Kebetulan

63 16 10
                                    

Matahari tidak luput dari fase terbenam, namun ia selalu ingat untuk terbit kembali. Banyak orang terlalu mendewakan sang senja dengan segala ambisius yang mereka miliki. Tidakkah mereka menyadari betapa berharganya sang fajar? waktu dimana mentari terbit sebagai tanda berawalnya kehidupan baru. Kenapa orang seperti sangat pilih kasih?

_-_-_

Pukul 4.45 pagi, dering alarm mulai merusak dunia mimpi Yoora dan Jihoon. Tidak biasanya benda menyebalkan itu bernyanyi sepagi ini; kira-kira satu jam lebih cepat dari jadwal normal.

Manik keduanya perlahan terbuka lalu bertemu satu sama lain; menampakkan wajah polos masing-masing dari si pemilik manik tersebut.

Setelah beberapa detik mengumpulkan nyawa, akhirnya salah satu dari mereka membuka suara.

"Eoh, Oppa? Kau tidur di sini?".

Jelas saja Yoora bertanya. Ini kamarnya dan Jihoon tidak biasanya tidur di tempat ini. Apalagi posisi tidur Jihoon yang hanya duduk di samping ranjang Yoora, membuat Yoora semakin bingung.

"Nee. Ahh mianhae, Oppa tertidur. Semalam oppa pulang larut sekali. Kau tak apa?"

Yoora tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja"

"Syukurlah". Jihoon balas tersenyum. "Sebaiknya kau segera bersiap-siap"

"Mwo? Sekarang? Ke mana?". Sontak Yoora terkejut. Bicara apa Jihoon ini? Subuh-subuh begini? Mau kemana?

"Pusat perbelanjaan. Kuharap kau tidak lupa hari ini kita akan berkemah". Jawab Jihoon santai. Ia lantas berdiri dan meninggalkan kamar Yoora.

Terdengat helaan nafas kasar. "Iya, iya. Aku bersiap"

Lalu setelah kakak laki-lakinya itu pergi, Yoora kembali berbaring dan menutup mata. Bibirnya setengah bergumam.

"Lima menit la-gi..."

***

Meski sempat melanjutkan mimpi indahnya, Yoora tetap selesai bersiap tepat pada waktunya - bahkan lebih cepat dari Park Jihoon. Wajar saja, ia memang tidak suka berdandan. Stylenya selalu sederhana. Gadis itu bilang tidak terlalu peduli dengan penampilan. Seperti sekarang, ia hanya memakai celana jeans hitam dan hoodie putihnya.

Ngomong-ngomong, mereka sekarang tengah berada dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan Seoul. Menaiki motor Jihoon, tentu saja.


"Sebenarnya semalam Oppa pergi kemana? Benarkah rapat OSIS selesai di waktu yang selarut itu?". Suara sang gadis memecah keheningan.

"Ahh itu. Mmm Oppa kerja paruh waktu semalam. Ada satu perusahaan membutuhkan jasa translator bahasa Jerman, dan Oppa yang melakukannya"

"... kau tenang saja, Oppa hanya menggantikan seseorang, bukan pekerja tetap".

Hening kembali.

Helaan nafas panjang menyentuh leher Jihoon yang tidak memakai helm. Yoora sepertinya kecewa di belakang sana. "Oppa melakukannya untuk biaya perkemahan, ya? Oppa seharusnya tidak usah melakukan itu. Aku tak apa jika tidak ikut. Jinjja"

"Sudah lupakan. Oppa melakukannya karena Oppa menyukainya. Yang jelas, hari ini kita harus bersenang-senang!"

"N-nee, Oppa. Gomawoyo"

Jihoo hanya mengangguk cepat saat dirasa tangan Yoora melingkar di perutnya. Memangnya ia harus bagaimana? Jihoon sedang menyetir, haruskah ia membalas pelukan adiknya? Bodoh.

Let Me Know || (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang