Seorang wanita paruh baya dengan tangan bersedekap dada itu, nampak sekali tengah menatap anak gadisnya dengan tajam. Beberapa jam yang lalu ia mendapatkan laporan, bahwa anaknya itu sudah melakukan masalah untuk pertama kalinya ia masuk. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Wanita itu terus menatap anaknya dari atas hingga bawah, kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sungguh berbanding terbalik dengan dirinya yang nampak feminim ketika muda. Meskipun begitu, wajah anaknya tampak alami tanpa tersentuh make up apapun, termasuk dengan bedak tipis. Wanita itu sedikit bersyukur dengan kulit gadisnya yang putih bersih, walaupun terkadang ada memar kebiru-biruan dari bagian wajahnya.
"Kinara Casilda Freissy. Kamu anaknya siapa sih, kok bisa kayak gini kelakuannya. Punya nyawa berapa? Sehingga baru masuk aja udah kena skorsing." keluh wanita itu begitu saja yang nampak sedikit frustasi. Kedua tangannya langsung menutupi wajahnya seakan tak kuat lagi menahan sikap anaknya yang terlampaui ajaib ini.
Gadis yang bernama Ara itu hanya menunduk seakan merasa bersalah. Padahal hatinya sedang bersorak riang, mendengar berita bahwa ia diliburkan dari sekolah untuk beberapa waktu lamanya. Ia sudah menjadwalkan diri untuk bersantai ria, bahkan ia sudah mendownload banyak film yang disukanya itu, ketika ia masih berada diruang BK. Ya, pada saat itu ia tak sengaja mendapati sandi wifi yang memang diselipkan pada meja yang berlapiskan kaca. Sambil menunggu mamahnya, ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Cerdas!
"Ara nggak salah kok Mah, Ara cuma bantu orang aja kok. Lihat! Wajah Ara nggak ada apa-apanya kan, Ara cuma ngebela apa yang benar kok disini." jawab Ara membela diri. Karena selama ia diruang BK bersama Mamahnya, ia tak berani untuk menuntut keadilan. Yang ada, ia malah tak jadi libur akibat membela diri.
Mamahnya hanya menghembuskan napas pelan, lalu menatap anaknya sambil menunjuk letak kamar yang memang ditempati oleh Ara.
"Masuk kamar, dan renungkan perbuatan kamu. Cepetan!" perintah Mamahnya yang sungguh ampuh membuat Ara langsung berlari.
Tetapi bukannya Ara masuk ke dalam kamarnya, ia malah masuk ke kamar sebelahnya. Sehingga hal ini membuat Mamahnya langsung naik pitam, namun tak bisa melakukan apa-apa lagi. Mencoba untuk bersabar, wanita yang sudah paruh baya itu langsung menyandarkan diri pada tubuh sofa.
"Wihhh... Asik tuh, pinjam dong!
Ara menutup kamar Adiknya yang tengah fokus dengan play station nya. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 2 siang, sehingga Ara bisa memprediksi bahwa Adiknya memang benar-benar ada dirumah.
Benar saja dugaannya. Tanpa menunggu lama lagi, Ara langsung menyambar stik play station yang masih berada ditangan Adiknya itu.
Happ..
Saat itu juga Ara langsung mengendalikan game yang kini berada ditangannya sekarang. Reval mendengus kasar, dengan cepat ia ingin merebut alat pengendali yang berada ditangannya. Tetapi langsung ditepis keras oleh Ara. Ara butuh pelampiasan rasa bahagianya sekarang, dan salah satu inilah yang Ara bisa!
"Lo kalau emosi jangan sama barang-barang gue dong. Rusak semua tahu!" protes Reval yang sudah sangat kesal.
Ara tak mengindahkan protesan Adiknya. Ia tetap fokus memainkannya, dengan tangannya yang begitu lihai mengendalikan semuanya.
"Lo tuli atau bisu sih, siniin itunya. Lampiasin semuanya sama apa yang lo punya. Gue lagi jenuh nih... Bakar koleksi skate board lo aja, kalau mau lampiasin emosi lo. Jangan sama barang-barang gue." lanjut Reval yang terus merebut apa yang menjadi miliknya ditangan Ara.
Sedangkan Ara langsung memelototinya tajam. Tuli? Bisu? Ara saja masih bisa mendengar, terlebih lagi berbicara. Bakar koleksinya? Ia pasti akan menangis tujuh hari tujuh malam, karena baginya itu koleksinya sungguh berharga. Dengan sedikit kesal dan begitu lihainya, ia langsung menonyor kepala Reval dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (Completed)
Teen Fiction(CERITA SUDAH PINDAH DI MANGATOON) Aku dan kamu terikat dalam sebuah ikatan yang diwali dengan kata-kata, berbahan dasar Aksara. Cinta yang berawal dari sebuah aksara. Tidak saling mengenal, bahkan awalnya tidak saling mengetahui satu sama lain. Aka...