Chapter 15 ( PANTUN PAGI )

57 6 0
                                    

[Nadira POV]

Menunggu, lagi-lagi menunggu, bosen gue nunggu mulu, kapan sih sesekali orang yang nungguin gue? Apaan pula gue, gue kan jomblo, ya gak adalah yang mau nunggu, emang gue punya doi apa buat nunggu gue? Gue doi emang gak ada, namun gue ada sohib gue, yaps! Siapa lagi kalau bukan si bebeps, gue manggil dia dengan sebutan itu dia pun juga nyebut gue dengan sebutan itu juga.

Btw, lo pada mau tau gue nunggu siapa? Tepat sekale, gue nunggu Zahra. Kebiasaan tuh anak yah ini nih, dateng gak pernah awalan dikit selalu aja akhiran, kalau dateng awalan di pastikan nih bumi hancur sampai akar-akarnya, maafkan gue Ra. Haha... untung kagak ada orangnya.

Perasaan gue gak mimpi buruk semalem, tapi kenapa gue bisa mengalami hal yang sangat-sangatlah di luar ekspetasi gue? Kenapa juga si kerak panci yang nongol? Ralat, maksud gue, kenapa si Aidan sohibnya si Adnan yang nongol?

Mana nih kelas masih sepi lagi gak ada orang pula, ini gak bisa dibiarin, gue harus menggunakan otak cemerlang gue untuk mencegah agar dia gak ngelakuin hal yang aneh, pasalnya dia itu adalah Weird Boy yang pernah gue jumpa dan gak bakalan punah. Tuh kan, baru aja dibilang dah mulai.

"Hai, Nadira! Sendiri aja, Zahra mana?"

"..."

"Kok diem aja? Oh, gue tau pasti lo gugup kan lihat kadar ketampanan gue yang melebihi Adnan? Ngaku aja deh!" ucap Aidan dengan tingkat kepedean yang tinggi.

"Apaan sih lo!"

"Lo mau gue kasih pantun gak? Jarang loh orang tampan kaya gue gak sombong."

"OGAH!"

"Dih, jutek amat Mbak."

"Peduli Kebo."

"Haha, gak boleh loh bawa-bawa orang lain dalam hubungan kita."

"Haha. Maksud lo, Kebo itu orang? Haha... Gue mau nanya kenapa sih Adnan punya temen sarap kaya lo?" ucap gue setelah puas tertawa melihat Aidan yang begonya gak ketolong.

"Tega kamu sama aku!" ucap si Aidan mendramatisir keadaan.

"Apaan sih!?"

"Si Jaka seorang wirausahawan
Tapi hanya sekedar khayalan
Nadira cantik kok sendirian?
Perlu ditemenin gak sama Aidan tampan?" ucap si Aidan dan langsung tertawa terbahak-bahak bahkan terpingkal-pingkal. Emang gue lagi blushing ya? Idih, malu banget.

"Apaan sih lo! Gak jelas tau gak? Udah sana pergi gue gak sendiri kok, tuh Zahra udah dateng." ucap gue untuk menghilangkan rasa malu gue dan menunjuk Zahra yang kebetulan sudah sampai dikelas.

"Cie, yang lagi malu-malu tai Cicak." ucap si Aidan berusaha membuat gue semakin malu, dia sangat senang membuat gue berekspresi seperti ini.

"Eitcie... yang lagi berduaan. Ganggu dong gue nih?" ucap Zahra yang mulai memanas-manasin keadaan.

"Ih, Zahra mah gitu." ucap gue sambil memasang wajah cemberut.

"Jangan gitu dong beps, aku kan bercanda." bujuk Zahra ke gue sambil melirik ke Aidan. Pasti ada apa-apa nih.

"Betul tuh Ra, lo ganggu kita, padahal lagi seru-seruan juga gombalin Nadira, iya gak Nad?" tanya si Aidan sambil tertawa melihat gue yang melototkan mata gue berniat seolah ingin menerkam si Aidan sekarang juga.

"Ih, pergi gak! Tuh sohib lo udah dateng. Masih mau disini gangguin kita?" tanya gue dengan pose berkacak pinggang. Berasa kayak Mak yang lagi marahin anaknya gue.

"Iya deh iya, bye-bye. Sampai jumpa." ucap si Aidan berasa kaya mau merantau aja nih cowok. Ngeselin banget sih, gue udah menemukan nama yang bagus untuk dia, CoBal. Cowok gombal. Haha, namanya keren abis!

"Yasudah gih sana!" usir gue dan dia langsung beranjak dari tempatnya berdiri tadi.

"Ra, lo tadi pergi bareng siapa?" tanya gue ke Zahra.

"Bareng Kenzie."

"Oo, seperti biasanya." kata gue.

"Iya. Emm, omong-omong lo udah sarapan?" tanya gue ke Zahra.

"Udah. Kok nanya soal itu?" tanya Zahra.

"Lo kan lupa sama dunia kalau udah sama Kenize." celetuk gue ke Zahra.

"Haha, tau aja loh. Enggak kok, pas banget Kenize datengnya bersamaan dengan gue yang udah selesai. Jadi, gak perlu nunggu deh Kenzienya." ucap Zahra panjang lebar, pasalnya dia paling gak enakan orangnya kalau ditunggui.

"Kebetulan banget ya. Oh iya lo udah siap tugas Kimia?"

"Udah dong, gue ngerjain bareng sama Bang Akbar. Makanya tugas gue selesai." jelas Zahra ke gue.

"Mbak, Mbak irit bener dengan kuota, macem gak berkuota ae." sindir gue ke Zahra.

"Haha, lo mau tau apa guna kuota buat gue? Yaps, betul untuk streaming lagu K-POP. Gue gunain kuota gue kalau Bang Akbar gak di rumah. Kalau Bang Akbar dirumah ogah gue. Apalagi nih ya, gue nanyai tuh soal ke dia, dia jawabnya santai, kalem, dan tenang banget. Seolah di luar Kepala, heran gue." cerocos Zahra panjang lebar.

"Haha, Bang Akbar kan pandai jelas dong. Dasar lo, adek laknat!" ucap gue ke Zahra.

"Tau aja beps." ucap Zahra ke gue diringi oleh tawa.

"Kita kan saling memahami satu sama lain beps."

Kemudian kami tertawa bareng dengan obrolan yang kami bicarakan, Zahra adalah sohib gue yang gue sayang, dia orang yang baik, ceria, pengertian, dan dia cantik, niru gue nih Zahra cantiknya. Haha...

Setelah tertawa gue lihat si Zoya natep Zahra dengan tatapan tak suka seperti biasanya, namun sedikit berbeda, ada yang beda dari tatapan itu. Eh, emang si Zoya kan sentimen banget sama Zahra wajar deh.

"Ra, si Zoya lihatin lo serem banget."

"Biasa kale."

"Hehe, iya juga sih, tapi kok beda gak kaya biasanya ya?"

"Perasaan lo aja kali."

"Iya juga sih. Tapi, lo ingat kalau ada apa-apa lo jangan ragu cerita ke gue, Ra. Jangan di pendam!" sahut gue cemas, soalnya Zahra tuh bukanlah tipe cewek yang suka mengadu akan keluh kesahnya.

"Iya beps, kamu gak usah khawatir ya."

"Hem, iya beps."

Setelah itu Bu Tuti dateng deh untuk menyampaikan materi pelajaran hari ini dan mengumpulkan tugas Kimia. Nilai Zahra menyamai Adnan dengan nilai 100 dan gue dengan nilai 90. Pinter juga ya Bang Akbar pantes si Zahra suka ngirit kuota. Hadeh, ada aja kelakuan sohib gue.

***
Gimana ceritanya Readers?

Baca terus kelanjutannya. 😄

Vote and Comment nya akan sangat membantu, biar saya semakin bersemangat buat ceritanya.

Follow IG : dinaazirah16
Akun Wattpad : DinaAzirah

(DA-1) STRANGEST LOVE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang