Cerita ini berlatarkan tahun 2013 dan saat itu usia Edgar masih 22 tahun dan Anneke 20 tahun.
•••
Edgar menatap serius layar komputer yang ada didepannya. Tak lupa mouse yang berada di tangan kanannya. Hari ini ia membuat desain produk makanan, permintaan dari klien perusahaannya. Edgar mengucek matanya yang mulai terasa perih. Ia lupa membawa kaca matanya.
"Edgar, permintaan desain produk dari PT. Ocean's sudah kamu selesaikan?" Bu Utami, selaku kepala tim pemasaran menghampiri Edgar yang masih sibuk menatap layar komputer.
"Sudah buk, nanti saya kirimkan bentuk soft filenya."
"Baiklah kalau begitu. Saya tunggu ya." Bu Utami pun meninggalkan Edgar.
Edgar membuka emailnya dan mengirimkan desain yang katakan Bu Utami tadi.
"Send." Edgar meng-klik tulisan send dan desain itu terkirim.
Edgar melirik jam yang melingkar di lengan kirinya. Pukul 15.30 wib, artinya sebentar lagi ia pulang. Edgar menyelesaikan sedikit lagi pekerjaan sebelum bel pulang berbunyi. Ia berharap bel segera berbunyi agar segera menemui Anneke.
'Kring'
Senyum Edgar terpasang diwajahnya tatkala ia mendengar bel pulang kantor berbunyi. Dengan segera ia membereskan meja kerjanya dan langsung mengambil jaket dan tasnya lalu berjalan keluar.
"Woy cepat amat jalan lo, Ed." Hasan, teman sekantornya mendekati Edgar yang sudah berada diparkiran.
"Eh bang Hasan. Ini bang mau jemput teman. Udah janjian pulang bareng soalnya," Edgar menghidupkan mesin motornya. "Saya duluan ya bang." Edgar melajukan motornya menuju tempat kerja Anneke.
"Hati-hati." teriak Hasan.
•••
Anneke menyusun rangkaian bunga mawar hingga menjadi sebuah buket. Sebentar lagi jam pulang, ia masih harus menyusun rangkaian bunga mawar tersebut. Sesekali ia bersenandung, menandakan mood-nya bagus hari ini.
"Ann, kalau sudah selesai merangkai bunganya kamu bisa langsung pulang" ucap Bu Sarah selaku pemilik Rosella Florist, tempat Anneke bekerja.
"Oh iya buk. Sebentar lagi Ann selesai." Anneke terus melakukan pekerjaannya. Namun sebuah mengejutkannya.
"Astaga kak Via, aku kaget tahu." Anneke mengelus pelan dadanya.
"Kamu fokus banget makanya kakak kagetin." Via karyawan toko Rosella Florist lainnya merupakan karyawan yang dekat dengan Anneke. Pertama kali kerja, Via lah yang sukarela membantu Anneke.
"Untung aku nggak jantungan."
Via membersihkan sisa-sisa bunga yang tak terpakai dan membuangnya ke tong sampah. "Oiya Ann, kamu pulang bareng siapa? sendirian?"
"Nggak kak. Hari ini dijemput."
"Sama siapa Ann?
"Sama temen aku."
"Cowok atau cewek?"
"Ihh kak Via kepo deh.."
"Bukan gitu Ann. Tadi kakak lihat ada cowok yang berdiri disebrang jalan lagi liatin kamu."
"Hah? masa sih kak?" ucap Anneke sedikit tak percaya.
"Iya. Itu tuh orangnya." kata Via sambil menunjukkan orang yang dimaksud.
"Ohh itu temen aku yang aku bilang mau jemput tadi."
"Ciee temen apa temen nih?" kata-kata Via suskes membuat pipi Anneke memerah.
"Apaan sih kak. Cuma temen doang kok." Anneke berusaha mencari alasan agar Via tidak terus menggodanya.
"Dari temen bisa jadi demen Ann."
"Kakak ini bisa aja. Udah ya kak aku pulang dulu. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Ann."
"Iya kak. Bu, Ann pamit pulang dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam Ann. Hati-hati pulangnya. Salam juga buat bapakmu."
"Iya bu." Anneke berjalan keluar toko dan langsung menghampiri Edgar yang sudah menunggunya.
"Hai Ed, maaf ya kamu jadi nungguin lama."
"Nggak apa-apa Ann. Aku senang kok nungguin kamu."
"Aku jadi nggak enak."
"Santai aja. Kebetulan hari keluarnya cepat jadi nyampe ketempat kamu juga cepat.
"Kamu baik banget sampai segitunya."
"Kan pengen ketemu kamu lagi." Sekali lagi, pipi Anneke memerah.
"Gombal ah."
Edgar terkekeh pelan. "Yuk naik, katanya mau pulang." Edgar memberikan helmnya kepada Anneke.
"Kita mampir dulu ya. Aku mau traktir kamu."
"Oke deh kalau gitu. Pegangan ya Ann." Edgar memacu motornya meninggalkan tempat itu.
"Ini kita mau kemana Ann?"
"Kita ke warung bakso langganan aku ya. Dekat kok dari sini."
"Oke."
10 menit kemudian mereka telah sampai warung bakso. Warung tersebut sudah ramai dikunjungi orang-orang yang ingin menyantap makanan dari daging tersebut.
"Kita duduk disitu yuk." Anneke menunjuk meja no. 5 yang kosong. Edgar mengangguk, tanda setuju.
Anneke menggenggam tangan Edgar dan membawanya ke meja itu.
"Kamu sering makan disini Ann?"
"Nggak tapi sering bawa pulang untuk ayah sama adek. Btw kamu mau pesan apa?"
"Apa aja deh Ann."
"Mie ayam bakso spesial 2, minuman teh botol ya mbak."
"Oke. Tunggu sebentar ya mbak, mas." Pelayan meninggalkan mereka berdua.
Sesaat suasana terasa canggung. Baik Edgar maupun Anneke memilih diam. Hingga Edgar memulai pembicaraan.
"Oiya Ed, nanti mampir kerumah ya. Ditunggu sama ayah. Katanya mau ngucapin terima kasih karena udah nolongin aku."
"Serius Ann? wahh aku jadi tersanjung."
"Iya serius. Kamu mampir ya ke rumah."
"Sip."
Pesanan mereka datang. Aroma dari mie ayam langsung menyapa indera penciuman mereka. Tak perlu lama, keduanya langsung menyantapnya.
•••
13 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Destiny
Teen Fiction[amazing cover by @kadekmaya] Bagi Edgar, Anneke adalah sosok perempuan special yang dikirim Tuhan untuknya. Bagi Edgar, Anneke adalah sosok perempuan hebat yang dikirim Tuhan untuknya. Namun mereka dipisahkan oleh takdir masing-masing.