(Y/n) PoV
Aku memasukkan pensil mekaniku, penghapus, penggaris, ke dalam kotak pensilku dan menaruhnya ke dalam tasku. Mengambil botol air minumku dan membuka tutupnya. Air melewati leherku, rasanya cukup segar. Aku menaruh botolku kembali dan menutupnya lagi. Aku mengelap bibirku yang basah dengan lenganku. Dan pada akhirnya aku menaruh botolku ke dalam tas dan siap untuk pulang.
-
"Baiklah!" Gumamku kepada diriku sendiri sambil menaruh tali tasku di pundak.
Kelas sudah sepi,tidak ada orang. Seluruh murid 1-A sudah pulang. Iya, kecuali aku. Aku habis menyelesaikan tugas yang diberi Pak Aizawa. Sebenarnya semua murid dikasih, tetapi aku yang terakhir menyelesaikanya.
.
Aku berjalan menyusuri lorong sekolah. Kakiku bergemetar. Bukan karena ketakutan. Melainkan 'Lelah', kata itu lebih tepat untuk diriku yang kewalahan ini.
.
Aku baru saja berjalan keluar dari gerbang sekolah. Melihat matahari sudah mau terbenam di Barat. Langit jingga menerapkan keindahanya di sore hari ini. Aku memandang langit dengan rasa bebas. Entah kenapa, rasanya seperti bebas dari beban. Melihat langit indah ini. Hidungku menghirup angin yang segar. Aku tahu, sebentar lagi malam, pasti tumbuhan menarik oksigen di malam hari. Tapi ini kesempatanku untuk menghirup oksigen yang segar sebelum matahari terbenam.
.
'Drrrt' 'Drrrt'
Getaran ponselku terasa di saku seragam sekolahku. Sebenarnya ingin kutolak. Aku masih ingin memiliki waktu untuk sendiri sekarang.
'Drrrt' 'Drrrt'
Dasar ponsel sialan.
'Drrrt' 'Drrrt'
Gimana lagi? Masih bisa kutolak? Tidak. Pasti ada sesuatu yang penting.
.
Aku mengambil ponselku. Aku tidak berhenti berjalan, agar bisa mencapai tujuan dengan cepat. Aku memencet tombol nyala ponselku. Memasukkan kata sandi dan akhirnya menyala. Aku melihat tiga pesan yang memasuki ponselku. Belum sepat ku buka, tiba - tiba bunda menelepon. Gambar profilnya membuatku rindu denganya. Walau kita hanya berpisah setengah hari saja, rasanya kurang betah tanpanya. Aku memencet tombol bergambar telepon dengan lingkaran hijau dibelakangnya. Menempelkan ponsel di telinga seperti biasa orang menggunakan telepon.
.
"Bunda?" Ujarku sambil tersenyum tipis walau tidak ada siapa - siapa di sekitarku.
"Oaaah! (Y/n), gimana sekolahnya?" Suaranya sangat lembut ketika berbicara.
"Hebat! Belum dapat teman banyak bun."
"Ah. Yaudah gapapa. Eh, Bunda punya berita penting dan menyenangkan lho!"
"Waah! Apa??" Gumamku mempercepatkan perjalananku.
.
"Ayah mau datang ke rumah! Ahahahah!" Ujarnya sambil tertawa lebar. Mataku melebar. Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Kakiku makin bergemetar, dan kini bukan karena lelah,
.
Takut.
.
Bunda tidak tahu bahwa aku dan ayahku sangat tidak akrab. 'Antonim' dari akrab. Bahkan terkadang aku tidak menganggap dia sebagai ayahku. Aku membencinya. Dialah beban terberatku, baik dalam fisik atau tidak.
.
Dialah bebanku, aku ingin bebas darinya.
.
"(Y/n)? Kok diam aja sih?" Suara bundaku terdengar lagi dari ponselku. Aku sadar dari lamunanku. Menggelengkan kepala dengan kaku dan mengepalkan tangan kiriku."Eh, Iya. Yeeey!" Ujarku berpura - pura senang.
Aku mengerutkan mata dan menggigit bibir kecilku.
Aku tidak ingin bertemu dengan ayahku. Aku masih tetap membencinya. Tetapi...Bukan berarti aku ingin ia meninggal. Aku hanya ingin dia pergi dan yidak kembali. Dia sangat menyebalkan. Seingatku, sama sekali aku tidak pernah memeluknya, dan aku tidak mungkin melakukanya.
.
"Oh baiklah. Dia datang jam sembilan. Udahan dulu ya! Bunda mau bikin soup wortel. Dadah (Y/n)! Jangan lama - lama di jalan ya."
Ia yang menutup ponselnya duluan. Aku menaruh ponselku perlahan - lanan. Masih..., ketakutan.Apa yang akan ayah lakukan?Kenapa ia pulang? Dia mau apa denganku? Apa yabg harus aku lakukan? Apa aku harus membentaknya? Memarahinya? Tidak mungkin. Tetapi yang lebih penting adalah apa yang akan ia lakukan kepadaku? Apakah ia akan memukulku seperti waktu itu dengan sabuk bagian besinya di kepalaku hingga berlumuran darah? Semoga saja tidak. Jangan pikirkan lagi (Y/n), tenang saja.
.
(Time skipped : Di depan gerbang rumah :))
.
Akhirnya, aku sampai didepan gerbang rumah. Aku menempelkan sidik jari jempolku di Finger Scanner bagian pinggir gerbang rumah. Gerbangnya pun terbuka dengan otomatis ke samping. Aku memasuki gerbang depan runahku. Menunggu ia menutup lagi. Setelah itu, aku memandang rumahku dan mulai berjalan di aspal depan rumah sepanjang 50 meter menuju rumahku.
.
Matahari sudah terbenam. Warna langit jingga sudah sedikit lagi mau menghilang. Tetapi dengan lampu yang bejejeran di samping kiri dan kanan aspal membuatku tidak sendiri lagi. Dan akhirnya, sampailah diriku di depan empat tangga pendek depan rumahku. Aku menaikinya. Membuka kedua sepatuku dan membawanya masuk ke rumah untuk di taruh di dalam loker.
.
Aku menarik nafas panjang. Mengejapkan mata sebentar. Seperti biasa, aku membukanya lagi. Membuka pintu rumah yang jauh lebih tinggi dariku dengan gagang kayunya.
*Kreek*
"Bunda! Aku sudah pul...." Belum sempat aku menyelesaikan kata - kataku. Aku melihat seseorang yang sangat tinggi didepanku. Ia menggunakan jas seragam kantor yang biasa digunakan ketika orang bekerja. Dasi berwarna merah dengan bergaris - garis kuning sudah tidak asing lagi untuk dilihat.
.
Aku melebarkan mata. Mendongakkan kepalaku untuk melihatnya. Tidak mungkin.
.
"(Y/n). Sudah setahun tak melihatmu." Ujarnya dengan suara berat yang dimilikinya.
Ufff! Mendengar suaranya saja sudah muak, aku tidak menyukai ini.
.
"Ayah." Gumamku yang membuang tatapanku darinya. Aku mengerutkan alis. Menandakan bahwa aku sedang marah. Aku tidak ingin melihatnya, berbicara denganya, apapun yang kulakukan bersamanya,
aku tidak suka.
.
"Ayah mau apa?" Tanyaku yang mulai berjalan ke loker sepatu di samping pintu masuk dan menaruh kedua sepatuku.
"Gimana di sekolah? Pelajaranya? Temanya? Gurunya?"
"Baik, pelajaranya juga baik, temanku baik, gurunya baik. Semuanya baik - baik saja." Ujarku tanpa memberinya senyuman sekecil pun.Ia berjalan mendekatiku dan memegang pundakku.
Langsung kutatap mukanya dengan muka ketakutan. mengepalkan kedua tanganku dan berkeringat dingin."Aku mendengar..., bahwa temanmu yang memiliki rambut merah. Lelaki ia--"
"Kau mau apa denganya?" Langsung ku putuskan kata - katanya. Entah mengapa, diantara Takut, dan marah denganya. Aku tidak tahu harus melakukan apa selain menjawab dan menanyakan pertanyaan penting yang ingin ku ketahui."Tidak apa - apa. Ayah menontonya di TV. Ayah baru tahu ia memasuki UA. Rupanya ia hebat juga ya." Timbulnya dengan senyuman tipis yang sadis.
"Kenapa memang--"
"Jangan kau lupakan ini." Ayah langsung memegang pundakku dan menariknya agar ia bisa melihatku dengan jelas. 'Jangan kau lupakan ini'?"Kau lupa ya?" Suaranya semakin berat. Karena tidak tahu harus mengapa, aku hanya menggigit tangan kiriku ketakutan. Memandang yang lain selain ayah.
"Dia pengaruh burukmu kan?" Sudah kuduga. Pasti Ayah akan bilang kalimat tersebut. Aku tidak lupa tentang itu, justru kalimat itu membuat diriku dulu pusing dan berantakan.
Aku tidak mengucapkan apa - apa. Hanya sedikit mengangguk dan menurunkan tangan kiriku dari mulut. Sekarang giliran kedua tanganku yang bergemetar ketakutan.
"Dengar ya. Kau boleh bermain denganya. Tetapi bila kau bermain hingga kau lupa sekolah. Sesuatu buruk akan terjadi padamu." Ujarnya berhenti bersenyum. Aku mulai berjalan, meninggalkan ayahku. Nafasku susah untuk diaturkan. Aku mencoba untuk menghela nafas panjang, tetapi susah. Sangat susah.Ayah tidak memanggilku lagi. Aku langsung berlari secepat mungkin menuju kamarku. Membuka pintu lalu menutupnya, menyimpan tasku di samping meja belajar, dan melemparkan diriku diatas kasur.
.
Ayah sedikit berubah. Tidak seperti dulu ia memanggilku lebih kasar. Perubahan yang cukup menarik sih. Tapi tetap saja ia orangnya....begitu.
.
Ini sulit diperjelaskan.•_____•_____•_____•_____•_____•_____•_____•_____•_____•_____•_____•
MBEK!
Maaf bgt aku baru aplod sekarang! GOMMMMEEEEENNNNAAAAAASSSAAAAAIIIIIIHHHHH.serius nih, maafin gak? Maanfin yaps :')
.
Aku kentut - kentut ama kebelet pipis nulis ini tahu :/
So hargai yaa..!22/March/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Your smile | Kirishima X Reader
Acak[ I don't own Boku No Hero Academia ] [ Disclaimer Kohei Horikoshi ] { Story by: shiouiop } Saat kau masih berumur 4 tahun. Kau bertemu seorang lelaki berambut merah, dengan sifat aktif yang dimilikinya. Kau mulai bersahabat denganya ketika ka...