05

11 1 0
                                    

Jam dinding masih menunjukkan pukul 11.00 wib, namun Edgar sudah terlihat rapi. Kemeja berwarna biru langit dipadukan celana berwarna krem melekat sempurna ditubuhnya. Tak lupa jam tangan disisi kiri tangannya.

Hari ia akan berkunjung ke rumah Anneke. Setelah merasa selesai, ia berjalan ketempat motornya terparkir. Namun sebelum itu, ia ke suatu tempat. Akan tidak bagus jika berkunjung tanpa membawa sesuatu bukan?

30 menit kemudian ia telah tiba di rumah Anneke. Ia melihat gadis sedang menjemur pakaian. Sontak seulas senyuman tercetak diwajahnya. 'Syukurlah Anneke ada di rumah' gumam Edgar.

'tin'

Gadis itu tekejut saat mendengar suara klakson motornya.

"Edgar?" tanya Anneke.

"Assalamu'alaikum, Ann."

"Waalaikumsalam. Mari masuk, Ed."

Anneke memasuki rumahnya diikuti Edgar dibelakangnya.

"Ayah kita kedatangan tamu."

"Siapa ini, Ann?"

"Ini teman yang aku ceritain itu Yah, yang tolongin aku. Namanya Edgar."


"Halo, Om." Edgar menyalami ayah Anneke.

"Oh iya iya. Waktu itu Anneke bilang ada yang tolongin dia dari orang yang mau gangguin dia. Rupanya nak Edgar. Terima kasih ya nak Edgar sudah tolongin anak Om."

"Iya sama-sama Om." Edgar hanya tersenyum tipis.

"Silahkan duduk nak Edgar. Ann, buatin minum ya" titah Damar.

"Sebenarnya saya ingin kesini, tetapi waktu itu kebetulan ada urusan keluarga, jadi saya belum bisa menepati janji saya sama Anneke."

"Nggak apa-apa nak Edgar. Saya cuma ingin kenalan sama orang yang sudah menolong Anneke. Seperti yang nak Edgar lihat, keadaan saya seperti ini jadi saya nggak bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda."

"Tapi untungnya ada nak Edgar, Om merasa terasa tertolong."

Anneke datang dengan nampan berisikan 2 cangkir minuman. "Tehnya sudah siap. Silahkan diminum, Yah, Ed."

Edgar membalas dengan anggukan.

"Kebetulan saya lewat dan nggak sengaja melihat Anneke diganggu makanya saya tolongin. Apalagi orang-orang itu bawa senjata tajam. Kebetulan juga saya punya adik perempuan. Saya ngebayangin seandainya adik saya di posisinya Anneke. Oiya Om, Ann, ini saya bawakan bingkisan, silahkan diterima."

Edgar menyodorkan bingkisan yang ia bawa tadi. Isinya 2 buah kue.

"Saya nggak tahu makanan kesukaan Om juga Anneke, makanya saya bawakan ini."

"Nggak usah repot-repot, nak Edgar."

"Iya, Ed. Nggak usah repot-repot."

"Ini nggak seberapa kok."

Anneke meletakkan kue tersebut ke atas meja untuk dihidangkan.

Melihat perbincangan hangat antara ayahnya dengan Edgar membuat Anneke berucap syukur. Ayahnya tampak menyukai kepribadian laki-laki itu.

Banyak yang mereka bicarakan hingga waktu terasa cepat. Edgar pun pamit pulang. Sebelum itu, Damar meminta Edgar untuk menjaga putrinya.

•••

Love And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang