Bab 10

13.3K 929 47
                                    

Hari-hari Rere yang menjemukan, berakhir sudah semenjak kedatangan tetangga barunya. Rere merasa ia seperti berada di taman bunga, sebab perasaannya selalu berbunga-bunga jika berada di dekat Ryan atau sedang memikirkan pria itu.

Dan saat ini pun, Rere merasa seperti ada sayap kupu-kupu yang mengepak di perutnya. Ryan mau mengajaknya kencan malam ini. Alhasil itu membawa pengaruh yang baik untuk mood Rere. Seharian Rere terus menebar senyum ramah pada siapa saja, termasuk pada kecoak yang tanpa sengaja ia temukan tengah ngumpet dibalik tumpukan baju di lemarinya.

"Bahagia banget kayanya si Mbak," ucap Tati, mengomentari Rere yang saat ini sedang menyetrika pakaian dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya.

"Ya dong! Laundry kita kan rame terus, jadi tiap bulan pemasukan selalu bertambah." Dusta Rere, padahal yang membuatnya tak henti-hentinya menebar senyum hari ini si Ryan, duda keren tetangganya.

"Desi nanti kamu yang pegang kunci ya! Jam 3 aku sudah harus pulang," ujar Rere.

"Lah kenapa Mbak? ada urusan penting ya?" tanya Desi, ia memperhatikan tingkah Rere, sekiranya menemukan sesuatu yang aneh pada diri wanita itu selain senyum yang menghiasi wajahnya hari ini.

"Ya gitu deh. Intinya aku hari ini harus pulang cepat. Penting banget soalnya," ujar Rere, acaranya dengan Ryan nanti malam memang penting terkait dengan masa depannya nanti.

Tanpa disadari oleh Rere kalau dirinya selama ini secara perlahan, telah jatuh ke dalam pesona Ryan si duda perjaka yang super ganteng.

*****

Jam tujuh malam. Ryan mengetuk pintu rumah Rere. Perasaannya kini tak karuan, Ryan tak mengerti dengan dirinya sendiri, mengapa dia kini seperti gentol ingin mencuri hati Rere.

Rere membuka pintu rumahnya lebar untuk Ryan. Wanita itu tersenyum pada sang pangeran malam ini, sesaat kemudian Rere pelengak-pelengok mencari-cari seseorang.

"Alisya mana?" tanya Rere pada Ryan, saat tak mendapati Alisya yang biasa mengekori Ryan.

"Aku titip ke tempat pengasuhnya," sahut pria itu. Senyum menawan yang dimilikinya mampu memikat siapa saja wanita yang melihatnya.

"Terus kita jalan ngapain kalo enggak ada Alisya?" Ryan tersenyum kaku, pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar kata Rere, untuk apa mereka jalan kalau tidak ada Alisya.

"Duh kenapa sih aku? Jadi kaya abg labil gini." Batin Ryan.

"E, kita jalan. Gimana kalau nonton bioskop, sekarang kan lagi penayangan film yang booming banget." Rere mempertimbangkan apa yang dikatakan Ryan. Film yang dimaksud, Rere memang berminat untuk menontonnya, tapi tidak ada teman yang bisa diajak nonton.

"Kalo nonton bawa anak kecilkan susah," ucap Ryan lagi.

"Ya udah deh. Kita pergi kalo gitu," ucap Rere salah tingkah. Pipinya kini telah bersemu merah ia tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap Ryan. Begitu pun dengan Ryan yang saat ini dadanya tengah berdebar-debar.

*****

Acara Ryan dan Rere tidaklah berjalan mulus, keduanya nampak sama-sama canggung. Menggelikan sekali melihat mereka nampak kaku saat berkomunikasi. Saat film di putar Rere menahan nafas, aroma parfum Ryan menguar dengan jelas menusuk indra penciumannya, menimbulkan sensasi aneh pada perasaan Rere.

Wanita itu sesekali melirik pria  disebelah-Nya, ekspresi Ryan nampak fokus memperhatikan adegan film di layar lebar.

"Santai Re, enggak usah berlebihan." Rere berusaha menenangkan perasaannya yang tak karuan.

Namun beberapa saat kemudian darahnya berdesir saat Ryan tanpa sengaja menyentuh lengannya. Ia menoleh ke arah pria itu. Sementara Ryan pria itu malah tersenyum sangat manis ketika Rere menoleh padanya.

"Re kamu beneran enggak ada hubungan sama anaknya Bu RT?" tanya Ryan dengan setengah berbisik, supaya suaranya tak mengganggu orang-orang yang berada di sekitar mereka.

"Memang enggak ada apa-apa. Kenapa sih kamu pake nanyain dia segala?" Wajah Rere tertekuk ketika diingatkan dengan si Deni, pemuda menyebalkan itu.

"Aku cuma mau mastiin aja kalo kamu memang enggak ada hubungan sama pria lain. Aku enggak mau jadi pengganggu dalam hubungan orang lain Re," kata Ryan, teringat ia dengan istrinya Miranti yang mungkin saat ini tengah berbahagia bersama pebinor bernama Hartono itu.

"Enggak Ryan. Aku ini single, aku tidak punya hubungan sama pria mana pun. Kalo soal anaknya Bu RT yang namanya Deni itu, dia cuma makhluk aneh yang suka halu seperti yang aku katakan denganmu waktu itu," Ryan nampak menghela napasnya, ada denyutan aneh di dadanya ketika beradu pandang dengan Rere dicahaya remang-remang ruangan ini.

"Aku ingin mengenalmu lebih dalam Re," ucap Ryan, pria itu kemudian mengalihkan tatapannya dari wanita disebelah-Nya.

Jangan ditanya perasaan Rere setelah Ryan mengucapkan kalimat itu. Jantungnya kini berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Rere harus berkali-kali membuang napasnya secara kasar untuk menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan.

Rere memegangi dadanya. Sekali lagi ia melirik Ryan, berharap duda tampan itu tak mendengar suara jantungnya yang berdetak kencang.







Jodohku Duda PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang