Aku nggak tau bakalan ngelanjutin cerita ini atau enggak, akan ada unsur agama di chapter berikutnya, aku takut menyinggung kalian yang berbeda kepercayaan. Mungkin bakal lanjut tapi aku cuma nyesuaikan sama sejarah, so.. I'm so sorry if you feel a little bit uncomfortable 🙏
........
"Dan kau harus bertanggung jawab atas semua yang telah kau perbuat, kita harus lebih dekat dari sekedar hubungan pertemanan, jadi milikku mungkin?"
"K-kamu melawak ya?"
"Tidak. Aku serius Rukmini, mungkin ini terdengar terlalu cepat bagimu, tetapi entah kenapa hati ini ingin sekali menjadikan kau milikku secepat mungkin," kata Pierre sendu.
Mahes tak menjawab perkataan Pierre sama sekali, ia kehabisan kata-kata dan hanya dapat terdiam menatap bola mata coklat muda milik lelaki di hadapannya. Apakah dia tengah ditembak saat ini?
"Apakah diam milikmu ini adalah penolakan?"
"Tidak, sama sekali tidak menolakmu, atau bahkan menerimamu, maafkanlah aku, kita berbeda kepercayaan, dan kau mengerti hal itu." percakapan ini menjadi semakin serius.
"Tentu saja aku mengerti, sangat mengerti. Jika kita bersama, akan ada salah satu dari kita yang akan mengalah dan berkorban," balas Pierre.
"Dan aku tak siap berkorban," potong Mahes cepat.
Keheningan dan kecanggungan memaksa mereka hanya dapat membungkam bibir masing-masing dan kalut dalam kesunyian.
"Aku harus pulang sekarang, ibu akan khawatir," ucap Mahes setelah keheningan melanda mereka berdua.
Mahes melompat begitu saja dengan mudahnya tanpa kesulitan yang berarti. Pierre membulatkan matanya terkejut akan hal ini, bagaimana tidak? Mahes sedang menggunakan baju tidur berjenis dress selutut dan ia dengan mudahnya melompat dari dahan ke bawah tanah yang sekiranya hampir berjarak 2 meter itu.
"Biarkan aku mengantarmu." susul Pierre saat melihat Mahes mulai berjalan menjauhinya.
Mahes melihat itu langsung berjalan cepat dan mengingat arah jalan pulang.
"Hey ... kenapa kau sangat cepat?"
"Jangan dekati aku!"
Mahes mulai berlari kecil menjauhi Pierre.
"Kenapa?" tanya Pierre yang sedang mencoba mengejar Mahes.
Mahes terkejut dan semakin menambah kecepatanya dalam berlari, ia tak akan menengok ke belakang lagi.
"KARNA AKU BAUU!" teriak Mahes sembari berlari cepat.
Gelak tawa Pierre menyambut tepat setelah Mahes mengucapkan hal konyol itu. Lega rasanya, ia mengira Mahes akan menjauhinnya karena percakapan intens mereka tadi, tapi syukurlah ia menjauhinnya karena ia bau badan yang bahkan Pierre tidak menciumnya sama sekali.
Tanpa menunggu lama, sepasang lelaki dan perempuan desa ini berlari saling mengejar bersahutan dengan terbitnya matahari yang semakin meninggi di langit.
.oo0oo.
Mahes berjalan mendekati rumahnya dengan lemas, ia kehabisan tenaga, suara, dan nafas. Pierre memang menyebalkan, seberapa pun cepatnya Mahes berlari, entah darimana asalnya Pierre sudah sejajar dengannya atau bahkan mendahului Mahes.
Ia semakin menyesal telah membentak ibunya, dan perasaan menyesal ini ditambah dengan kata-kata Pierre tadi yang berkeinginan melamarnya tetapi tertahan kendala perbedaan agama.
Mahes membuka pintu setelah mengucapkan salam, dan kau tahu apa yang ia temukan di ruang tamu? Ia melihat Gayatri tengah tersenyum mengangkat piyama bergambar minions kesayangannya yang ia bawa dari masa depan itu.
"Mini, lihat apa yang ibu temukan?" Gayatri tersenyum melihat anaknya sudah pulang .
Ibu mana yang tak khawatir melihat anak gadisnya yang tak tahu jalan setiba saja pergi dari rumah saat masih subuh dan parahnya lagi tidak menggunakan alas kaki apapun. Jelas Gayatri khawatir setengah mati dengan anak gadisnya itu.
"Ibu...."
Mahes memeluk Gayatri erat, ia sangat sangat menyesal pernah membentak wanita yang pernah melahirkannya, walau ia tahu Gayatri bukan ibu kandungnya, tetapi ibu kandung Rukmini, ia tetap menyayangi Gayatri sepenuh hati seperti ia menyayangi ibunya di masa depan sana.
"Wes, ndak usah menangis, ibu kan sudah nemu baju kamu ini to? Uwes lah nduk.. " ucap Gayatri menenangkan anaknya dengan mengusap punggungnya pelan.
"Huuhuhu.. Hiks.. Ibu.. Maafin Mini bu."
"Anak ibu ndak salah, ibu yang salah,"
Perkataan Gayatri barusan menambah kepiluan yang Mahes rasakan. Alih-alih berhenti, tangis Mahes semakin kencang dan kencang.
"Huhu... Hiks.. Huhuu.. Pierre bu huaaa," tangis Mahes beralih menjadi tangis bimbang.
"Pire ngapain kamu? Dia nyakitin kamu? Dimana? Uweeh.. Beraninya sama anakku, sini tak hajar si Pire satu iku" Gayatri mulai meraba wajah anaknya dan mencari dimana letak luka Mahes.
Mahes tersenyum, melihat sang ibu yang khawatir membuatnya senang dan merasa diperhatikan.
Setelah tangisnya berhenti dan sudah menyesuaikan nafasnya, Mahes memeluk sang ibu erat.
"Mini mau bicara sama ibu," ucap Mahes masih dalam pelukan sang ibunda.
"Kenapa to? Mukamu kusut tenan dari pas pulang tadi?"
"Umm.. Ini tentang Pierre bu, dia.. Dia.. Ngelamar aku,"
Terkejut, Gayatri melepas pelukan anaknya dan menatap mata Mahes lekat-lekat.
"Nduk, kamu sama dia itu beda keyakinan! Ibu nggak mau menikahkan anak ibu sama orang yang ndak bisa bimbing kamu soal agama."
"Iya Mini tahu, karena itu Mini cerita sama ibu, Mini lagi bingung dan bimbang bu,"
"Wes ibu ndak setuju! Sudah berbeda keyakinan kok masih saja memaksa?!"
"Mini nggak maksa kok, lagipula Mini lebih sayang ibu dibanding dia."
Mahes memeluk ibunya sekali lagi, ia benar-benar kehilangan harapan saat ini.
"Nduk..."
"Iya?" Mahes masih belum melepas pelukan dari Gayatri.
"Kamu ngapain heh? Bukannya mandi! Bentuin ibu beberes rumah! Malah peluk-pelukan dari tadi lho!"
Melihat Gayatri yang sudah kembali ganas dengan sebilah sapu lidi di tangannya, Mahes pun auto berlari menuju kamar mandi tanpa aba-aba lebih lanjut.
"Iyaaaa buuu ampun!" teriak Mahes kencang.
Berlanjut..
.oo0oo.
Too short? I'm sorry, idk why i'm soo bussy on this couple days. Btw, UNBK IT'S OVER! 🎉😆 Finnaly & thank god, i'm done with that annoying things😲 and i wanna thank u guys for ur support, ur vote, and ur comments, i know that's may not be a big number compared to other story maker.. But this still means a lot for me, soo.. THANK U GUYS🙏
Big Love from Jupiter💖👽🙌
(i'm so sorry for my bad grammar😕, cuz i'm a amateur and still need study more and more😆)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦𝐤𝐮 𝐏𝐚𝐝𝐚𝐧𝐲𝐚 [On Hold]
Narrativa StoricaCerita ini sering sekali diplagiasi oleh orang-orang tak bertanggungjawab! Kalau menemukan cerita serupa tolong beri tau saya secepatnya! ~°~° Berawal dari sebuah ke tidak sengajaan, seorang Ratih Maheswari, remaja berusia 16 tahun ini menemukan se...