D.S#10

233 18 0
                                    

Dering ponsel milik Ajeng bergetar, alaramnya berbunyi dan membuat empunya bangun dan mematikan ponselnya. Lalu Ajeng bangun dan  beranjak ke kamar mandi.

Ajeng membersihkan diri di dalam kamar mandi, lalu pergi untuk membangunkan Syahdan yang masih tertidur pulas.

"Abang bangun"ucap Ajeng menggoyangkan lengan kanan Syahdan.

Walau hanya menggoyangkan sekali, Syahdan sudah tau dan langsung bangun. Tidak seperti kebanyakan lelaki lain yang biasa susah dibangunin.

Sudah menjadi rutinitas Ajeng semenjak statusnya berubah menjadi istri seorang Syahdan.

Bangun pagi sebelum Syahdan. Menyiapkan keperluan Syahdan. Paginya ia harus menjadi seorang pelajar seperti teman-teman sebayanya.

Ajeng sudah sangat lelah beberapa bulan ini harus menjadi seorang istri sekaligus seorang pelajar.

Dengan keterpaksaan Ajeng melakukan semua ini, dan karena keterpaksaan ini Ajeng menjadi terbiasa.

Sembari menunggu Syahdan keluar kamar mandi, Ajeng menyiapkan peralatan sholat yang akan dikenakan Syahdan. Ajeng manaruh baju koko, peci dan sarung di pinggir ranjang.

Jegregg

Pintu kamar mandi terbuka menandakan Syahdan telah selesai membersihkan diri.

Ajeng memberikan handuk kecil ke Syahdan dan Syahdan menggunakannya untuk mengelap wajahnya yang basah.

Syahdan mengambil pakaian di pinggir ranjang dan memakainya.

Ajeng merapikan tempat tidur dan senyum-senyum sendiri melihat Syahdan mengancingkan pakaiannya.

Ajeng bangun dari posisinya dan menghampiri Syahdan sebelum ia pergi.

"Mikirin Ajeng terus sih, sampe salah kancing gitu"goda Ajeng dan langsung membenahi kancing baju Syahdan.

"Memang iya, hehehe"tanya Syahdan terkekeh.

"Iya makanya jangan melamun terus"

"Sudah sana pergi, nanti terlambat lagi"ucap Ajeng saat mendengar orang mengaji di masjid.

"Ya, assalmualaikum"

"Waalaikumsalam"

Sepeninggalan Syahdan, Ajeng membersihkan diri, melaksanakan sholat dan membantu ummi menyiapkan sarapan.

"Astagfirullahal'adzim"ucap Ajeng kaget.

Ajeng sudah rapi dengan seragam sekolah dan sedang menyiapkan sarapan dikagetkan dengan Syahdan yang tiba-tiba memeluk dari belakang.

"Abang nih kebiasaan loh, Ajeng lagi siapin sarapan"ucap Ajeng.

"Emangnya gak boleh yaa mesra mesraan sama istri sendiri"ucap Syahdan mengeratkan pelukannya.

"Gak boleh. Ihh bang lepasin"ucap Ajeng yang berusaha melepaskan tangan Syahdan yang melingkar di perutnya.

"Gak mau ahh"ucap Syahdan terkekeh.

"Awas aja. Lepasin gak"

"Gak mau de"

"Aaaaaaa"teriak Syahdan kesakitan.

Syahdan langsung melepas pelukannya ketika Ajeng menggigit tangannya.

"Sakit tau de"ucap Syahdan memegangi tangannya.

"Biarin"ucap Ajeng cuek dan pergi meninggalkan Syahdan.

Syahdan sangat gemas ketika melihat istrinya sedang ngembek begini. Syahdan langsung mengejar Ajeng yang pergi meninggalkannya.

"De"panggil Syahdan mengejar istrinya. Ajeng sama sekali tidak menghiraukan panggilan Syahdan dan terus berjalan.

"De"panggil Syahdan meraih tangan Ajeng. Ajeng langsung memberhentikan langkahnya dan berbalik menghadap Syahdan.

"De. Kamu kalo lagi ngambek lucu deh, jadi pengen cubit"goda Syahdan mencubit kedua pipi Ajeng gemas.

"Udah cubit baru bilang"ucap Ajeng cuek.

"Ohh iyaa lupa Abang de, hehehe"ucap Syahdan terkekeh.

"Ayuk sarapan, abang laper nih"ajak Syahdan.

"Udah sana sarapan aja sendiri"jawab Ajeng cuek.

"Ohh jadi gak mau nih nemenin abang, yaa sudah nanti gak abang kasih uang jajan" ancam Syahdan

"Iya iya, ngancem mulu"ucap Ajeng membututi Syahdan menuju meja makan.

Sesampainya dimeja makan, sudah terlihat ummi sedang duduk dan melahap makanannya.

Ajeng dan Syahdan langsung duduk. Ajeng duduk di samping Syahdan dan menyiapkan nasi goreng untuk Syahdan.

Beda dengan Syahdan dan ummi Fatimah, Ajeng tidak terbiasa sarapan makanan berat seperti nasi goreng. Ia memilih untuk tidak sarapan daripada ia harus sarapan makanan berat. Maka dari itu ummi Fatimah selalu menyetok semacam sereal, roti, susu sebagai sarapan Ajeng dipagi hari.

Ajeng selalu menjaga postur tubuhnya, walaupun ia mengenakan pakaian syar'i tetap saja ia menjaga pola makannya.

Ummi Fatimah sangat bahagia melihat menantunya sekarang. Mulai berubah dengan berpakaian lebih sopan dan menuruti perkataan suaminya. Walaupun baru seumur jagung tetapi sudah terlihat perbedaannya.

Setelah membantu ummi membawakan piring kotor ke cucian piring, Ajeng kembali ke meja makan dan berpamitan.

"Ummi, Ajeng ke kelas dulu ya"pamit Ajeng menyalami tangan ummi.

"Iya, belajar yang pintar ya menantu ummi"jawab ummi.

"Siap ummi"jawab Ajeng berdiri tegak.

"Mi, Syahdan berangkat dulu ya"pamit Syahdan.

"Iya, hati hati ya"ucap ummi.

"Assalamualaikum"ucap Syahdan dan Ajeng bersamaan.

"Waalaikumsalam"jawab ummi.

Setibanya di sekolah mereka berjalan bersama, tidak bergandengan tapi berdampingan. Sesampainya disepertiga lorong mereka harus terpisah karena tujuan mereka berbeda. Mereka berpamitan satu sama lain.

"Belajar yang benar ya de, biar bisa jadi ibu sholehah"ucap Syahdan mengusap pucuk kepala mungil istrinya dan mengecup kening Ajeng dengan singkat.

"Siap kapten"jawab Ajeng dengan sikap hormat dan tidak lupa memberi senyuman manis ke suami tercinta.

Setelah Ajeng bersalaman dengan Syahdan, mereka berjalan menuju tujuan masing-masing. Ajeng menuju kelas dan Syahdan menuju kantor.

Jangan lupa vote 😊

Bye...👋

Sampe jumpa di part berikutnya.

Dear SyahdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang