Bab 11

11.1K 802 39
                                    

Rere bergelung dengan selimut bunga-bunga miliknya. Nuansa kamarnya yang dipenuhi dengan warna ungu muda nampak berwarna dengan kerlap-kerlip lampu tumblr light.

Rere kini tengah teleponan dengan Ryan, pipinya bersemu merah jambu setiap kali mendengar suara Ryan yang serak-serak basah dari seberang telepon.

"Kamu enggak sibukkan Re?" Rere tertawa kecil, ia mengigit ujung bantalnya. Saat ini Rere tengah baper tingkat dewa.

"Hehe, enggaklah, kan sekarang lagi teleponan sama kamu. Alisya sudah tidur?" tanya Rere.

"Sudah dari tadi Re. Meski sempat rewel sedikit, biasalah anak kecil," Rere berdehem, wanita kini berguling-guling di tempat tidurnya.

"Ryan aku mau nanya boleh? Tapi kamu jangan tersinggung ya?" ucap Rere dengan keraguan, diseberang sana Ryan mulai bernegatif thinking. Kalimat yang aneh-aneh berterbangan di kepalanya.

"Ya, boleh kok Re. Kamu pengen tanya apa?" Ryan kini tengah menahan nafasnya, menunggu pertanyaan yang akan terlontar dari mulut Rere, wanita yang kini dekat dengannya.

"A-anu.... Aku nanyanya enggak jadi deh," ucap Rere kemudian, ekspresi wajahnya kini nampak konyol. Sebenarnya Rere ingin menanyakan perihal mantan istrinya Ryan dan mengapa mereka bisa bercerai, karena ini bisa dibilang sebagai pertanyaan sensitif. Rere membatalkan niatnya untuk bertanya.

"Loh kok gitu Re. Kamu pengen tanya apasih jangan bikin penasaran." Diseberang sana Ryan mulai sedikit dongkol, jantungnya tadi sempat berpacu dengan cepat saat mengetahui Rere akan melontarkan pertanyaan padanya.

"Nanyanya nanti aja Ryan. Enggak kerasa sekarang udah jam sembilan nih. Aku mulai ngantuk, sepertinya teleponannya kita sudahi saja," kata Rere, ia kehabisan topik untuk dibahas, terdengar helaan nafas Ryan diseberang sana.

"Kalo kamu ngantuk tidur saja Re. Selamat malam ya, semoga mimpi indah," ujar Ryan, sebenarnya apa yang ia dan Rere lakukan kini sungguh unfaedah dan buang-buang pulsa. Rumah dekat, tinggal nongol depan pintu aja langsung ketemuan.

Ngapain pake acara telepon-teleponan, kalo ketemuan langsungkan bisa sepuasnya ngocehin apa aja. Mereka ini udah kaya abg yang baru pertama kali mengenal cinta, malu-malu kucing.

"Iya Ryan, selamat malam juga, dan semoga mimpi indah," ucap Rere, mematikan sembungan teleponnya lebih dulu. Wanita itu menghela nafas kasar, batinnya bertanya kapankah mereka bisa berkomunikasi tanpa adanya rasa canggung.

*****

Deni kini mulai berubah, semenjak ia mengatakan niatnya untuk menikahi Rere sehabis lebaran nanti sama Emak dan Bapaknya. Deni mulai bekerja mengurus pertambakan udang milik Bapaknya.

Tambak udang Bapaknya cukup luas, membuat mereka memiliki beberapa pegawai untuk membantu mengelola tambak. Deni berasa jadi bos sekarang, ia sering memerintah pegawainya sesuka hati. Jika Bapaknya tau habislah dia akan terkena damprat. Pak Dahlan tidak seperti Bu Ratna yang begitu memanjakan Deni.

Saat ini Deni tengah kipas-kipas dengan lembaran uang berwarna merah. Tambak udangnya baru saja panen, dan mereka mendapat untung berkali-kali lipat.

Deni mau pamer sama Rere. Dia mau mengajak wanita itu jalan, rencananya mau belanjain Rere ke Mal. Ceritanya biar dianggap sebagai cowok idaman, barangkali dengan membelanjakan Rere wanita itu luluh dengannya.

Deni kemudian teringat dengan cerita kawannya kemarin. Perihal seorang dukun sakti mandraguna, katanya punya ajian yang ampuh untuk meluluhkan hati perempuan. Jika kali ini Rere menolaknya lagi, Deni akan langsung mendatangi dukun itu.

*****

Alangkah indahnya jatuh cinta, saat bersama si doi dunia serasa milik berdua. Katanya cinta itu itu buta, sampai tahi kucing pun serasanya coklat, jika sudah dimabuk oleh asmara.

Rere dan Ryan bak seorang remaja tanggung, mereka kini sedang duduk di teras rumah Rere yang terdapat kursi dari anyaman rotan. Hati Rere terasa berdenyut-denyut setiap kali memandang wajah tampan Ryan. Begitu pula dengan Ryan.

Pria berusaha 30 tahun itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Rere. Wanita yang namanya perlahan mulai terukir di hatinya, wajah manis Rere selalu membayanginya setiap malam.

Ryan frustrasi jika tak segera mengungkapkan perasaannya. Setelahnya nyalinya terkumpul, disinilah Ryan. Duduk sambil menggenggam tangan Rere dengan erat, ia sudah merangkai setiap kalimat yang akan diucapkannya nanti pada sang wanita.

Ryan menarik nafasnya panjang, sekali lagi pria itu mengumpulkan keberaniannya. Rere agak gugup, ditatap berbeda oleh Rysn.

"Aku ingin jujur denganmu Re. Sesungguhnya aku memiliki perasaan yang lain padamu, aku tidak tahu kapan persisnya perasaan ini hadir. Tapi, a-anu...." Ryan tergagap, pikirannya kini kacau. Otaknya zonk, segala kalimat indah yang sebelumnya sudah ia rangkai kini menjadi berantakan.

"A-anu Re. A-aku.... eh." Ryan memukul kepalanya sendiri. Bego, umpat Ryan dalam hati.

"Tunjukkan kenjatananmu sebagai pria sejati. Kalau kamu tidak berani mengungkapkan, jangan menyesal jika kelak wanita yang kamu sukai diambil orang." Dewa batinnya kini bicara.

"Aku suka kamu Re. Aku ingin kamu jadi pacar aku!" Ryan berucap dengan suara agak keras saking merasa gugup.

Mata Rere langsung membulat sempurna. Ryan menembaknya. Ryan ingin menjadikan dia pacarnya. Rere ingin langsung menerimanya, tapi saat teringat status Ryan duda seketika Rere menjadi lesu.

Rere pengen dapat cowok yang perjaka, bukan pria duda yang sudah punya buntut kaya Ryan. Tapi Ryan itukan ganteng, baik. Kalo ditolak rasanya rugi.

"Re jawaban kamu apa?" tanya Ryan, setelah Rere nampak membisu selama beberapa menit setelah mendengar pengakuannya.

"A-akuu...." Rere meringis, wanita itu menggigit bibir bawahnya. Ryankan cuma mau ngajak dia pacaran bukan nikah. Apa sebaiknya dia terima saja si Ryan, itung-itung biar tau gimana rasanya punya pacar cowok ganteng. Toh mereka belum tentu jodoh. Ingat! jodoh cerita di wattpad  itu ada di tangan author yang punya lapak.

"Iya aku mau jadi pacar kamu," ucap Rere dengan pipi semerah tomat, untung lampu yang menerangi teras rumahnya cuma 5 watt.

"Makasih sudah terima aku jadi pacarmu Re!" Ryan memekik senang, andai saja ini film india mungkin sekarang sudah ada adengan menari dan menyanyi.

"Aku janji bakalan buat kamu bahagia," ucap Ryan, persis seperti abg. Rere hanya menganggukkan kepalanya dengan kaku, ia bingung harus bereaksi seperti apa.

Tapi saat ini Rere merasa ada jutaan sayap kupu-kupu yang mengepak di perutnya, dan mendesak dirinya untuk berteriak mengekspresikan kebahagiaannya. Namun, keinginannya untuk berteriak itu ia tahan. Yang benar saja, jika Rere melakukan itu, ia akan menarik perhatian para tetangganya yang rata-rata tukang nyinyir.





Jodohku Duda PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang