanna memasuki kamar mereka, membaringkan gadis itu di ranjang. Sebenarnya ia masih berat untuk meninggalkan istrinya, tetapi dari ekspresi Sam tadi menuntutnya untuk bekerja.

"Istirahatlah!" Alex mengecup kening istrinya dan beranjak dari tempat tidur. Namun, tangan mungil gadis itu menahannya. "Hanya sebentar."

Lagi dan lagi Joanna hanya bisa mengangguk. Ia kembali ditinggalkan padahal gadis itu masih ingin bermanja dengan Alex. Sejak berada di Italia, mereka hanya memiliki sedikit waktu berdua. Padahal Audrey pernah mengatakan jika sepasang suami istri pasti lebih banyak waktu bersama.

Alex sudah berada di ruang kerjanya bersama Sam, Simon, dan Audrey. Mereka melihat layar besar yang menampilkan foto sepasang kekasih. Ketiga laki-laki dalam ruangan itu sangat mengenal wajah wanita pada gambar.

"Siapa laki-laki itu?" tanya Simon.

"Devano Nostra, adik sepupu Marcello." Jawaban Audrey sontak membuat Alex dan Simon menatap Sam tak percaya. Dunia ini benar-benar sempir. Jadi, mereka memang bermasalah dengan Nostra lagi.

"Lalu siapa perempuan itu?"

"Dia kakak angkat Joanna dan sudah kami bereskan." Alex yakin dengan ini mereka akan semakin cepat menangkap kelinci.

Jalan mereka sudah terbuka, terlebih dengan dendam masa lalu pria itu terhadapnya. Namun, sejak awal penguasa hanya ada satu dan itu adalah Abraham. Nostra hanya hama kecil yang akan segera dilenyapkan dari muka bumi ini.

Sam yang memang sudah sejak awal mengetahui tentang Devano memberikan sebuah gambar lainnya. Ini ia dapat dari salah satu anak buah yang memang mengawasi kediaman pria itu. Semua sesuai prediksi, Marcello masuk ke kandang singa. Pria tersebut hanya akan menjadi santapan lezat di wilayahnya.

JOANNA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang