•Five•

43 9 6
                                    

Suasana begitu mencekam saat ini, tatapan itu seakan ingin membunuhnya saja. Dia bingung harus mengatakan apa pada kakak laki-laki nya itu.

Ini semua ulah Levin, dengan santai nya dia membeberkan hubungan 'rahasia' mereka kepada orang lain, dan lebih parahnya nya lagi orang itu adalah kakak kandung nya sendiri.

Oh my!

"JELASIN!" Tegas Fernan memandang tajam ke arah Irene yang duduk di sofa ruang keluarga mereka. Kaki Irene sedari tadi tidak mau diam, mungkin karena efek ketakutannya.

"G..gue masih ma-marah sama Lo!" Balas Irene berusaha mengalihkan pembicaraan. Fernan memutar bola matanya malas, jenuh dengan sifat Irene yang satu ini.

Fernan duduk tepat disamping tubuh Irene, sontak dengan cepat Irene menggeser tubuhnya ke samping kiri. Berusaha menjauh dari Fernan.

"Tolong kali ini gak usah sok cuek! Gue gak butuh itu!" Tegas nya lagi, seketika tubuh Irene menegang ternyata cara nya tidak ampuh untuk membuat Fernan luluh.

Dia berfikir keras mencari ide. Irene menghela napas nya panjang. "Sebenarnya gue itu pu--"

Tingg! Nung!

Suara bel itu berbunyi sebelum Irene menyelesaikan penjelasan nya. Di dalam hati Irene sudah berteriak girang karena tidak jadi menjelaskan hal konyol itu.

Irene berlari menuju pintu meninggalkan Fernan yang berkomat-kamit tidak jelas.

CEKLEK!

DEG!

"Levin?!"

"Hai cantik, apa kabar?" Ujar Levin santai seolah-olah tidak akan terjadi apa-apa setelah kehadiran nya itu.

Irene memutar bola matanya malas.
"Gue hampir mati ngeliat muka lo! Mending Lo balik deh sebelum Lo itu tinggal nama dibuat malaikat maut itu!" Jelas Irene tajam sambil menunjuk ke arah Fernan yang disebut sebagai malaikat maut.

Levin tersenyum miring. "Selow dong ngegas amat, gue kesini cuma pengen ngajak Lo keluar bentar doang kok. Itung-itung ngedate pertama kita."

Mata Irene membulat sempurna ketika mendengar penjelasan Levin. Manusia itu sepertinya mengalami gangguan jiwa. Bagaimana bisa dia mengajak Irene keluar sedangkan Fernan sedang marah besar padanya.

Crazy!

"Lo itu overdosis ya?" Tanya Irene memicingkan matanya, bukan nya marah Levin malah tertawa hambar mendengar hinaan yang dilontarkan Irene.

"Iya gue lagi overdosis cinta Lo cantik," Goda Levin santai, membuat perasaan Irene seketika menjadi berkecamuk. "Gak usah baper, gue becanda."

Irene berasa menjadi korban PHP. "Gue juga gak mempan sama gombalan receh Lo itu! Mending balik gih!"

Levin tersenyum simpul. "Ohh... Receh ya? Ntaran deh gue suruh ruang guru buka les gombal, biar gombal gue gak receh lagi." Ujar Levin enteng, Irene benar-benar pusing menanggapinya ntah terbuat dari apa Levin itu.

"IRENE!! SIAPA ITU?!" Teriak Fernan dari dalam rumah, Irene menegang mendengarnya. Tapi berbeda dengan Levin, pria itu malah menyelonong masuk kedalam rumah Irene tanpa permisi dan bodohnya Irene tak sadar.

Levin berjalan santai ke arah Fernan yang membelakangi dirinya.

"Ekhm... Apa anda manusia?" Tanya Levin santai tanpa merasa berdosa, Fernan membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat Levin yang sedang berdiri di hadapannya.

"Eh...eh Lo kok kaget? Gue ikutan deh... Hahh??" Ujar Levin enteng sambil menirukan gaya orang terkejut.

Fernan menatap datar ke arah nya, bisa-bisa nya Levin sang musuh bebuyutan nya di SMA Garuda Angkasa dengan santai menginjakkan kaki di rumahnya.

I am IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang