Tentang Baskara

390 42 0
                                    

Baskara berasal dari Bahasa Jawa yang berarti matahari. Seperti arti nama sang anak—Baskara Najandra—, orang tuanya berharap ketika besar, Baskara akan tumbuh seperti matahari yang kuat. Hal tersebut terbukti, karena dia menjadi anak yang pemberani. Namun, di samping sifatnya yang berani, Baskara lebih suka memendam apa yang dia rasakan.

Di tahun-tahun pertama, Baskara bisa menghadapi masalahnya sendirian. Di tahun kedua, masalah itu semakin rumit—dia semakin kewalahan dalam memendam. Dan puncaknya, di tahun ketiga, dadanya benar-benar terasa sesak karena menumpuk terlalu banyak amarah, sedih, dan kecewa.

Dan di tahun ketiga ini, dia bertemu Malaka—gadis sederhana yang suka hal sederhana pula. Baskara selalu suka mendengar Malaka berpuisi, karena memang itu yang dia butuhkan—kata-kata, bicara. Dengan adanya Malaka, Baskara sedikit demi sedikit dapat mengutarakan apa yang dia rasa. Karena ketika Baskara adalah suatu bisu, Malaka datang sebagai sebuah kata.

Namun terkadang, yang dibutuhkan Baskara tidak melulu hal yang ada di depannya. Dia butuh sesuatu yang telah lama hilang— dia rindu menjadi dirinya sendiri, menjadi sendirian. Dan dengan berat hati, dia harus meninggalkan semuanya, termasuk Malaka.

Dari banyak hal di dunia, Baskara tahu bahwa hanya ada dua yang dapat disebutnya istimewa; hening dan Malaka. Hening itu istimewa, karena di saat Baskara sedang sendirian, dia merasa aman. Lalu Malaka juga merupakan hal istimewa yang namanya terus-terusan berulang di kepala—Malaka Anjani—, karena berkat Malaka, Baskara tahu bagaimana rasanya hidup seperti manusia yang punya berbagai macam ekspresi.

Sebelum kenal Malaka, dia hidup bagai manekin. Ketika senang, dia diam. Ketika marah, dia diam. Ketika bertemu Malaka, dia diam—ah, tidak, dia tersenyum. Hanya karena Malaka, dia berhasil tersenyum. Dan itulah yang membuat Malaka istimewa.

—2019.

Untuk BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang