•One•

89 22 30
                                    

Terik matahari terpancar terang dari langit biru diatas sana. Semilir angin terkesan enggan untuk menyapa mereka. Berbagai bentuk awan menemani matahari dalam kesendiriannya.

Tampak sebuah gedung berwarna pink soft menjulang tinggi nan besar. Gedung ini dikelilingi oleh taman bunga nan indah. Dengan tingkat 4 yang dimiliki menambah kesan mewah dan cantiknya.

Ya! Bangunan ini adalah SMA Garuda Angkasa, salah satu sekolah elite di Ibu Kota Jakarta. Dengan populasi murid yang terkenal akan tingkat kecerdasan diatasi rata-rata sanggup membuat sekolah ini menjadi SMA terfavorite.

"Tes..tes..!!" Microphone itu hampir saja mendarat ke lantai dibuatnya, tapi untungnya dia tidak kehilangan akal sehat.

"Deo! ambilin cadangan microphone!" Deo bergegas ke belakang podium tanpa membantah untuk mengambil cadangan microphone.

Dia mencari microphone yang menurutnya masih berfungsi dengan baik. Lalu memberinya kepada Fernan yang masih setia berdiri di podium.

"Nih,coba dulu! Jangan kasar makanya ntar gak mau lagi tuh  dipegang Lo!" Deo berujar dengan sinis namun terkekeh diakhir kalimatnya, membuat Fernan mendelik kesal kearah Deo.

"Tes...tes!!"

'Akhirnya.' Batinnya lega.

"DIMOHON KEPADA SEMUA SISWA SISWI YANG MENGIKUTI MOS AGAR SEGERA BERKUMPUL KE LAPANGAN!TERIMAKASIH." Mendengar pengumuman dari wakil Ketua Osis Garuda Angkasa semua siswa siswi sontak berlarian menuju ke lapangan, mereka tidak ingin terlambat dan di cap tidak baik oleh senior nantinya.

Fernan mengedarkan pandangan
nya mencari sosok yang sedari tadi ditunggu. "Deo! si badboy mana?" Deo melihat sekilas ke arah pria itu lalu mengendikkan bahu nya acuh.

"Palingan telat lagi, Lo kaya gak tau aja deh rutinitas dia." Sambar Revina yang baru saja naik ke atas podium.

Deo menyimak perkataan Revina barusan, itu memang sepenuhnya benar.

"Jadi ini gimana? acara udah harus dimulai, tapi dia belum datang juga. Gue mana bisa tanpa dia." Fernan mengacak rambutnya frustasi sekarang dia menjadi serba salah hanya karena si badboy yang berstatus sebagai Ketua Osis itu belum juga menampakkan kehadirannya.

"Lo kira dia napas apa? sampe-sampe Lo itu gak bisa tanpa dia?" Cibir Deo dengan tatapan sinisnya, membuat Fernan si waketos menatapnya tajam.

"Mulai aja kali, salah sendiri dia yang datang nya telat. Ya gak De?" Usul Revina meyakinkan Fernan yang masih gelisah.

"Yoii!" Sahut Deo.

Fernan memilih menurut saja kepada kedua sahabatnya itu, dia naik ke Podium dan mendapati tatapan memuja dari kaum hawa.

'Lah nih orang udah kaya kelaparan aja deh ngeliat gue, emang deh pesona gue itu gak pernah hilang.' Batinnya kepedean.

Wajar saja mereka terpesona dengan penampilan Fernan, dengan lesung pipi yang amat dalam serta kulitnya tidak terlalu gelap menambah kesan manis nya belum lagi penampilannya yang cool.

"Selamat pagi semuanya!!" Sapa nya berwibawa dengan senyuman manis membuat para kaum hawa berteriak histeris mendengarnya. Sampai-sampai ada yang memotret dirinya dengan terang-terangan.

I am IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang