diligence x reader

335 21 13
                                    

hai kauan!
Berhubung Sayo kuker, maka Sayo akan membuat satu x reader fanfic :v
Satu lagi, kayaknya ini agak gaje + short :v
Maap ye, Sayo ga pinter bikin ginian :v

Tertanda, Sayo si author gabut :v

-----------
(Y/N) - your name
(E/C) - eye colour
(H/C)- hair colour
(F/N) - full name
*Disini (Y/N) adalah manusia :v

---------
WARNING, THIS IS CRINGYYYYYYYYYYYYY







-
-
-
Jakarta, Indonesia

Rintik hujan membasahi kota metropolitan itu.
Kendaraan lalu lalang di jalanan, namun tak ada satupun dari mereka yang memedulikan sosok yang berteduh di emper toko itu.

"Dingin... Dingin sekali...."

Sembari memeluk lutut, gadis bersurai (H/C) itu merenungkan dirinya.

(Y/N) adalah namanya. Ia dikenal sebagai sosok gadis yang pandai dan cerdas. Meski begitu, sebenarnya semua prestasinya itu diraih karena suatu paksaan dari kedua orang tuanya.

(Y/N) tidak diperbolehkan untuk mempelajari sesuatu yang ia sukai, jika hal itu berlawanan dengan prestasi akademiknya. Ia merasa tertekan, namun juga takut untuk bilang pada orang tuanya.

Karena ia tahu, kedua orang tuanya tak akan mengerti. Mereka hanya akan terus memaksanya untuk menang dalam kompetisi, menjadi juara pertama,meraih berbagai piala dan medali, yang sebenarnya sangat menekan hidup gadis itu.

Pada akhirnya, ia memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Apa yang diinginkannya hanyalah kebebasan.

Walau ia harus mau menderita sendiran di jalanan yang dingin dan kotor ini.

"Ah, aku lapar sekali. Sial, kenapa aku tidak membawa makanan dari rumah? Tapi percuma saja, kurasa jika aku kembali, itu hanya akan membuat hidupku semakin sengsara. Lebih baik aku mati saja di jalanan ini, sehingga aku tak akan merasa tertekan lagi.."

Baginya, hidup sendiri tanpa tekanan jauh lebih baik. Dibandingkan hidup mewah, namun ia dikekang untuk selalu meraih juara.

Karena lapar, gadis itu memutuskan untuk berjalan dari tempatnya semula. Ia akan mencari toko yang menjual makanan yang cukup bagi uang tersisa yang dimilikinya itu.

----
(Y/N) berjalan menyusuri trotoar yang basah terkena air hujan. Gadis itu tak peduli tubuhnya basah terkena air hujan yang turun dari langit. Yang ia pedulikan sekarang hanyalah kebebasannya, tanpa ada yang mengekangnya.

BRAKKKK

Saat berjalan, ia mendadak menabrak seseorang.

"Ah, maafkan aku. Aku nggak hati-hati." Ucap (Y/N) sembari berusaha berdiri, namun gagal, karena tubuhnya terasa lemas sekali.

"Hey, are you alright? I'm sorry. Kamu nggak salah, aku yang salah karena nggak memperhatikan jalan." Balas pemuda yang ditabraknya tadi. Melihat (Y/N) yang terjatuh lemas, ia beranjak dan membantunya berdiri.

"Thank you, Sir. Maaf merepotkan."

Pemuda bersurai oranye itu mengangguk. Ia lalu mengamati (Y/N), dan menyadari sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Tunggu dulu. Kamu... (F/N) ? Aku merasa pernah melihatmu di acara TV."

"Hah, lagi-lagi aku di TV. Mereka memang kenal aku karena hal menyebalkan itu ya?" Batin gadis itu.

"Ya, aku (Y/N). Memangnya kenapa?" Tanya (Y/N) balik dengan nada yang sedikit ketus.

"I'm just asking, Miss. Don't be so rude. Dan mengapa kamu ada disini? Gadis sepertimu tak sepantasnya berada di jalanan kotor seperti ini." Pemuda itu berkata sembari menggandeng (Y/N) untuk duduk di bangku yang ada di depan sebuah toko.

"Kenapa kamu ingin tahu? Dan aku merasa jauh lebih baik seperti ini, daripada berada di rumah dan ditekan oleh kedua orang tuaku!!"
Balas (Y/N) dengan sedikit bentakan.

Air mata membasahi wajahnya. (Y/N) langsung berdiri, dan ia berdiri di area yang tidak terlindung air hujan. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya.

"Aku... Hanya ingin merasa bebas. Namun, rasanya sama saja. Tetap saja, aku menderita."

Menyadari sikap (Y/N), pemuda bersurai oranye itu berdiri dari tempatnya, menyusul (Y/N).

"Kau tahu, kadangkala kita merasa putus asa. Namun, harapan itu selalu ada bagi kita. Well, i say, just don't give up." Ucapnya.

"Harapan? Harapan apa yang bisa aku harapkan dari kedua orang tuaku? Apa-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, pemuda itu meraih gadis dihadapannya didalam pelukannya.

"Hei, kau kan bisa bilang pada mereka, kau tidak menyukainya. Tapi untuk saat ini, kurasa lebih baik kamu tinggal denganku, dan setelah merasa lebih baik, kamu bisa pergi kembali ke rumahmu."

Sembari mengucapkannya, ia lalu menyingkirkan sebagian poni gadis itu dan mengecup dahinya singkat.

"Kau tahu? Sejak melihatmu, aku sebenarnya suka denganmu. Bukan karena wajahmu, tetapi karena semangatmu itu." ucap pemuda itu lembut.

(Y/N) tertegun.
"Kamu.. tunggu, sepertinya aku mengenalmu?"

Setelah cukup lama berpikir, ia mengingatnya.
"Kamu... Gent? Cowok paling rajin di Amerika itu ya?" Tanya gadis itu hati-hati.

"Yup, benar. Aku Gent."
Diligence mengedipkan sebelah mata, lalu melepas pelukannya dengan (Y/N).

"Kamu tahu, sebenarnya orang tuamu hanya ingin kamu merasakan kemenangan atas kerja kerasmu. Aku tahu, meski kamu benci mengikuti lomba, namun kamu tetap bekerja keras." Ujarnya santai, menatap iris mata (E/C) milik (Y/N).

Menyadari apa yang dikatakan Diligence, (Y/N) tersenyum simpul.
"Mungkin.... Apa aku harus mencoba bicara pada mereka?"

Diligence mengangguk. "Great choice! Cobalah, kamu tidak akan tahu sebelum kamu mencobanya. Bicaralah baik-baik pada mereka."

Mendengar ucapan Diligence, senyum di wajah (Y/N) semakin mengembang. Berkat pemuda itu, ia menyadari hal yang selalu menjadi motivasinya untuk memenangkan lomba. Kerja keras.

Kerja keras itulah yang membuatnya disenangi. Bukan karena ia pandai.



"Baiklah... Sekali lagi, terima kasih, Gent."

















Setel lagu ini kauan :v

---------
DoNE!!!!

AAAAA MAAF YANG TERAKHIR KEKNYA GA NYAMBUNG YA? FUEEEEEEEEEEE

TAPI INI HASIL KEGABUTAN SAYO SIH :V
MAKANYA GAJE :VVVVVV

sekian, btw yang mau req x Reader KOMENNN YAAAAAAAAAAAA
Jangan lupa vote cerita absurd ini :'>>>>
Terimakasiiiii~

->sayo<-

Desime On Random (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang