D.S#8

210 17 4
                                    

Pernikahan adalah hari yang di nanti oleh banyak orang. Dengan konsep mewah dengan memakai gaun yang indah, itu semua impian para wanita. Sama halnya dengan Ajeng. Ia menginginkan hal yang sama , tetapi sekarang itu hanya akan menjadi impian seorang Ajeng. Karena ia melakukan pernikahan ini dengan terpaksa. Bahkan kedua mempelai tidak menginginkan pernikahan ini.

Cermin yang memantulkan wajah cantik Ajeng dengan sedikit polesan bedak yang sederhana. Gaun putih polos yang ia kenakan untuk acara akad yang akan dilaksanakan jam 9 ini di masjid.

Ajeng tidak menyangka ia akan menikah di usia 17 tahunnya. Ia membayangkan bagaimana ia harus mengurus bayi nantinya.

"Owekk....owekk...."tangis bayi yang menggelegar di kamar Ajeng.

Ajeng menghampiri sang bayi dan memberikan susu"Uu sayang jangan nangis ya"

Ia kembali mengerjakan tugasnya dan meninggalkan sang bayi.

"Owekk....owekkk..."

"Huaaa....huaaa..."

"Owekk.....owekk...."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa... Tidaaaaakkkkkk" teriak Ajeng setelah terbayang apa yang akan terjadi bila seperti hayalannya itu.

Mendengar teriakan Ajeng, sang bunda menghampiri Ajeng dan membuka pintu kamar "Ada apa Jeng"tanya sang bunda bingung.

"Bunda, Ajeng gak mau nikah"ucap Ajeng saat sang bunda menghampirinya dan duduk di samping Ajeng.

"Kamu harus tetap menikah, demi hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi"ucap Anin.

"Tapi ini hanya kecelakaan, ini semua terjadi dengan tidak sengaja bun"

"Ajeng belum siap bun"ucap Ajeng dengan air mata mengalir membasahi pipi nya.

"Bunda mengerti perasaan kamu, mau enggak mau kamu harus siap menerimanya" ucap bunda.

"Sudah ah jangan nangis lagi, nanti jadi jelek anak bunda yang satu ini"ledek bunda mengusap kepala Ajeng, lalu menghapus jejak air mata Ajeng yang mengalir.

"Ohh yaa bun, bang Al ga datang yaa bun"tanya Ajeng kepada sang bunda.

Ajeng memang mempunyai abang yang sedang kuliah di Kairo. Abangnya ini adalah abang kesayangan Ajeng.

"Abang datang dong Jeng, tadi sudah bunda telpon untuk datang. Masa iya adeknya nikah dia gak datang"ucap bunda memberi tahu dengan senyuman sumringah.

"Kirain bang Al gak datang, jam berapa dia nyampe bun"

"Sebentar lagi palingan jeng, abangmu kan berangkat dari Kairo jam 6 jadi kemungkinan perjalanan 3 jam"jelas Anin ke Ajeng.

"Ya sudah, sekarang ayo temuin calon suami kamu di masjid. Pasti semuanya sudah menunggu kamu di sana"ucap Anin yang menuntun Ajeng berjalan menuju masjid.

****

Masjid yang sudah ramai di penuhi oleh pengurus pondok serta santri lain, keluarga besar Ajeng juga menghadiri acara akad sederhana ini dan tidak lupa para sahabat nakalnya juga menghadir acara ini.

Saat ini adalah saat menegangkan bagi Syahdan karena harus mengucap ijab kabul yang memang sedari tadi Ajeng sudah datang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ajeng Dya Aksha binti Zikri Adi Aksha dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"

"Bagaimana para saksi? Sah"

Sah
Sah

"Alhamdulillah"ucap mereka semua.

Akad telah selesai, sekarang semua telah menunggu kehadiran Ajeng. Ajeng memang mendengar semuanya tapi tidak di saksikan secara langsung, karena ia berada di belakang.

Ajeng datang didampingi oleh bundanya. Semua memandang Ajeng dengan tatapan takjub, gaun yang sederhana dengan sedikit polesan bedak di wajah yang membuat wajahnya semakin cantik.

Ajeng duduk di samping Syahdan. Ia hanya melirik sekilas.

"Ayo silahkan masnya memakaikan cincin di jari mbanya"suruh pak penghulu yang hanya menerima anggukan.

Ajeng dan Syahdan berdiri dan Syahdan memakaikan cincin di jari mungil Ajeng.

Sekarang giliran Ajeng yang memakaikan cincin di jari Syahdan.

"Ya allah kenapa dengan jantungku" batin Syahdan dalam hati. Sama halnya dengan Syahdan, Ajeng pun merasa jantungnya sudah tidak normal.

Acara akad telah selesai dan para tamu telah meninggalkan tempat acara.

Jangan lupa vote

Okehh👌👍

Dear SyahdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang