Delapan ( 8 )

503 43 9
                                    

••~[ (Y/n) PoV ]~••

Matahari sudah menunjukkan bahwa kelas akan segera masuk. Mungkin hanya sekitar 10 menit lagi. Aku memakan waktu hanya untuk duduk di bangku dan tangan kananku sedang memainkan pensil mekanik berwarna hitam dan penggarisku. Sedangkan kepalaku kutaruh di telapak tangan kiri dengan siku yang berada di meja. Bosan.

.

Tanpa berekspresi, aku melihat seseorang yang memiliki rambut dan kulit....Merah muda? .
Sepertinya Ia berjalan menuju mejaku. Ia melihatku sambil tersenyum lebar. Dengan pose yang bisa disebut sebagai orang yang 'periang'.
.
"Selamat pagi! Kau (Y/n) kan? Salam kenal! Aku Mina Ashido! " Ujarnya sambil memukul mejaku.

Mantap, Tanganya kuat juga ya...

Sampai - sampai pensil mekanik dan penggarisku memantul di meja. Aku menatap ia seperti orang yang baru saja dikagetkan oleh hantu. Tak berdaya, kaget.

"Ahahahah! Gak usah tegang banget (Y/n)! Aku bisa menjadi teman baikmu kok!"

Tak lama pensil mekanikku bergelinding perlahan - lahan dan jatuh dari meja. Aku mengerutkan alis mata.

"Eh! Maaf~! Aku ambilkan ya!" Ia pun mengambil pensil mekanikku yang jatuh di samping meja dan tepat di depanya.

~I'm speechless.

Ashido pun berdiri dan menatap pensil mekanik hitamku sebentar. Entah ia mau apa dengan pensil mekanikku dan aku. Ia hanya muncul secara tiba - tiba dan...

sedikit menggangguku.

"Ada apa Ashido?" Ia tidak menjawab pertanyaanku. Hanya keheningan. Ia membolak - balikkan pensil mekanik yang diberikan oleh
Bundaku tahun lalu. Cukup awet kan?

"Ashido?" Aku memanggil untuk kedua kalinya.
Tetapi, hasilnya sama saja, ia tidak menjawab. Masih menatap pensil mekanikku.

"Ashido!" Suaraku sedikit meninggi ketika memanggil Ashido untuk ketiga kalinya. Ia pun terkejut dan mengangkat bahunya dan melebarkan mata.

"Kamu kenapa? Dari tadi menatap pensilku terus. Ada apa?" Aku pun bertanya kepadanya. Akhirnya Ia pun menatapku, tetapi kini tanpa senyuman. Ia menatapku sekitar sepuluh detik, aku juga tidak mengatakan apa - apa selain pertanyaan tadi.

Ashido menggelengkan kepala.

"Maaf! Maaf! Tadi aku menatap pensil mekanikmu karena mirip sekali dengan yang punyaku!" Kini mukanya Ashido sedih, tetapi...marah? Mukanya seperti menunjukkan bahwa ia ingin marah tapi...

Ah, Sulit diperjelaskan.

"Ashido. Kenapa?" Tanyaku khawatir terhadap mukanya.

"Oh! Tidak, tidak apa - apa!" Ia pun tersenyum lebar dan kembali menaruh pensil mekanikku.

Aku menaruh penggaris dan pensil mekanikku kembali kedalam kotak pensil yang tidak kututup rapat dari awal.

"Eh (Y/n)! Kau tahu apa? Tadi malam aku memasak roti dengan jeruk didalamnya! Tentu saja jeruknya meleleh. Oh ya, aku juga menambahkan keju mozarella di bagian atasnya (bla bla bla...)" Aku tidak begitu mendengarkan apa yang ia omongkan,

dia lumayan cerewet ya...

Sedangkan aku ingin memiliki waktu sendiri. Ashido masih saja berkomunikasi denganku. Sepertinya bukan berkomunikasi, melainkan ia berbicara sendiri.

Aku hanya memikirkan sesuatu...

Entah itu apa. Rasanya ada yang perlu dipikirkan. Seperti Kaca yang pecah dan salah satu serpihanya hilang, entah dimana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your smile | Kirishima X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang