08

10 1 0
                                    

Anneke dan Edgar menapakkan kaki mereka di toko yang menjual perlengkapan menjahit langganan Damar, ayah Anneke. Pak Yan, selaku pemilik toko menyambut dengan senyuman hangat.

"Assalamu'alaikum Pak Yan."

"Waalaikumsalam Neng Keke. Tumben kesini sore banget."

"Iya Pak Yan, abis dari tempat kerja aku langsung ke sini."

"Oalah gitu toh." Pak Yang mengangguk paham. "Loh? ini siapa? kok Pak Yan baru lihat?"

Edgar mengulurkan tangannya. "Saya Edgar, kekasihnya Anneke."

Pak Yan menyambut uluran tangan Edgar dengan senang hati. "Saya Pak Yan, teman dekatnya ayah neng Keke."

"Wah Beruntung Neng Keke jadi pacarnya nak Edgar." Penuturan Pak Yan membuat Anneke tersipu malu.

"Ihh Pak Yan..."

Edgar terkekeh. "Pak Yan bisa saja."

"Pak Yan, benang merah yang biasa 2 kg, benang hitam yang biasa 2 kg, benang putih yang biasa 3 kg, benang biru yang biasa 1 kg, sama benang abu-abu yang biasa 2 kg ya."

"Siap neng Keke." Pak Yan berlalu, mengambil benang yang Anneke minta.

"Ann, kok Pak Yan panggil kamu Keke?" ucap Edgar ketika Pak Yan pergi.

"Panggilan sayang. Maklum Pak Yan gak ada anak perempuan jadi Pak Yan udah menganggap aku sebagai anaknya. Pak Yan juga udah aku anggap sebagai ayah sendiri."

"Pantesan aku lihat kalian akrab banget. Jadi Pak Yan udah lama jualan disini?"

"Nggak, Ed. Pak Yan baru pindah jualan ke Mall ini baru 5 tahun. Soalnya tempat yang bisa digunakan Pak Yan udah digusur."

Tak lama Pak Yan datang dengan dua kantong plastik yang ukurannya lumayan besar.

"Ini pesanannya Neng Keke" ucap Pak Yan seraya memberikan dua kantong tersebut kepada Anneke.

"Terima kasih banyak Pak Yan." Anneke memberikan dua lembar uang pecahan seratus ribu.

"Sama-sama Neng. Terima kasih juga udah jadi langganan pak Yan."

"Iya Pak Yan. Sampai kapanpun aku akan tetap jadi pelanggan. Kalau gitu aku pamit dulu ya Pak Yan, takut kemalaman."

"Mangga Neng."

"Duluan Pak Yan" kali ini Edgar yang berbicara.

"Mangga Nak Edgar."

Mereka berdua perlahan meninggalkan toko pak Yan.

"Sini aku bawain." Edgar mengambil kantong plastik yang sedari tadi dipegang Anneke.

"Ehh Edgar gak usah. Biar aku sendiri yang bawa." Anneke merebut kembali kantong plastik itu.

"Sstt.. biar aku aja, oke?"

Anneke mengerucutkan bibirnya.

"Iya deh. Tapi kalau kamu gantian aku yang bawain."

Edgar mengangguk sambil tersenyum.

•••

Aruna menyipitkan matanya tatkala melihat sosok yang sangat ia kenal. Ya, dia melihat kakaknya dengan seorang wanita sambil memegang kantong plastik di kedua tangannya.

"Omg! kak Edgar bukan sih?"

Gadis itu memperhatikan keduanya yang memasuki sebuah tempat makan. Sontak saja rasa penasaran muncul pada diri gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang