Author's Point Of View
23 Maret, 22.20
.
.
."Kakak." Panggil seorang anak perempuan bersurai merah marun sambil menarik-narik tangan kakak laki-lakinya.
Namun kakaknya hanya diam dengan tatapan kosong.
Lalu pintu depan yang terbuka lebar menampilkan sesosok wanita paruh baya bersurai kemerahan gelap.
"[Name]! Xandra!" Ucapnya panik sambil memeluk kedua anak itu.
"Kalian harus pergi! Sekarang! Xan Kamu sudah melakukan apa yang ibu pesankan pada mu kan?" Kini wanita itu mulai meneteskan beberapa butir kristal bening.
"Iya bu, ayo, kakak." Kini anak perempuan sambil menarik tangan kakaknya, [Name].
"Haruskah kami pergi bu?" Tanya [Name] sambil mengambil tas punggungnya.
"Iya kalian harus, cepat!" Ucap sang ibu sambil terisak pelan.
"Ayo kak." Kini Xan kembali menarik tangan [Name] dengan kencang.
[Name] hanya menatap ibunya sebentar lalu menggendong adiknya sambil keluar dari pintu rahasia di basement.
Sehabis itu pintu depan di dobrak paksa. Tampaklah sosok seorang lelaki bersurai hitam pekat.
"Sekarang apa yang kau mau!?" Raung sang ibu.
Lelaki tersebut menatap sang ibu dengan tatapan kejinya."Shh silent. Be quiet, Sweet Dreams, And Go To Sleep!"
Xandra [Lastname]'s Point Of View
23 Maret, 23.00.
.Kami sedang berlari menuju tempat pelarian kami, Mansion tua di sebrang hutan.
Karena kakak rasa jalan tercepat adalah melewati hutan, jadi kami melaluinya.
Aku sempat terpeleset dan tersandung beberapa kali.
Untungnya kakak memegang ku dengan kuat.Namun tidak menutup kemungkinan Kak [Name] akan melemparku jatuh tanpa sadar.
Kami terus berlari. Kami tidak akan berhenti.
Namun apa yang ada di hadapan kami membuat kami tercekat dan terdiam.
Aku memeluk kaki kakak, aku takut. Aku tidak dapat berbuat apa-apa.
Sebuah kepala manusia berada tepat di tangan seorang lelaki bersurai hitam legam.
Wajah lelaki itu benar-benar mengerikan. Di pipinya terdapat senyum lebar, dan matanya melotot. Kulitnya seputih salju dengan noda darah kering.
"Kakak.." Desisku pelan. Aku pun melihat Kak [Name] mengeluarkan sebuah Handgun dan mengarahkannya ke lelaki itu.
"Hahahahaha!!! Manis sekali!" Pekik lelaki itu sambil tertawa keras.
Kakak memegang tanganku dengan kuat.
Aku takut... Apa yang harus ku lakukan? Kenapa aku tidak berguna di saat seperti ini?
Tiba-tiba sebuah pisau di lemparkan secara cepat oleh seorang gadis dengan mata rambut dan gaun berkerah turtle hitam.
Namun pisau tersebut dapat di tangkis. Gadis itupun mendengus kesal.
"Jauhi dia Jeff!" Pekik gadis itu.
"Oh hai Jane, lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu apa kau masih secantik saat aku meninggalkan mu dalam rumah s*al*n itu?" Sarkas lelaki itu dengan nada mengejek.
Gadis itu terlihat marah dan melemparkan beberapa pisau, dan beberapa di antaranya berhasil menggores lelaki itu.
"Whoa, sekarang kau sangat pintar dalam bermain senjata ya Janey ku. Bahkan kau sudah dapat menggoresku." Sarkas lelaki itu tetap dalam nada mengejek.
"Kakak." Aku memanggil kakak pelan, di diam sesaat lalu mendorongku mundur.
Saat kakak mendorongku, tengkukku tertabrak pohon dengan keras.
Hal terakhir yang dapat ku lihat adalah kakak yang menembakkan peluru handgun miliknya kepada kedua orang tadi.
[Name] [Lastname]'s Point Of View
23 Maret, 23.38.
.Aku terbangun dengan seorang gadis yang menatapku dengan iris hijaunya. Wajahnya begitu rusak, namun itu tidak membuatnya jelek.
Saat itu dia langsung memakai topengnya kembali.
Topeng putih dengan kain hitam di mata topengnya, bulumata di pinggir lubang mata topengnya, dan lipstick hitam terlukis sempurna di bagian bubir topengnya.Aku mulai bangun. Aku mencoba untuk duduk perlahan.
Di mana Xandra?"Emm, halo?" Panggilku pelan. Dia menolehkan wajahnya kearahku.
"Apa gadis kecil bersurai kemerahan yang di bawa Jeff itu adalah adikmu?" Tanya gadis itu dengan cepat.
Aku mengngangguk pelan. Lalu aku menolehkan wajahku ke kiri dan kekanan untuk mencarinya. Eh tunggu, apa katanya tadi?! Dibawa?!!
"Apa maksudmu adikku di bawa?!" Pekik ku histeris.
Dia terlihat seperti menatapku."Santai, Jeff menginginkan mu, kurasa, dan dia tidak akan membunuh adikmu. Dia hanya menginginkannya. Itu sangat terlihat dari matanya." Tutur gadis itu panjang lebar. Dia terlihat sedang mengumpulkan beberapa pisau yang menancap di sebuah batang pohon.
"Siapa kau?" Tanyaku latang. Dia terkekeh pelan dan membalikkan tubuhnya.
"My name is Jane EverLasting. You can call me Jane."
----------
Chapter '1. Meeting' selesai.
Semoga kalian suka.Sekitar 654 Word.
Tertanda
GodMonster999
KAMU SEDANG MEMBACA
SYNDROME: Huntington Syndrome (Jane The Killer X Male Reader)
Teen FictionHalo, reader. CP_Communities pertama kalinya membuat suatu project! Apa itu CP_Communities? CP_Communities adalah komunitas kecil fandom Creepypasta, yang didirikan pada tanggal 03 April 2019. Project yang kami buat bertema, Syndrome. Pasti kalian...