🐹🐱08. Pelukan Terakhir

356 41 4
                                    

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Selagi menikmati waktu yang bergulir, Wonwoo memainkan jari-jemarinya di atas pangkuan. Kepalanya menunduk dalam memperhatikan sepatu putih yang ia kenakan. Baru setelah Soonyoung membuka suara, atensi Wonwoo teralihkan.

"Apa terjadi sesuatu?"

Wonwoo tersenyum simpul menanggapinya.

"Tidak ada."

Soonyoung berdecak, "Hei, aku mengenalmu sejak taman kanak-kanak. Sekarang katakan, apa kau sedang ada masalah?"

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Karena aku mengenalmu lebih dari siapa pun."

Tercenung. Wonwoo bungkam. Namun, tak lama kemudian, senyum manis menghiasi wajah tampannya.

"Haha, kau memang sahabatku."

Soonyoung hanya diam. Ia masih menunggu jawaban atas pertanyaannya. Tatapan matanya yang menusuk membuat Wonwoo akhirnya menyerah.

"Baiklah, baiklah," Pemuda itu menghela napas sejenak, "sebenarnya, aku akan pindah."

"Kemana?"

"Ada deh."

Soonyoung hampir melayangkan pukulannya namun urung.

"Sudah berani main rahasia-rahasiaan, huh?"

Wonwoo hanya tertawa pelan, "Aku akan pindah ke tempat yang jauh, Soonyoung. Sangat jauh."

Netra pekat pemuda itu menerawang ke arah langit yang terlihat cerah malam ini, "Aku khawatir tidak bisa kembali ke sini untuk menengokmu, makanya––"

"Makanya kau mengajakku ke taman bermain, untuk menghabiskan sisa waktumu sebelum kau pergi?"

Wonwoo tersenyum lembut. Ya, benar. Semua yang dikatakan Soonyoung itu benar adanya.

"Kau sendiri atau seluruh keluargamu juga ikut?"

"Tidak, hanya aku sendiri."

Tepat pukul delapan malam, mereka turun dari bianglala. Keduanya melangkah keluar dari taman bermain itu dan menuju halte bus. Tak seperti Soonyoung yang biasanya selalu melontarkan lelucon dan Wonwoo yang akan tertawa terbahak walau lelucon Soonyoung kadang terdengar garing, kedua pemuda itu kini bungkam. Bahkan mereka mengambil tempat duduk paling ujung di dalam bus dan menciptakan jarak yang cukup lebar di antara keduanya.

Bus berhenti di halte ketiga saat Soonyoung dan Wonwoo memutuskan untuk turun dan mulai berjalan kaki menuju rumah.

"Hei, senang kan bisa bermain denganku?"

Wonwoo menyenggol lengan Soonyoung yang berdiri satu jengkal di samping kanannya. Jujur saja, ia tidak tahan dengan suasana sepi seperti tadi.

"Tidak."

Wonwoo berjengit dan langsung menatap Soonyoung kaget, "Kenapa? Kita sudah satu bulan tidak menghabiskan waktu bersama. Apa kau tidak rindu padaku?"

Soonyoung menghentikan langkahnya kasar lalu berbalik menatap Wonwoo sambil mengerang frustasi, "Tentu saja aku rindu," kepalanya kemudian tertunduk, "tapi, mana mungkin aku bisa senang setelah mengetahui alasanmu melakukan semua ini."

Walaupun pelan, Wonwoo tetap masih bisa mendengarnya. Ia tersenyum lagi. Merangkul bahu sahabatnya dan menuntunnya untuk kembali berjalan di sampingnya.

"Maaf ya jika terlalu mendadak."

"Kalau kau pindah nanti aku sama siapa?" Soonyoung semakin berani mengeluarkan keluh kesahnya.

"Kan masih ada Dokyeom, Mingyu, dan yang lainnya. Mereka juga teman kita, Soon."

"Tapi teman dekatku hanya kau! Kita sudah bersama selama empat belas tahun, tahu."

Ya, selama itu, dan Wonwoo baru menyadari jika Soonyoung cerewet sekali kalau sedang merajuk.

"Dengar ya, mulai sekarang kau harus bisa tanpa aku."

Soonyoung masih cemberut.

"Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup, pokoknya jangan sampai sakit. Berbaikanlah dengan Paman Jung dan bayar hutang-hutangmu di warung ramyun miliknya. Dan terakhir, berhentilah membuat onar dengan Pak Guru Ahn, kasihan dia sudah tua."

"Ya, ya, ya, kau tidak usah khawatir. Lagipula, kenapa sih kau harus pindah?"

"Kalau aku bilang ini adalah suratan takdir, bagaimana?" Wonwoo menunjukkan cengiran khasnya.

"Cih, sok puitis." Jawab Soonyoung sambil memalingkan wajah.

Mereka berpisah di pertigaan setelah sebelumnya sempat memberikan sebuah pelukan selamat tinggal. Kini Soonyoung berusaha menggapai rumahnya dengan langkah gontai. Ia tak tahu akan seperti apa hidupnya tanpa Jeon Wonwoo. Secara, Wonwoo lah yang selalu mengurusnya selama ini. Mengingatkan Soonyoung makan, membantunya mengerjakan tugas sekolah, dan membimbing lelaki itu untuk senantiasa rapi dan disiplin. Bahkan, menurut Soonyoung, Wonwoo adalah ibu kedua baginya.

TBC

FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang