07

12 1 0
                                    

"Hari ini aku akan mengingatnya, selalu."

•••

"Aku tahu lima bulan terlalu cepat, tapi aku menginginkanmu. Aku nggak mau kamu diambil orang lain. Anneke, would you be my girlfriend?" Anneke melihat keseriusan dari sorot mata Edgar.

Sekarang tepat pukul 00.00. Terdengar riuhnya suara kembang api. "Anneke, would you be my girlfriend?" Edgar mengulangi perkataannya.

"Yes, i would."

"Ucapkan sekali lagi, Ann."

"Yes, i would, Edgar."

Edgar yang mendengar jawaban Anneke langsung memeluk gadis itu.

"Thank you for accepting me, Anneke. I love you so much."

"I love you too, Ed."

Edgar melepaskan pelukannya dan menatap gadis itu.

Anneke memiringkan wajahnya. "Hmm?"

"Kamu cantik."

Anneke terkekeh. "Aku tahu."

"Ah iya hampir kelupaan. Tunggu disini sebentar ya."

Edgar setengah berlari menuju motornya. Ia mengambil sebuket bunga mawar yang ia simpan di jok motor.

"This is for you." Edgar memberikan mawar itu.

"Kok kamu tahu aku suka bunga mawar?" Anneke menatapnya heran.

"Rahasia."

"Ihh kamu ini."

"Kamu suka?"

"Suka banget."

"Suka aku atau bunganya?"

"Suka bunganya."

Edgar cemberut.

"Ralat deh, aku suka orang yang ngasih bunganya."

Senyum Edgar mengembang. Lalu ia melirik jam tangan di lengan kirinya.

"Sudah larut malam, ayo pulang."

"Baiklah."

Edgar menautkan jemarinya ke jemari Anneke. Mereka meninggalkan tempat itu.

Disepanjang perjalanan Anneke mengeratkan pelukannya. Udara malam hari sangat dingin. Edgar yang mengetahui kekasihnya tengah kedinginan lalu menghentikan laju motornya.

Kemudian ia melepas jaketnya dan memakaikan kepada Anneke. "Harusnya aku membawa mobil tadi."

"Aku takut kamu sakit" lanjutnya. Anneke hanya mengangguk mengiyakan.

Lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah Anneke. Untung saja suasana dekat rumah Anneke masih ramai.

"Kamu nggak apa-apa di rumah sendiri?" ucap Edgar setelah mereka sampai.

"Nggak apa-apa kok." Anneke menyakinkan Edgar agar pemuda itu khawatir. Ia tahu bahwa Edgar sangat khawatir.

"Apa aku nginep aja ya disini?"

Kata-kata itu sukses membuat Anneke membulatkan bola matanya.

"Bercanda kok. Dah masuk sana, ntar masuk angin lagi."

"Iya bawel. Aku masuk dulu kalau gitu. Dadah Edgar." Anneke melambaikan tangannya.

"Dadah Ann." Edgar membalas lambaian gadis Anneke. Gadis itu menutup pintunya.

Love And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang